C H A P T E R • 02

2.3K 207 13
                                    

Happy Reading!
𝙺𝚕𝚒𝚔 𝚋𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊^^
***

Happy Reading!𝙺𝚕𝚒𝚔 𝚋𝚒𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊^^***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang ingin memulai. Mas Aiden tampak ragu-ragu meraih tanktop-ku, sementara aku sebagai wanita, tentunya memiliki gengsi tinggi. Tapi, gemas juga melihat Mas Aiden naik-turunin tangan karena segan. Maka, aku meraih kedua tangannya, menuntun ke ujung tank top. Tanpa perintah lagi, dia mulai mengangkat bajuku ke atas kepala.

Mas Aiden menatap wajah dan tubuhku secara bergantian, membuat perasaan malu tiba-tiba muncul. Bibir bawah aku gigit untuk meredam malu, sekaligus menahan bahagia. Setelah sekian bulan akhirnya ....

Tangan Mas Aiden melewati tubuhku, berhenti di punggung. Melepas kaitan besi di belakang sana dan membuat separuh tubuhku benar-benar bersih dari sehelai kain.

Aku semakin menunduk dalam, tetapi sesekali menengadah untuk melihat responnya. Datar. Masih sama seperti Mas Aiden biasanya.

Dalam keadaan seperti ini, Mas Aiden tidak lagi melakukan apa pun. Hanya diam memandang mata dan dadaku secara bergantian. Uh, aku gemas dengan sikap lamban pria ini.

Maka, tangan pria itu aku raih, menempatkannya di depan dadaku. Dia tampak terkejut beberapa detik, lalu kembali normal.

“Mas ....” Aku memanggil setengah merengek. Masa iya, semuanya harus aku yang berinisiatif sendiri?

Pria itu memberikan rayuan apa yang aku butuhkan di dada. Aku semakin menggigit bibir kuat saat sensasi unik menghampiri. Pipiku terasa panas karena saat tangan pria itu sibuk, ia malah fokus menatap mataku. Kemudian tersenyum simpul.

“Kamu manis, kalau pipi merah begini,” ucapnya kemudian.

Uh, dia juga manis dengan ucapannya barusan.

Aku semakin gemas saja pada pria ini. Beberapa menit dia lakukan hanya dengan gerakan tadi, tanpa mau lebih. Aku sudah gelisah diliputi gairah. Tidak sadar, menempatkan kedua telapak tanganku di masing-masing wajahnya. Mendekatkan jarak kami, hingga embusan napasnya dapat aku hirup. Wangi mint, yang sangat menyegarkan.

Kepalaku maju-mundur. Malu untuk memulai, segan untuk mundur. Bagaimanapun, kita sudah sejauh ini. Masa iya, harus gagal lagi karena gengsi? Ya sudahlah ....

Tapi ... pria itu seperti mengerti kerisauan dalam diriku. Dia memiringkan kepalanya, dan langsung menyatukan bibir kami. Aku tentu saja terkejut saat benda kenyal menempel di bibir. Namun, ketika melihat Mas Aiden memejamkan mata, aku jadi terbius oleh wajahnya. Dia memang sempurna dalam soal fisik. Mataku ikut terpejam lembut mengikuti naluri.

Tidak ada pergerakan. Awalnya, kami hanya saling diam. Barulah saat aku sedikit mundur, pria itu mau menahan tengkukku. Memagut lembut bibirku, dengan penekanan pas.

Passionate HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang