An Unexpected Proposal | 04 • Robbery

6.3K 1K 502
                                    

LuizCaroline REPOST! Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LuizCaroline REPOST!
Happy Reading. Semoga suka.

Playlist :
Adam Jones - You Can Run

•••••••••

Berhari-hari Caroline masih berpikir, memindahkan semua akun bank nya secara privasi. Salahnya, membohongi Alexander hanya untuk membeli gaun mewah seharga delapan juta dollar. Sungguh, Caroline tidak tahu bahwa janji yang ia ucapkan mungkin akan berakibat fatal. Menurutnya, menjadi anak dari pria kaya dan berpengaruh mampu menafkahi semua nafsu nya terhadap kehidupan mewah, rupanya tidak. Alexander mulai perhitungan, sejak mereka tumbuh dewasa. Ia ingin mengajarkan kedua anak-anaknya Mandiri.

"Aku harus bisa mengatasi daddy. Jika tidak, aku harus rela berpisah dari American Express card," gumam Caroline, memerhatikan Elizabeth membenahi walk in closet.

"Tidak akan ku biarkan si pelit itu meremehkan ku, tidak akan."

"Nona Caroline?" tegur Elizabeth. Menatap dengan dahi mengerut.

"What?"

"Dengan siapa kau bicara?" Elizabeth menelan ludah, melirik keadaan sekitar dengan mata awas.

"Anak kecil tidak boleh terlalu banyak tahu," decak Caroline sambil memusingkan tubuh menuju meja rias. Elizabeth diam, mendadak dingin dalam satu waktu. Tiap bulu halusnya meremang.

"Siapkan pakaian untukku. Aku ingin mencari udara segar," tuntut Caroline tanpa membeberkan rencana. Meskipun Elizabeth bisa dipercaya, ia tidak ingin melibatkan wanita itu untuk menentang Alexander.

__________________


Luiz menenggak minuman mineral, jakun nya naik turun, menenggelamkan seluruh dahaga yang terasa lekat. Setelah merasa cukup, botol itu ia letakkan di sisi nakas, meraih selembar handuk berwarna putih untuk mengelap tubuh, mengilap, penuh keringat. Handuk yang beruntung.

Luiz berpaling, menatap ponsel barunya. Benda itu berdering. Dengan cepat, lengan kekarnya menyambut. Menatap nama Caroline di layar. Ia mengeluh, meletakkan ponselnya kembali di tempat semula. Bersamaan dengan hal tersebut, bel Penthouse berbunyi lantang. Luiz berdecak pelan, aktifitasnya terusik. Namun, ia tetap melangkah, lekas bergerak mendekati pintu.

"Morning....." lembur, sambut suara wanita yang berdiri di depan pintu, mendadak bungkam. Menelan ludah. Menatap dada bidang yang di pertontonkan Luiz. Shirtless.

An Unexpected proposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang