12

218 30 0
                                    

Kini Krist berada di balkon atap gedung rumah sakit, siang ini matahari tertutup awan mendung, angin membawa hawa sejuk setelah beberapa jam lalu panas terik melanda. Dengan sekaleng soda dingin di tangan, ia bersandar pada dinding pembatas menghadap pemandangan kota Bangkok.

"Dia yang memulai semuanya. Padahal aku sudah berusaha menutupi perasaanku sendiri... Dia menyebalkan!" Krist meminum sisanya hingga habis.

Ia berbalik bermaksud membeli kaleng soda lagi. Tapi ia terhenti karena melihat Singto berdiri tak jauh darinya. Krist tahu Singto akan membicarakan masalah tadi, jadi ia memilih duduk di bangku besi dan mendongak ke atas.

Singto duduk di sampingnya, ia membuka kaleng soda yang baru saja ia beli dan meminumnya sedikit.

"Tanggungjawab!" Seru Krist.

"Diamlah, aku sedang berfikir. Kalau P'Podd dan Khaotung, aku bisa menanganinya. Nah kalau sampai satu rumah sakit tahu... "

"Apa kita disuruh angkat kaki dari sini?"

"Tidak kalau tidak menimbulkan masalah besar"

"Tidak bagaimana! Sepergi kau dan Bibi Inta, aku mendengar beberapa perawat berbisik tentangmu"

"Tidak akan ada apa-apa, percaya padaku" Singto meminum sodanya lagi

Krist menghela nafas. "Lalu bagaimana sekarang?"

"Bertingkah saja seperti biasa"

Bohong jika Krist tidak cemas. Berbagai kemungkinan bermunculan di benaknya, namun ia tak mendapatkan solusi untuk setiap kemungkinan.

Ponsel Krist berdering, saat dilihat, tampak nama kontak Khaotung tertulis di layar. "Halo?"

"P'Krist dimana?"

"Di balkon atap, kenapa?"

"Bisa ke lobi?"

"Ok, aku kesana" Sambungan terputus. Krist memasukkan ponselnya kembali ke saku celana kain hitan yang ia pakai. "Aku pergi dulu"

"Hm... "

Krist pergi meninggalkan Singto yang masih menikmati minuman sodanya. Tak lama kemudian, Podd datang. Mendengar suara langkah kaki, Singto menoleh.

"Yo!" Sapa Podd. Ia duduk di samping Singto.

"Tumben kesini"

"Aku hanya... " keraguan begitu tampak dari gerak-gerik Podd.

"Soal tadi?"

"Aku hanya ingin memastikan"

Singto memberi jeda beberapa saat, ia tahu Podd menunggu jawabannya. Singto sangat mengenal Podd, pria itu bisa menggali tiap masalah sampai ke akarnya. Singto tak mempermasalahkan itu karena Podd memang bisa dipercaya.

"Tentang yang dibilang Mama tadi... memang benar"

Podd melirik Singto. "Kau berbohong pada Mamamu, kan?"

Singto menghela nafas. "Tuh kan, kau sudah tahu walaupun aku belum bilang "

"Apa tujuannya?"

"Papanya Krist adalah teman sekaligus mantan kekasih Mamaku waktu di kampus dulu"

"Wow! Lalu?"

"Mereka berencana menjalin hubungan lagi"

"Hee... CLBK ceritanya"

"Tapi aku dan Krist menolak, jadi kami berpura-pura pacaran supaya mereka tidak menjalin hubungan lagi"

"Waahh... egois"

Angels beside me - skTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang