Hari telah berlalu. Begitu pula kesehatan tiga sekawan yang sedang mengalami masa perawatan di rumah sakit yang kini kesehatan nya kian membaik. Ya meskipun luka Daniel dan Dafa hanya memar tapi saat kemarin di bertahu oleh dokter bahwa mereka terkena luka dalam. Kamar mereka kini di pisah, Daniel satu kamar dengan Dafa, sementara Pio yang jahitan nya masih belum membaik, ia terpaksa di pisah kamar nya dengan Daniel dan Dafa dikarenakan perlu di tangani dengan intensif.
Daniel yang baru saja terbuka dari tidur yang cukup lama, ia menyadari ada dua wanita yang satu sedang memainkan hp nya sedangkan satu lagi tengah mengistirahat kan kepalanya di kaki Daniel. Ia terkejut dan segera menegakan punggung nya dan dengan sendirinya wanita itu menegakan punggungnya pula.
"Nadin" alis yang terangkat dan mata yang membeliak dengan nada yang heran. "lo dari kapan di sini? ,pulang aja gih , udah gelap loh di luar" mengingatkan Nadin dan Mila.
"oh kamu udah bangun, ini tadi dokter dateng terus bilang ke aku kalau kamu udah bisa pulang" sambil membenarkan posisi kerudung yang lusuh.
"cepet siap siap mau gue tunggu in ga?" tanya Mila.
Mendadak ada seorang wanita yang mendorong pintu kamar dengan cukup keras. Khansa masuk dengan suara khasnya yang cempreng "samlekon mentemen" menggunakan ekspresi mata yang menutup , bibir yang muncung ke depan, kedua tangan yang di naikan.
"assalamualaikum khansa" sela Nadin.
"ya itulah pokoknya" bersikap bodoamat dengan ucapan yang dikatakan Nadin dan mengayunkan tangan ke arah luar. Tanpa tau malu ia langsung menyambar Daniel dan memeluknya. Segera Daniel menepis permintaan nya barusan " eh apaan sih lu dateng dateng!?" memundurkan badannya mencoba menjauh dari jangkauan Khansa dengan muka yang masih gondok.
Dafa yang di ranjang seberang membelalak kan mata nya dan bulu kuduk nya bergudik sama seperti yang ada di seisi ruang. Merasa jijik dengan sifat Khansa . Iba melihat sikap nya.
"emm..okeh gue mau ke meja resepsionis dulu ya " senyum terpaksa . Dilanjut Mila keluar mengikuti Dafa , lari kicik-kicik.
Untung masih ada Nadin yang setia menunggu. "pliss Nadin sini aja" batin Daniel. Namun ia beranjak dari sofa abu-abu. Mendekati pintu dan senyum kepada Daniel " hehe gue ke Pio bentar ya" melambaikan tangan .
Daniel menahan marah nya dengan mata terpejam. Mengepalkan tangan dan menggebukkannya ke kasur. Menarik nafas dan Memulangkanya. Ia muak "gue ga habis fikir, kenapa si, mau lu apa!?"-" gue udah bilang jangan ganggu hidup gue! , lu bego apa gimana sih!?" Ia bangkit dari ranjang nya . Memasukan barang barang nya ke dalam tas dan bergegas ia pergi keluar namun mendadak Khansa angkat bicara " gue kesini cuman mau jenguk lu kok, sama mau ngasih buah ini" mengeluarkan buket buah dari tas nya " makan yah" segera di ambil Daniel " makasih" menutup pintu keras keras.
Ia berjalan di antara lorong rumah sakit sedikit cepat. Ia melirik ada wanita paruh baya sedang keluar dari kamar menggunakan kursi roda nya, di iringi dengan wanita yang masih cukup muda. Daniel mendatangi wanita tua itu dan memberikan buket buah itu pada nya " nek.. ini dimakan ya, cepet sembuh ya nek. Daniel duluan yaa" dijawab dengan ucapan syukur dari sang nenek dan ia berjalan kembali ke arah sebelumnya, ke arah kamar Pio.
Ia menuruni lantai menggunakan lift dari lantai tiga menuju lantai satu. Membuka salah satu pintu yang di depan nya di pasang nomor 17. Ternyata di dalam hanya ada Gwen yang sedang duduk di sofa terkejut. Menyapa dan menanyakan di mana pria kribo itu berada " Pio di mana Gwen?" tanya dengan raut muka yang masih marah.
"muka lu kenapa gitu dah?" tanya Gwen."kesel gue"-.
"tadi Pio lagi ke koperasi" merapihkan sofa yang tadinya berantakan. Melipat selimut yang ada di ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Kehilangan Mega Merah-Nya
RomanceSENJA ------------ Kehadiran yang sesaat Namun membuat candu bagi para penikmat Saat itu sore mulai mengambil mega merah nya Langit yang kian menggelap Seakan akan arti jika perpisahan memang akan terjadi Jika memang iya saya hanya berharap Besok...