Keesokan paginya, Crystal terbangun dan merasakan tubuhnya masih lelah. Sebenarnya ia ingin sekali kembali memasuki alam mimpi, namun ia harus segera berangkat ke kantor pusat CIA untuk melanjutkan pekerjaannya. Sesuai prinsip yang ia tanam dalam dirinya, lebih baik sampai terlalu pagi daripada harus terlambat.
Crystal melangkahkan kakinya menyusuri jalan dengan toko-toko di kanan dan kirinya. Ia sangat menyukai suasana pagi di kota kediamannya. Tak lama, ia memasang earphone ke telinganya untuk mendengarkan musik-musik favoritnya selama perjalanannya ke kantor.
Crystal sampai di kantor cukup pagi dengan segelas teh di tangannya yang baru saja ia buat di kantin kantornya. Ia membuka pintu ruang kerjanya dan mendapati seorang pemuda telah berada di ruangan itu terlebih dahulu. Tak lama, ia menyadari bahwa pemuda itu adalah Elder. Tiba-tiba ada rencana jahat yang terlintas di pikiran Crystal.
"DORR!" teriak Crystal sembari menepuk pundak Elder dari belakang.
"Ihh Crys! Apa-apaan sih kamu ini? Ngga lucu tau. Liat bibirku sampai melepuh begini karena kamu," ujar Elder sembari menunjuk bibirnya yang melepuh terkena kopi panas miliknya.
"Maaf yaa El. Aku ngga tau kalau kamu lagi minum kopi panas. Please maafin aku hehe," balas Crystal dengan suara imutnya membuat Elder luluh.
"Yauda iyaa ngga apa-apa," ucap Elder cemberut sembari mengelus bibirnya.
Crystal dan Elder terlarut dalam obrolan panjang sampai rekan-rekan mereka yang lain mulai berdatangan ke kantor. Tiba-tiba ketika Crystal dan Elder sedang mendiskusikan sesuatu, atasan mereka memasuki ruangan mereka.
"Crystal! Apa maksudmu mengatakan hal seperti itu di pengadilan kemarin? Kau berusaha memberitahu orang-orang kalau membunuh orang tidak salah?" tegas atasan mereka dengan tatapan garang pada Crystal.
"Ma...maaf pak. Saya tidak bermaksud seperti itu," jawab Crystal menundukkan kepalanya tak bisa menatap balik atasannya.
"Maaf saya ikut campur pak, tetapi kemarin Crystal hanya berusaha menambahkan bukti yang memang sudah kita dapatkan dari interogasi bersama pelaku. Jadi, menurut saya apa yang Crystal lakukan tidak bisa bapak bilang salah," timpal Elder berusaha membela Crystal semampunya.
Atasan mereka menghela nafasnya kemudian pasrah meninggalkan ruang kerja mereka. Sementara itu, Crystal masih merasa takut akan ucapan atasannya. Elder berusaha untuk menghibur Crystal dan memikirkan solusi bagaimana caranya Crystal berhenti berpikiran negatif kepada dirinya sendiri.
"Udah dong Crys. Ngga usah dipikirin lagi. Ngga bakal kenapa-kenapa kok. Ohh aku tau...daripada kamu kaya gini, lebih baik kita periksa kabar Leo di rumah rehabilitasi. Gimana menurut kamu?" tanya Elder dengan harapn dapat menghibur suasana hati Crystal yang sedang gelisah.
"Ngunjungin Leo? Ayo ayo, aku mau ikut," balas Crystal seketika berdiri dari kursinya dan langsung menarik tangan Elder untuk segera berangkat.
Elder merasa heran dengan sikap Crystal akhir-akhir ini. Ia bingung kenapa Crystal berusaha susah payah kemarin membela Leo. Rasa curiga dalam diri Elder kian memuncak sehingga ia memutuskan untuk menanyakan hal ini pada Crystal.
"Crys, kamu akhir-akhir ini kenapa sih? Kamu ada apa-apa ya sama Leo?" tanya Elder dengan nada mengejek Crystal.
"Emangnya kenapa sih El? Kalo boleh jujur, aku emang merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku setiap melihatnya. Mungkin kamu benar, aku telah jatuh cinta padanya," jawab Crystal jujur membuat Elder kaget.
"Kau serius ngga sih Crys? Kalau ini hanya candaan, ini tidak lucu sama sekali," balas Elder masih tidak menyangka rekannya mencintai seorang pembunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retak
Short Story"Apakah kalian tahu apa yang membuat seorang manusia menjadi lengkap? Melalui rasa sakit," Manusia telah dilahirkan dengan emosi, tetapi hanya beberapa yang dapat mengendalikannya. Apakah kalian salah satunya?