6

220 32 0
                                    

Krist masih bersitegang dengan Aroon, asisten sekaligus orang kepercayaan Alice. Laki-laki itu keukeuh tidak ingin Krist yang memeriksa Alice.

"Aku juga tidak mau melakukan ini kalau tidak dibayar!" Batin Krist. Ia mencoba menekan emosi. "Maaf sebelumnya, tapi dokter Podd sedang ada urusan. Jadi izinkan saya yang memeriksa Nyonya Alice, beliau harus segera mendapat injeksi. Apa anda mau menanggung kesehatan Nyonya Alice hanya karena menunggu dokter Podd yang tak pasti kapan datangnya"

Krist melihat Aroon terdiam tampak berfikir.

"Baiklah, lakukan!"

Krist tersenyum menang. "Kesehatan Nyonya Alice terus menurun, ini dikarenakan penyakit komplikasi yang beliau miliki" Krist memberikan hasil CT Scan paru-paru milik Alice. "Saya ingin bertanya, apa Nyonya Alice merokok?"

Krist menatap mata Aroon yang gelisah. "Saya harap anda tidak berbohong di depan dokter "

".... iya, Nyonya memang merokok"

"Apakah sering?"

Aroon menjeda lama. Hingga ia mendekat selangkah di depan Krist hingga Krist terperanjat. "Sering atau tidak, itu bukan urusanmu. Kerjakan saja pekerjaanmu"

"Nonjok orang masuk penjara nggak? Serius, tanya!" Batin Krist.

Pintu ruangan terbuka, Singto berhenti saat Krist dan Aroon sedang berhadapan dengan jarak dekat. "Ekhem!"

Krist dan Aroon menoleh bersama ke arah Singto yang menatap keduanya heran. "Kalian seharusnya tidak ribut di dekat pasien"

Krist mundur beberapa langkah. "Aku hanya mencoba memberi penjelasan tentang hasil pemeriksaan CT Scan. Tuan Aroon tidak perlu khawatir, Nyonya Alice berada di tangan yang profesional"

Singto masih tidak mengerti apa yang terjadi. "Suntikan antibiotiknya" ucapnya pada Krist.

Krist mengangguk. Ia mengambil botol dalam lemari kecil di dekat meja ranjang dan mengganti kantung infus dengan botol tersebut. Cairan bening perlahan masuk melalui selang kecil menuju lengan Alice.

"Tuan Aroon, kapan pihak keluarga akan kemari?" Tanya Singto.

"Tidak ada yang akan kemari"

"Pihak keluarga harus mengurus administrasinya"

"Biar saya yang mengurusnya"

"Tapi pihak keluarga perlu terlibat"

Krist diam mendengarkan. "Ternyata rumor berita Nyonya Alice cerai dengan suaminya itu benar" batinnya.

"Saya walinya"

Singto menghela nafas. "Baiklah, silahkan ke lobi untuk mengurusnya"

Aroon berjalan melewati Singto keluar ruangan. Singto berdiri di samping Krist yang mengganti botol antibiotik yang sudah kosong dengan kantung infus.

"Apa yang kalian obrolkan sebelum aku datang?" Tanya Singto.

Krist menoleh. Ia dapat mencium aroma parfum Singto walau samar. "Dia meminta memanggil P'Podd, tapi aku bilang P'Podd sedang ada urusan, tapi dia memaksa"

"Lain kali panggil aku kalau berhadapan dengannya lagi"

Krist mengangguk. "Save... " batin Krist lega. Ia merasa aman berada di samping Singto, walau ia tak paham alasannya.

Pukul 16.45, Krist baru saja keluar dari toilet yang berada satu lorong dengan ruangan Alice. Ia berhenti di tengah jalan saat melihat Aroon berdiri di depan pintu.

"Lanjut jalan, abaikan, anggap dia tidak ada, tatap lurus ke depan... " batin Krist berjalan melewati Aroon.

"Kau dokter baru?"

Angels beside me - skTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang