2. Surat Dari Abel

118 9 7
                                    

MAKASIH YANG UDAH KOMEN DAN VOTE DIPART SEBELUMNYA. Luvvv❤

Yaudah langsung aja ya, jangan lupa mulmednya karena beberapa kali aku ganti buat nyari kecocokan

Mulmed🎶 IN THE END-LINKING PARK (Instrumental)

Semoga kamu suka!

•••••••

Skala melangkah maju–mendekati gadis itu. "Lo siapa?!!" tanyanya dengan ketus. "Berhak apa lo sama dia?!" Skala menoyor bahu gadis itu dengan telunjuknya.

"Gue Rasi, Abel nitip sesuatu ke gue." Oke, sekarang sebut saja nama gadis itu adalah Rasi.

"Nitip?" monolog Skala tanpa suara.

"Tadinya gue mau kasih. Tapi sayang, sekarang gue udah muak sama kelakuan lo!"

Skala berdecih. "Lo pikir gue percaya?!"

"Kalo lo udah kehilangan, baru lo percaya." Rasi tersenyum sinis.

"Hari ini kalian mau ke Abel 'kan? Nanti gue nyusul. Sekalian gue kasih titipan dari Abel biar lo bisa langsung baca di depannya." Final Rasi, mengambil topinya yang terjatuh di lantai kemudian berlalu begitu saja.

"Anjir tuh cewek! Berani banget gila!" Cio menggeleng heran sambil mengamati kepergian Rasi.

"Kal, bukannya Abel gak punya temen di luar sekolah ya?" tanya Aris masih bingung dengan penuturan Rasi.

Cio mengangguk. "Iya ya, dia kan baru pindah ke kota ini," timpahnya bertambah bingung.

Skala dan Array terdiam. Benar juga kata Aris dan Cio, Abel saja tidak punya teman perempuan di sekolahnya sendiri, apalagi di luar sekolah?

•••••••

Rasi tidak berdusta, dia benar-benar datang ke rumah sakit tempat Abel dirawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasi tidak berdusta, dia benar-benar datang ke rumah sakit tempat Abel dirawat. Namun sesampainya di ruangan Abel, ia langsung diseret oleh anak buah Skala menuju gudang rumah sakit.

Gadis itu dihempas ke arah dinding. Kini hanya ada mereka berdua–Skala dan Rasi. Jangan harap Skala akan ramah padanya. Apalagi setelah gadis itu mengatakan hal-hal yang tidak wajar.

"Lo gak bisa ramah sedikit ya sama perempuan?!" Rasi membenarkan jaketnya yang sedikit turun akibat terhuyung ke dinding.

Sementara Skala hanya tersenyum iblis melihatnya.

Tiba-tiba Rasi tertawa renyah. "Eh, gak bisa ya? Dia koma aja gara-gara lo kan, lupa gue. Sorry.."

Skala langsung mencengkram kerah jaket Rasi dengan kasar. Matanya menyorot kedua mata Rasi begitu tajam.

"Kenapa? Gue bener?" Rasi tertawa remeh. Sementara Skala makin mengeratkan cengkramannya. Ia benar-benar ingin menghajar gadis itu.

'Skala enggak boleh kasar ya sama perempuan, karena sekeras-kerasnya perempuan, hatinya berbeda dari laki-laki. Abel enggak mau liat Skala kasar lagi kemereka, ya?'

Skala melepaskan cengkramannya, mengusap wajahnya dengan kasar, tiba-tiba saja perkataan Abel terngiang dikepalanya.

Rasi membuang nafas lega. "Tapi thanks ... Thanks udah nunjukin sebuah rasa yang gue anggap gak ada di dunia ini," ujar Rasi, lalu menaikkan sudut bibirnya.

"Lo bisa langsung ke intinya?!" tanya Skala. Cowok itu sedang mencoba untuk menetralkan emosinya.

"Lo.. belum baca diarynya Abel ... 'kan?" kini raut wajah Rasi berubah menjadi teduh.

Skala mengalihkan pandangannya.

Rasi tersenyum getir. "Ternyata bener.." Ia membuang nafas, menatap nanar sesosok lelaki yang berada di hadapannya. "Kalo lo udah baca semua pasti lo yang nyari gue. Bukan gue yang nyari lo.." Mata Rasi memanas, seperti ada cairan yang ingin keluar.

Buru-buru gadis itu merogoh saku jaketnya untuk mengambil sesuatu. "Nih," Rasi menyodorkan sebuah amplop yang entah apa isinya.

Skala menoleh, kemudian menurunkan pandangannya-ke arah amplop.

"Dari Abel," kata Rasi dengan mantap.

Skala menerima amplop itu. Lalu atensinya beralih pada Rasi.

"Bacanya di depan Abel. Karena Abel yang nulis suratnya bukan gue."

"Lo pikir gue percaya? Abel gak mungkin bergaul sama orang kaya lo ... Setelah ini gue minta jangan pernah dateng ke sini lagi. Ngerti?!"

Rasi merotasikan bola matanya. "Simpen rasa terima kasih lo untuk gue nanti. Dan gue janji gak akan dateng ke sini lagi, gue gak akan nyari lo lagi. Tapi.. mungkin nanti malah lo yang nyari gue. Inget! Lo. Akan. Cari gue. Nanti."

"Kita liat, siapa yang ada di gerbang sekolah gue nanti," batin Rasi, lalu melanggang pergi meninggalkan Skala sendirian.

•••••••

Skala sudah berada di ruangan Abel. Ia berdiri di sisi bangsal sambil memperhatikan wajah gadis itu.

Skala meraih amplop dari dalam saku, membukanya, lalu mengambil lipatan kertas yang berada di dalamnya, kemudian ia membuka lipatan kertas tersebut dengan perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Skala meraih amplop dari dalam saku, membukanya, lalu mengambil lipatan kertas yang berada di dalamnya, kemudian ia membuka lipatan kertas tersebut dengan perlahan.

Kertas telah terbuka.

Satu fakta yang Skala terima.

Rasi tidak berbohong.

Karena kertas lipatan tersebut adalah robekan dari buku diary yang Skala berikan untuk Abel.

••••••••••••••••••
SKALAABEL
•••••••••••••••••

Segitu dulu yaa, Setelah sahur aku up lagi. Soalnya ini nanggung banget lat/settnya.

.
.
.

THANKS!
AND!
SEE YOU!

SKALAABEL: Read your last diaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang