Act. 07 - The Reason Why

14 4 2
                                    


Renjani biasa saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjani biasa saja. Jansen yang heboh hingga Teh Anggun memutuskan berangkat kerja lebih pagi dari jadwal. Cowok Batak itu berkali-kali mengucap maaf pada Renjani, tidak lupa memasang wajah sok sedih.

"Mas Jansen! Aku tuh nggak papa. Ada Daniel yang bisa nganterin aku."

Tepat sekali. Jansen merasa bersalah sebab tidak bisa mengantar Renjani ke kampus. Dia sudah ada janji bertemu teman lama pagi ini. Padahal Renjani bisa naik motor sendiri. Tapi keberadaan Daniel disini membuatnya malas memakai kendaraannya itu kecuali Daniel sedang sibuk.

Dia memiliki pemikiran berbeda. Jansen selalu memberikan segalanya pada Renjani. Cowok itu bertingkah selah teman, kakak, ayah, ibu, bahkan mendedikasikan diri sebagai babu Renjani. Dia rela jadi supir Renjani. Dia belajar memasak agar bisa membuat makanan favorit Renjani.

"Kamu kalau ada apa-apa langsung hubungin Mas."

"Iyaaaa."

Renjani segera beranjak menggeret Daniel. Dia takut Jansen ngeributin lagi sebelum ia sempat naik pergi dari kosan.

Daniel memandang Renjani dn Jansen secara bergantian, lalu berbisik, "mau kemana anjir?!"

"Kantin teknik atau perpusat."

Renjani kepalang resah. Jansen tuh ribetnya ngalahin emak-emak. Cewek itu pasrah aja duduk di jok motor Daniel. Pikirannya masih melayang pada Jansen. Dalam hitungan menit, cowok itu pasti akan mengirim pesan menanyakan posisinya dimana.

"Kok perpusat Dan?"

"Lo yang minta Anyeeee."

"Yaudah deh."

Begini Renjani kalau kurang fokus, auto linglung. Perpustakaan masih sepi pengunjung. Mereka masuk menuju lantai tiga. Sengaja, sebab mahasiswa jarang naik sampai sini. Perpusat memang tidak ada lift, jadi cuma mahasiswa sehat dan sabar aja yang bisa menjangkau lantai-lantai atas.

"Dan, ambilin laptop gue dong. Gue mau isi minum dulu."

Cowok itu tanpa sungkan membuka tas ransel Renjani. Dia sudah kelewat hapal isi tas Renjani. Selalu ada laptop, kertas binder, tempat pensil, sunscreen, ponsel dan dompet. Renjani nggak terlalu neko-neko yang sampai bawa pouch make up atau hal aneh lain.

"Lo bawa botol kosong?"

"Iya, punya Kak Naira lagi. Gara-gara Mas Jansen pagi-pagi udah ngerusuh."

Renjani mencebik kesal. Ia lalu ngambil ponselnya. Ada sepuluh pesan sudah dikirm oleh Jansen. Isinya 'Anye', 'udah sampe kampus?', 'maafin Mas ya', dan segala chat serupa.

"Nye, liburan semester mau pulang ke Bandung?"

"Nungguin Mas Jansen."

"Oke, gue temenin."

Curiosity | LJN [[Completed]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang