16 | Another Realm

321 103 55
                                    




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ 




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬




Bukan ini yang diharapkan gadis itu sewaktu bertemu dengan keluarganya. Tapi, menghamburkan diri ke dalam peluk hangat dan dilingkupi kehadiran mereka supaya (y/n) tidak merasa hampa dan sendiri.

Nyatanya, dia tidak bisa tidur semalam suntuk. Terbayang oleh wajah selalu mereka palingkan, terutama ketika sang ayah telah berkata bahwa putrinya harus bertemu dengan seorang dokter jiwa. Berkali-kali dia menepis perkataan itu, menjelaskan bahwa dia sepenuhnya normal dan sehat sentosa. Namun, hanya tatapan penuh segan yang didaratkan kepada gadis itu setiap kali (y/n) angkat bicara.

Perihal keasingan yang menerobos persepsinya berhasil mengubah ruangan itu perlahan menjadi sepetak, menghimpit raganya tanpa ampun hingga sesak. Tanpa hentinya gadis itu berharap agar mereka membuka hati dan telinga untuk mendengar yang tentunya berujung pupus.

(Y/n) masih ingat betul ketika macan jadi-jadian bernama Changbin itu memintanya untuk bertolak menuju kuil sebelum matahari tenggelam sebanyak dua kali. Namun, apakah pandangan ayah, ibu, dan saudara-saudaranya dapat berubah jika dia menuruti Changbin untuk kembali? Kepala gadis itu terasa mau pecah, seakan-akan banyak hal yang tidak dia pahami sejak awal.

Agaknya gue dikerjain sama kehidupan. Sinting memang.

Lee Felix mengantarkan seporsi sup hangat untuk sarapan sang kakak sebelum mengambil tempat duduk di atas single bed yang satunya, mengisi waktu dengan membaca novel. Saudara kembar tak identik itu berada dalam kamar seorang petugas di ranger station. Sebab, pagi ini adalah giliran Felix yang menemani (y/n) dengan alasan takut jika sewaktu-waktu gadis itu bertindak di luar akal sehat.

"Felix."

Sang pemilik nama menengok sebagai balasan, tidak sepenuhnya menyahut.

"Gue minta maaf."

"Buat?"

"Semuanya, Lix. Gue merasa bersalah dan bersedia untuk memperbaiki diri."

"Gue udah memaafkan lo, bahkan sebelum kata maaf itu terucap. Sayangnya, gue masih butuh waktu buat berdamai sama keadaan," Felix membuang pandangannya ke atas lantai. "Apalagi dengan kondisi lo yang seperti ini."

Untouched • Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang