Под ивой

1.2K 92 36
                                    

Musim semi.

Musim dimana semua hewan dan juga tumbuhan kembali terbangun setelah tidur panjang mereka.

Salju yang perlahan mencair dan membentuk aliran air yang mengalir, juga awan yang melayang perlahan di langit.

Bunga-bunga bermekaran dengan indahnya, dihiasi oleh indahnya tetesan embun.

Udara yang lembab membuat suasana sekitar menjadi sejuk, ditambah dengan kicauan indah dari para burung.

Sorakan bahagia anak-anak yang tengah bermain di lapangan pun menunjukan betapa bahagianya mereka karena musim semi telah tiba.

Kebahagiaan dan segala keindahan ini pun tak luput dari seorang pemuda yang tengah merebahkan diri dibawah pohon willow ini.

Disekitarnya terdapat berbagai macam kuncup bunga liar yang sudah siap mekar, mungkin baru akan mekar sepenuhnya besok.

Namun berbeda dengan bunga-bunga cinta yang telah mekar dengan sangat indah di dalam hati pemuda ini, meskipun tak nampak jelas karena selalu ia sembunyikan dibalik wajah datar khasnya.

Ia masih tak percaya bahwa ia besok akan segera menikah dengan sang kekasih hati, sudah seminggu ini ia cuti dari pekerjaannya di café karena harus mengurus pernikahannya.

Tap.

Pemuda itu pun menoleh begitu mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya, lalu menarik ujung bibirnya beberapa milimeter.

"Kenapa datang kemari?" tanya pemuda bermanik rubi tersebut, pria tersebut pun terkekeh & duduk disebelahnya.

"Memang apa salahnya menemui kekasihku sendiri? Oh ayolah, jangan dingin seperti itu padaku," ucap pemuda tersebut sambil mendekatkan wajahnya pada Halilintar yang tengah berbaring.

Halilintar pun mendorong pria yang berstatus sebagai kekasihnya tersebut & merubah posisinya menjadi duduk. "Jangan lakukan apapun, ini tempat umum," ucapnya.

"Bahkan sebuah ciuman kecil?" tanya pria tersebut.

"Tidak, Blaze," jawab Halilintar tegas, namun pria bermanik jingga tersebut tiba-tiba saja mengecup pipi mulus pria tampan yang lebih muda 5 tahun darinya itu.

"Kau lama, Halilintar," ucap Blaze sambil terkekeh, sementara orang yang dicium menatapnya geram.

"Глупый (bodoh-Rusia)," decihnya sambil memalingkan wajahnya guna menyembunyikan rona merah yang nampak jelas diwajahnya.

Blaze pun tertawa pelan melihat reaksi sang kekasih. "Dasar tsundere, mengaku saja kau menyukainya."

"D-diam kau!" seru Halilintar, namun bukan Blaze namanya jika ia berhenti mengusik kekasihnya tersebut.

Blaze pun memeluk pinggang sang uke, lalu meletakkan dagunya dibahu Halilintar.

"Sayang, jangan begitu dong. Kalau aku kembali dengan Thorn bagaimana?" Dan sejurus kemudian, ia dihadiahi pukulan dengan penuh kasih sayang dari Halilintar.

"Kau berkata seperti itu lagi, maka jangan salahkan aku jika kau tidak bisa berjalan," desis Halilintar sinis.

Blaze meneguk ludahnya. "Kau---ingin memperkosa suamimu sendiri?" Ia pun dihadiahi jitakan oleh Halilintar.

"Dasar mesum, tentu saja aku akan mematahkan kedua kakimu."

Oh, alangkah malangnya nasibmu, Blaze. Sudah terkena pukulan, jitakan, dan kini kakimu pun ikut terancam patah oleh calon istrimu sendiri.

"Ah sudahlah, sebenarnya aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ucap Blaze yang kemudian merebahkan dirinya disebelah Halilintar.

"Kenapa sekarang kau malah tidur?" tanya sang uke heran.

Blaze melirik kedua netra rubi Halilintar, lalu menatap kearah dedaunan pohon willow yang tengah menaungi mereka berdua.

"Kemarilah," ucap Blaze sembari memberikan gerakan tangan mengajak untuk ikut tidur disebelahnya, sang kekasih yang bingung pun menuruti perkataannya.

Halilintar menggunakan lengan kekar Blaze sebagai bantalnya & berbaring menghadapnya.

"Затем (Lalu-Rusia)?"

Blaze pun menghela napasnya. "Menurutmu---apakah musim semi selalu membawa kebahagiaan?"

Yang ditanya pun terdiam sebentar, mencoba mencerna perkataan pria disebelahnya tersebut.

"Aku . . . tidak tau. Sebenarnya semua tergantung bagaimana kau ingin melihat tentang hal tersebut."

Hembusan pelan angin musim semi menyapa mereka sembari membawa wewangian bunga dari jarak beberapa mil dari tempat mereka saat ini.

"Pohonnya seperti sedang berbisik, ya?" gumam Blaze, yang kemudian diangguki oleh Halilintar.

"Aku jadi mengantuk, tolong bangunkan aku jika kau ingin pergi," ucap Halilintar yang kemudian merubah posisinya menjadi membelakangi Blaze.

"Tentu saja akan kubangunkan, tak mungkin aku meninggalkan malaikat sepertimu sendirian. Tidurlah, aku akan menjagamu," balas Blaze sembari memeluknya dari belakang.

"Ck, terserah."

T. B. C.


Spam voment? Krisar always open.

Печаль весной [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang