Senin,Hari senin di SMA NARÉLIS adalah hari terheboh. Dimana semua murid sibuk melengkapi atribut seragam mereka. Pinjam dari kelas lain, pinjam dari ruang kebutuhan dan ada yang terpaksa membeli ke koperasi. Sudah menjadi rutinitas sekolah ini atau bahkan sekolah lain tiap senin di pagi harinya.
Luna menutup pintu ruang OSIS dan berjalan menelurusi lorong locker. Luna tidak pernah merasa kurang dengan atribut seragamnya, karena memang betul sempurna. Sembari berjalan, ia membaca buku agenda hariannya. Ada beberapa kegiatan yang harus ia lakukan di hari ini, bahkan pada saat upacara nanti. Ia harus berjaga di barisan paling belakang khusus OSIS.
Bugh!
Mata Luna terbuka lebar juga mulutnya, ia menoleh kearah belakang.
"Luna! Sumpah, maaf banget gue gak liat kalo itu lo!"
Gadis bersurai pendek ini mendecak kesal,
"Masa segede gini gak keliatan?" sarkasnya.
Lelaki bersurai hitam dan bermata coklat itu tersenyum sembari terkekeh. "Ya maaf kali, Lun. Dasi gue hilang jadinya gak fokus."
Luna tertawa kecil,
"Ibu koperasi sukses besar ya kalo di hari senin" ujarnya, dibalas dengan tawaan lelaki ini.
"Lo ada dasi dua gak, Lun?"
"Ada. Tapi kan buat cewe pasti kekecilan di leher lo." bilangnya.
"Gapapa deh daripada gak sama sekali pake. Gue ngeri sama lo," ucap dia.
Luna tertawa lagi. Setidaknya ada yang bisa membuatnya bangkit semangat karena sebuah lelucon ringan dari teman dekatnya, Kale.
Ia berjalan kearah lockernya diikuti oleh lelaki itu. Ia membuka lockernya dan segera memberikan dasi tersebut kepada Kale. "Ntar gue balikan. Oke?"Ia mengancungkan jempol. Kale tersenyum dan berjalan meninggalkan Luna.
Saat berjalannya upacara, Luna melakukan patroli kecil di belakang hingga ke barisan tengah. Memperhatikan semua murid yang tidak teratur dan tertawa-tiwi sepanjang upacara. Selain cantik, pintar dan punya skill, Luna juga terkenal galak pada saat ia sedang menjadi anggota OSIS. Ia tidak sungkan untuk melapor nama-nama murid yang menjadi trouble-maker di sekolah kepada pembina OSIS.
Pada saat ia kembali ke tempatnya, Livina berbisik kepada Luna.
"Ada anak baru ya, Lun?" tanyanya.
Luna mengerutkan dahinya.
"Anak baru?"
"Iyaa. Tadi gue sempet liat muka-muka asing gitu." jelasnya, Luna melirik kearah kanan dan kiri barisannya.
Luna menghela nafas. Kenapa pembina OSIS tidak memberitahu soal ini kepadanya? Luna merasa kurang update tentang kehadiran siswa-siswi di sekolah.
Selepas upacara, Luna merapihkan semua proposal kegiatan hari ini di ruang OSIS. Setelah itu pada saat ia ingi berjalan keluar dari ruangan, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang laki-laki tinggi menghalangi jalannya. Luna mendongak. Matanya mengerjap-ngerjap.
"Ada ketua OSIS gak?"
Luna mengerutkan dahinya. Bingung.
Matanya mengoreksi wajahnya. Rambut coklat legam seperti dirinya, warna mata hazelnut, hidung mancung, bibir pink alami, rahang yang terlihat sangat tegas. Matanya berpindah pusat. Pundaknya yang lebar, dada yang bidang, postur tubuh yang sempurna dan berkulit tan. Luna tanpa sadar menelan ludah."Earth to stranger."
Luna menggeleng-gelengkan kepala dan mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Gue sendiri. Ada perlu apa?"
Laki-laki itu terdiam sejenak menatapnya.
"Kelas XII IPS 1 di mana?" tanyanya.
Luna melihat file yang lelaki itu pegang, berisi jadwal kegiatan.
"Anak pindahan, ya? Kebetulan gue kelas XII IPS 1. Mau bareng?" tawarnya sekalian
Lelaki itu mengangguk singkat dan mundur agar Luna bisa berjalan keluar.
Tidak biasanya Luna segugup ini saat bertemu anak baru. Ia berusaha menenangkan diri dan menciptakan atmosfer baru, "Sebelumnya udah ketemu wali kelas?" tanya Luna.
"Udah."
"Oh. Nanti istirahat mau keliling sekolah atau gak perlu?"
"Istirahat jam berapa?"
"Karena tadi upacara, jadinya jam 10 itu udah istirahat," jelasnya
Lelaki itu terdiam. Luna menganggap diamnya itu sudah mengerti.
Ia mengulurkan tangannya,
"Luna. Ketua OSIS dan ketua tim basket perempuan NARÉLIS." ujar gadis ini dengan percaya diri.
Lelaki itu menjabat tangan Luna.
"Dega."
Ia melepas kaitan tangan sesegera mungkin sebelum tingkah kegugupan Luna semakin meningkat.
Dan tanpa disadari, mereka sudah tiba di kelas XII IPS 1. Luna segera masuk. Di kelas ini sudah digurui oleh Pak Rian. Guru sejarah + guru yang asyik dari semua guru. Ia segera salim.
"Maaf, Pak, saya telat. Saya membawa anak baru yang dipintah pembina untuk dibawa ke kelas ini." ujar Luna.
"Oh iya iya, gak masalah. Kamu boleh duduk."
Luna mengangguk dan berjalan kearah bangkunya.
Giliran Pak Rian yang mengintrogasi Dega sebagai anak baru.
"Nah, anak-anak sekalian. Kalian punya temen baru di sini. Semoga kalian bisa cepat akrab dan saling mengenal satu sama lain. Silahkan perkenalkan diri kamu,"
Lelaki itu berdiri di tengah dan menatap mantap ke arah murid-murid kelas ini. Matanya mengoreksi tiap mata-mata yang menatapnya dengan penuh keingintahuan.
"Saya Vebrasta Aldega, bisa dipanggil Dega. Salam kenal." ucapnya dengan singkat, padat dan jelas.
"Salam kenal, Den Dega. Wah, kalian akan ketambahan murid yang gak kalah prestasinya seperti kalian. Baik, kamu bisa duduk di tempat yang sudah disediakan dan semoga kamu nyaman di sekolah ini, ya." ujar Pak Rian dengan ramah. Dega tersenyum kilas dan mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/264643187-288-k16076.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypia.
Novela Juvenil"De, stop blaming and hurting on yourself. It's not all your fault!" "I'm sorry. I can't be a normal person like how i used to." "Pain changes people, Luna." ♤♤♤♤♤♧♧♧♧♧ Mengisahkan kedua insan yang dipertemukan oleh semesta di waktu yang tidak di...