Musim ujian tiba.
Dimana kalian sekolah, musim ujian akan menjadi musim yang paling menenggangkan dan menguras tenaga lebih dari musim apapun. Di musim ini orang-orang bahkan tidak ada waktu untuk memperhatikan apa Nada pulang tepat setelah bel berbunyi atau tidak. Mereka bahkan tidak ingat kemarin pulang kerumah pukul berapa setelah belajar di sekolah untuk mempersiapkan ujian.
Di hari-hari biasa, sekolah seharusnya sudah lenggang dari tiga puluh menit lalu karena jam pelajaran telah selesai. Namun pada kenyataannya tidak.
Kelas-kelas masih ramai dengan anak-anak yang masih berusaha keras untuk memasukkan materi pelajaran ke dalam otaknya untuk menghadapi ujian ke naikkan kelas minggu depan.
Sementara itu, seorang di sisi sebelah kiri tempat duduk baris kedua dari belakang mulai beranjak dari tempat duduknya setelah memasukkan beberapa barang kecil seperti stabilo, pulpen dan pensil kedalam tas nya hingga tersisa tiga yang ia pegang ditangan kirinya serta tangan kanannya menggendong tas.
Perpustakaan, kesana ia akan pergi. Ia hendak mencari buku referensi yang mungkin bisa membantunya mengerjakan tiga soal fisika yang tidak berhasil ia pecahkan.
Setelah berjalan menaiki tangga menuju lantai tiga Nada sampai. Suasana di tempat berkumpul nya jendela ilmu itu ternyata lebih sepi dari yang dibayangkan nya.
Hanya ada kurang dari dua puluh anak disana. Mungkin karena letaknya berada dilantai atas dan jauh dari keramain membuat anak-anak enggan berada disana terutama di hari yang semakin gelap.
Beberapa lampu di ruangan itu sudah dinyalakan, namun beberapa lainnya di area belakang perpustakaan masih dibiarkan gelap.
Nada meletakkan tas dan bukunya di salah satu meja kosong. Selanjutnya ia berjalan menyusuri rak buku untuk mencari buku tentang fisika kelas 10.
Langkah kaki jenjang yang mengalun santai diantara rak-rak besar itu terhenti seketika, saat mata Nada menangkap seorang lelaki dengan baju seragam nya yang tidak rapi sama sekali, kancing baju bagian atas yang terbuka dua dengan rambut yang jika di jambak akan terlihat panjang nya sudah pasti melebihi aturan, sedang berdiri diantara rak buku sembari membaca buku sembari mengulum lollipop.
Dia lagi belajar?
Lelaki yang ditatap Nada dengan heran itu menyadari ada seseorang di hadapannya. Ia segera mengangkat kepalanya, menyapu rambutnya yang berantakan dengan satu jari tangan karena menutupi pandang nya.
Tatapan mata dingin itu bertemu dengan mata Nada. Jika di anime, akan ada gambaran dimana keduanya sama sama memancarkan cahaya biru yang beradu satu sama lain menunggu ia yang kalah lebih dulu.
Namun tidak perlu menunggu lama, perhatian Nada langsung teralihkan dan tertuju pada buku di tangan kanan lelaki tersebut. Buku yang ia cari. Dia yang berambut berantakan itu mengikuti arah pandangan Nada.
"Lo nyari buku ini?" Lelaki itu menujuk buku yang dimaksud.
"Iya"
"Gimana dong? Gue juga lagi belajar dari sini"
"Belajar aja, stok bukunya kan gak cuma satu"
"Ada dua belas—"
"Ya kan—"
"Satu di gue, tiga di orang yang depan, empat diambil satu geng anak osis, dua belum dibalikin sama kakak kelas. Semoga ketemu sisanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyacinth
Teen FictionAda lima orang anak dengan karakter berbeda. Satu, dia yang paling pintar dan yang paling menyebalkan. Sikapnya paling buruk. Tentu saja sifat itu di latar belakangi sesuatu yang tidak pernah diketahui. Dua, dari posisi jelas bukan? Si nomor dua yan...