Happy Reading!
𝙺𝚕𝚒𝚔 𝚋𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊^^***
Sangat gerah siang ini. Aku memutuskan mandi untuk menyegarkan tubuh. Mulai dari daster khas ibu rumah tangga pada umumnya, aku tanggalkan, menyusul semua kain di tubuh. Di bawah pancuran shower, aku berdiam diri menikmati segarnya air. Ugh, rasanya sangat melegakan setelah bersih-bersih rumah setengah harian ini.
Ceklek!
Tubuhku bergerak refleks menoleh saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Terpampang seorang pria membatu di celah pintu. Ia menatapku beberapa detik, lalu menurunkan pandangannya.
“Maaf. Saya kira tadi airnya menyala sendiri.” Hanya itu yang dia ucapkan, lalu menutup pintu kamar mandi dengan pelan tanpa menimbulkan suara.
Selama beberapa saat, aku ikut mematung di tempat. Kemudian mengusap wajah, lalu mengambil handuk yang menggantung. Menggunakannya di tubuh, lalu keluar kamar mandi.
“Mas mau makan siang?” tanyaku saat melihat pria itu sibuk memilah beberapa map di atas meja.
“Kamu lihat map biru di sini. Tadi saya kelupaan, makanya saya pulang mau ambil.” Dia tidak sedikitpun menoleh padaku, dan sibuk mengobrak-abrik kertas di mejanya.
Aku berjalan menuju rak dekat meja kerjanya. Mengambil map yang ia cari, lalu menyerahkannya.
“Ah, terimakasih.” Dia tersenyum simpul padaku saat menerimanya. Lalu berbalik hendak pergi.
“Mas nggak mau makan siang bareng?” tanyaku.
“Maaf, ya. Sekarang belum bisa. Saya ada pertemuan di restoran dengan klien. Lain kali, ya?”
“Okey.” Aku menjawab lemah seraya tersenyum meski ia tidak melihat. Aku terus menatap punggungnya yang dibalut kemeja maroon hingga tubuhnya benar-benar pergi.
Kalau dilihat sekilas, pernikahan kami baik-baik saja. Di mata tetangga, kami adalah keluarga paling bahagia. Di mata keluarga, kamilah pasangan paling beruntung. Namun, untukku ini hanya seperti kehidupan dua orang asing dalam satu rumah.
Pernikahan kami sudah berjalan 11 bulan, tetapi seperti ini. Lihat saja bagaimana respon Mas Aiden tadi. Dia tidak pernah tertarik dengan tubuhku. Jadi, keinginan untuk menjalin cinta dengan suami pupus di malam pernikahan dulu, kala pertama kali aku tahu dia tidak memiliki ketertarikan pada wanita.
Ah, bahkan 2 bulan pernikahan dulu, aku nekat menggodanya dengan lingerie super seksi pemberian sahabatku. Namun, responnya hanya, “wah, bajunya bagus. Tapi apa kamu tidak kedinginan, Ayya? Kainnya terlalu tipis.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate Hubby
Romance18+ | ROMANSA || SELESAI 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐢𝐚 𝐭𝐚𝐦𝐩𝐚𝐧, 𝐤𝐚𝐲𝐚, 𝐬𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬, 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧, 𝐧𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐢𝐤-𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐨𝐥𝐚𝐤? 𝐒𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚, 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚-𝐛𝐚𝐢�...