Panas matahari mulai terasa, yang menandakan bahwa hari sudah mulai siang. Namun, sepasang kekasih tersebut masih menikmati naungan pohon willow.
Pria bermanik jingga tersebut melihat ke arah jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya.
11:13 am, waktu Moskwa (UTC+3)
Ia pun menepuk perlahan pipi Halilintar agar pria tersebut terbangun dari tidur lelapnya.
"Hali, ayo bangun," ucapnya, namun ia tidak bergeming & hal ini membuat Blaze mendapat ide jahil.
Ia pun mengambil sebungkus garam dari saku celananya, yang ntah kenapa bisa ada disana & memasukan sejumput isinya ke dalam mulut Halilintar.
"Uhuk---ASIN!" seru Halilintar yang langsung terbangun dan terbatuk, sementara sang pelaku hanya tertawa terbahak-bahak.
"Apa-apaan kau?!" omel Halilintar yang melihat pria jahil itu sedang menertawakan dirinya.
"Siapa suruh saat ku bangunkan tidak bangun, HAHAHAHAHA!" balas Blaze yang masih tertawa, Halilintar yang kesal pun segera pergi meninggalkannya.
Blaze yang menyadarinya langsung menghentikan tawanya & berlari mengejar Halilintar.
"Heii, kau marah? Bersyukurlah aku hanya menggunakan garam, bukan balon," ucap Blaze yang diabaikan oleh Halilintar.
"Lili, jangan abaikan aku!"
Blaze mendengus kesal karena Halilintar masih mengabaikannya. Ia hanya memasukan garam kedalam mulut pria itu, apa yang salah?
"Li!"
Berhenti saja tidak, apalagi menoleh. Blaze pun meringis frustasi karena jika Halilintar sudah kesal atau marah, maka hal ini bisa lama.
Ia pun kembali mengejar Halilintar & langsung memeluk pria yang lebih pendek darinya itu.
"Jangan marah, aku kan hanya ingin membangunkanmu," ucap Blaze mencoba membujuk Halilintar.
Halilintar pun meliriknya sinis. "Apa tak ada cara yang waras? Hingga kau harus memberiku garam?"
Blaze pun menggeleng sembari memasang wajah jahil khasnya. "Tidak ada, hanya itu yang bisa ku pikirkan."
Halilintar memutarkan matanya malas. Bahkan ia terkadang bingung, kenapa ia bisa mencintai pria jahil pecinta kerusuhan ini?
"Ayolah Hali, jangan marah padaku. Aku akan lakukan apapun, asalkan jangan marah. Bagaimana?"
"Kau pikir semudah itu membujukku? Tidak, tinggalkan aku sendiri."
"Bahkan tidak saat aku belikan sebuah boneka Pikachu limited edition?"
Halilintar terdiam memikirkan penawaran yang ditawarkan Blaze, ingin sekali ia menyetujuinya, namun harga diri dan egonya mencegah.
"T-tidak!"
Blaze terkekeh. "Bagaimana kalau dua boneka Pikachu?"
Pertahanan pria bermanik rubi itu akhirnya runtuh, ia tak dapat mengelak dari penawaran menggoda tersebut.
"Ck, terserah," balas Halilintar dengan rona yang menghiasi wajahnya.
Blaze tersenyum penuh kemenangan, ia tahu pasti cara ini akan ampuh untuk menghadapi tembok kokoh milik Halilintar.
"Kau naik apa kesini?" tanya Blaze.
"Naik bis, sepedaku sedang dipinjam Solar ke kampus."
"Ayo kita pulang, kita harus bersiap untuk besok," ajak Blaze.
Halilintar pun melepaskan pelukan Blaze & menatapnya lamat. "Kau tak akan melupakan janjimu, kan?"
Blaze menyerngit bingung. "Janji yang mana? Janji untuk menikahimu? Tentu saja aku ingat!" Jawaban darinya justru membuat Halilintar kembali kesal padanya, namun disisi lain ia juga merona hebat.
"Bukan yang itu, bodoh!"
Blaze pun terkekeh melihat wajah Halilintar yang nampak amat imut di matanya. "Bercanda, tentu saja aku ingat. Ayo."
Mereka pun segera meninggalkan pohon willow tersebut sambil bergandeng tangan, seakan tak ingin kehilangan satu sama lain.
"Taman ini nyaman, ya?" gumam Blaze sembari berjalan menuju pintu keluar dari Troparevsky Park, yang tak lain ialah tempat mereka berada saat ini.
"Tentu saja, karena itu aku sering kemari," balas Halilintar.
Tak terasa langkah kaki mereka telah membawa mereka keluar dari taman menuju tempat parkir sepeda.
"Ayo, Hali. Ku bonceng," ajak Blaze sembari memakai helm khusus sepeda, namun Halilintar menggeleng.
"Aku tidak bawa helm. Lagipula lebih aku menyewa sepeda saja," ucap Halilintar.
"Oh ayolah, Halilintar. Romantis sedikit," pinta Blaze, yang sayangnya Halilintar tetap menolak.
"Kau mau kita jatuh, lalu aku terluka? Yang ada besok kita malah menikah di rumah sakit," balas Halilintar sarkas, sementara sang lawan bicara merasa kesal.
"Ya sudahlah, padahal seharusnya kau menerima tawaranku. Kan lumayan untuk menghemat uang," ucap Blaze kecewa.
"Itu sih hanya akal-akalanmu agar bisa denganku," balas Halilintar tak peduli & pergi menuju tempat penyewaan sepeda yang memang tersedia dipinggir jalan.
Blaze pun menaiki sepedanya & mengayuhnya mendekati Halilintar yang sedang bersiap menaikinya.
"Siap?" tanya Blaze yang diangguki oleh Halilintar, mereka pun bersepeda berdampingan di jalur khusus sepeda disepanjang jalan Ulitsa Akademika Anokhina di distrik Tyoply Stan.
Disepanjang perjalanan, mereka disuguhi oleh pemandangan bunga-bunga yang akan segera bermekaran disetiap taman maupun pot yang mereka lihat.
Sama seperti kedua hati pria tampan ini, penuh bunga-bunga kebahagiaan saat bersama kekasih tercinta.
Namun, mereka yakin bunga-bunga tersebut baru akan mekar sepenuhnya esok. Dimana mereka akan disatukan dengan ikatan sakral untuk selamanya.
Kedua sepeda tersebut terus melaju sejauh 39,5 km hingga akhirnya tiba dipesisir Sungai Moskwa.
Sungai sepanjang 503 km ini membelah kota Moskow bagian barat dan juga bertemu dengan 5 aliran sungai lain, juga terhubung dengan sebuah kanal dengan aliran Sungai Volga, sungai terpanjang di Eropa.
Mereka berdua pun diam sembari menatap ke permukaan air tersebut, sembari menatap beberapa pepohonan dengan bunga yang siap mekar.
"Aku yakin musim semi kali ini akan sangat berbeda dari tahun sebelumnya!" seru Blaze, Halilintar pun tersenyum tipis.
"Kau benar, bahkan bunganya lebih banyak dari tahun sebelumnya," balas Halilintar setuju.
"Ah! Aku benar-benar tak sabar untuk hari esok, Hali! Aku bahkan tak menyangka bisa menikahimu," ucap Blaze sambil mencubit pipi Halilintar gemas.
"Ouch! Sakit, bodoh! Jangan mencubit pipiku!"
"Ups---maaf sengaja. Sudahlah, ayo kita pulang."
Mereka pun meneruskan perjalanan menyebrangi jembatan menuju distrik Donskoy yang masuk kedalam Orkrug (wilayah administratif) selatan, tempat dimana mereka tinggal.
T. B. C.
Mohon maaf bila ada salah atau informasi kurang akurat. Spam voment?
KAMU SEDANG MEMBACA
Печаль весной [Completed]
Fanfiction[Ship : Blaze X Halilintar, Yaoi] Boboiboy Fanfiction! Cinta di musim semi tak selalunya berakhir indah, bahkan bisa berakhir tragis. Musim semi tidak hanya membawa kebahagiaan, namun juga kesedihan yang amat mendalam. musim semi hanya mengingatkan...