3

554 123 29
                                    


jake sangat benci hal yang menjijikan. sedari kecil, jake selalu bermain ditempat yang bersih. diajak mandi bola dan timezone. jadi, jake sangat benci keadaannya saat ini.

"kamu mau sampe kapan disitu?"

jake menatap sengit sunghoon yang berada beberapa kaki didepannya. laki-laki itu hanya memakai kaos dan celana pendek selutut. ditangannya ada ember hitam kosong.

"gue nggak mau ikut masuk kesitu, titik."

jake kekeuh tidak mau ikut sunghoon turun ke sawah. bahkan, jake memakai training panjang dan jaket hoodie; setelan jogging.

"yaudah kalo mau digigit semut disitu. banyak rangrang lho dipohon itu."

jake sontak melotot dan menatap horror pohon besar yang ada disampingnya. sumpah, jake benci digigit serangga kecil.

sunghoon sudah melangkah lebih jauh, jake jadi bimbang.

"satya! tungguin!"

sunghoon berbalik dan menghampiri jake yang wajahnya terpaksa turun ke sawah.

"siniin tanganmu, tak bantu." jake malah menggeleng dan sok bisa. menggulung celananya dan lengan bajunya dahulu, lalu turun ke sawah.

jake memang keras kepala. mau dibantu, malah menolak. yasudah, sunghoon hanya bagian menonton ketika jake terperosok karena kakinya menginjak bagian licin.

"ANJING LICIN!"

sunghoon tertawa sampai matanya menyipit. jake itu lucu walaupun mulutnya suka berkata kotor. jake menatap sunghoon tidak terima.

"jangan ketawa!"

sunghoon mengadahkan tangannya. "tak bantu."

jake mau tidak mau menggapai tangan sunghoon untuk dibantu berdiri. celananya sudah penuh dengan lumpur.

"diomongi ndak usah ngeyel makanya, azka."

jake hanya memperhatikan sunghoon yang mengecek tangan dan kakinya, takut ada yang luka. sunghoon itu kalau diperhatikan, tidak buruk. bahkan, tampan, menurut jake. tidak dekil seperti pemuda kampung pada umumnya.

sunghoon menjentikkan jarinya didepan wajah jake. "ngelamun nanti kesambet. ayo kita nyari tutut."

jake mengerjap beberapa kali. sunghoon sudah berjalan ke tengah sawah. jake menggeleng cepat. "mikir apa gue tadi?"

---

"satya~"

sunghoon lelah sebenarnya mendengar jake merengek sedari tadi. "bentar lagi."

"panas~ ayo pulang~"

sunghoon menaruh beberapa keong sawah yang ada ditangannya ke ember hitam miliknya. sudah separuh ember, cukup banyak. sunghoon menghampiri jake yang duduk dipinggir sawah dengan bibir mengerucut.

"iya ayo pulang."

jake langsung berdiri dan melompat riang. lupa kalau tadi sudah jatuh, jadinya terpeleset lagi. beruntung sunghoon ada tepat didepannya kali ini. jadi, sunghoon dapat menopang tubuh limbungnya.

"MAS SATYA ZINA!"

keduanya menoleh pada jungwon yang tiba-tiba datang. kali ini tidak bawa kelereng, tapi bawa sebuah layangan besar.

sadar posisinya tidak terlalu bagus untuk di pandang, jake buru buru melepaskan diri dari sunghoon dan melangkah mundur dengan canggung.

"fitnah. mas cuma bantuin tok."

jungwon mengangguk-ngangguk tapi tatapannya menyelidik. jake tidak tahu kenapa, tapi yang pasti dia merasa malu.

"juan. mas sing iki jenenge sopo? pacare mas satya yo? ojo gelem de e mambu terasi," (juan. mas yang ini namanya siapa? pacarnya mas satya ya? jangan mau dia bau terasi.)

jake hanya membalas uluran tangan jungwon tanpa menjawab. karena, tentu saja tidak paham anak itu bicara apa.

"ndak paham de e, ju." (nggak paham dia, ju.)

sunghoon memberi pencerahan. jungwon mengulang lagi kata-katanya.

"mas namanya siapa? pacarnya mas satya?"

jake langsung melepaskan tangan jungwon dan menggeleng ribut. "bukan! mana mungkin gue pacaran sama dia!" tangannya menunjuk-nunjuk sunghoon yang sudah berjongkok daritadi membersihkan sendalnya yang menempel lumpur.

"oh, panggil aja azka." lanjutnya.

"mas azka ndak tau? mas satya 'kan dikejer-kejer cewek satu kampung." jungwon selain suka main kelereng sampai maghrib, suka berghibah juga.

"udah udah. juan suka ghibah, jangan didenger. ayo pulang."

jake tidak heran sih, kalau sunghoon ini primadona kampung. ganteng sih.

sunghoon berjalan pulang dengan embernya yang senantiasa digenggaman. jake mengikuti dari belakang sambil mendengar jungwon berceloteh tanpa henti. jungwon anaknya super duper berisik.

"ini namanya wedus, mas az,"

jungwon menunjuk sekumpulan domba dipinggir jalan.

"itu domba."

jungwon menggeleng. "wedus!" ternyata anak itu menunjuk si penggembala.

"HEH ANAK ASU!" si penggembala protes tidak terima, menghampiri jungwon dan jake yang tertinggal dibelakang. sunghoon sudah tidak terlihat dipandangan.

"ampun mas han! guyon ae!" (bercanda aja!)

jay menoyor kepala jungwon keras, sampai anak itu oleng. beruntung ada jake yang menahan, walaupun sulit karena jungwon menggendong layangan besar di punggung nya.

"guyon guyon opo! aku diomongi wedus!" (bercanda apanya! aku dikatain kambing!)

jungwon hanya menyengir. lupa hampir pingsan tadi. jake tak berkedip, si penggembala ganteng banget.

sedangkan sunghoon, bingung kemana dua anak itiknya itu tertinggal.

"los lah!" (ah bodo lah!)

sunghoon tidak peduli. tapi, embernya ditaruh lalu berbalik jalan ke sawah lagi.

.

.

.

teach me to live a better life.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang