4# Jatuh

27 3 0
                                    

Malam yang terasa sejuk, hiruk pikuk festival musim panas dari pengunjuk yang begitu sibuk dengan kebutuhan mereka menyambut telingga Haruto. Dia duduk bersila pada rerumputan yang basah dan menggembun, menjauhkan diri dari keramaian. Malam ini begitu cerah, langit yang di hias oleh bintang begitu memukau di matanya.

Tak jauh di sampingnya seorang gadis menggunakan baju tradisional jepang, terlihat begitu anggun di mata Haruto yang begitu dingin. Gadis itu melihat apa yang di lihat Haruto, dia tersenyum tanggannya terangkat seolah ingin menggapai salah satu penghias malam "Haru, jika kau ingin menggapai bintang jangan gunakan jarimu tapi dengan hatimu menggerti." gadis itu kemudian melihat kearah Haruto, senyumnya semakin lebar. Kembang api musim panas terakhir mereka pun terbang kearah langit, membutakan mata dan pikiran Haruto saat melihat senyum itu.

Matanya terbuka lebar, sudah berapa kali dia mendapat mimpi ini. Haruto tidak habis pikir, kalau hari itu adalah terakhir kali dia menikmati festival musim panas. Rasanya dia menjadi lemah saja setiap menggingat masa lalu, air matanya menetes lagi. Dia begitu lelah, hati gadis itu mendobrak pertahanan Haruto. Dapat di pastikan dia akan terjaga setelah ini.

.

Junkyu duduk santai di pelataran rumah, dia udah siap buat berangkat ngampus. Tapi orang yang ditunggu belum dateng dari tadi, padahal Juknyu udah telat 10 menit buat ikut pelajaran. Dia ngak mau nerima tawaran tumpangan, pikirannya berkecamuk gimana nanti kalo Haruto dateng. Sebenernya dia bisa dateng kerumah Haruto trus bangunin itu manusia tapi dia urung karena terlalu mager.

Junkyu balik mikir, mungkin di tinggal aja Haruto. Jemari Junkyu masuk kedalam kantong hodienya, dia ngeluarin hp trus nelpon Yoonbin buat jemput dan syukurlah Yoonbin juga baru mau berangkat.

Ngak lama kedengeran suara klakson motor, Junkyu langsung jalan keluar. "Ngak biasanya lo minta ojek gratis ke gue." Yoonbin ngasih helm ke Junkyu.

"Motor gue mogok, semalem Haruto nawarin berangkat bareng." Junkyu langsung make tu helm dan naik ke motor.

"Kan bisa minta gue." Yoonbin nyalain mesin tapi motornya belum di jalanin nunggu Junkyu jawab pertanyaan dia.

"Ngak enak, tetangga sendiri soalnya."

"Punya temen kok suka di anggurin." Yoonbin baru jalanin motornya, mereka keluar perkampungan. bersyukur hari ini mereka ngak kejebak macet, jadi masih ada kesempatan buat bisa ikut kelas.

Dada Junkyu udah kempas-kempis saat masuk kelas, hatinya banyak menggucap syukur sewaktu tau dosennya sedang ijin ke kamar mandi. Dia ambil tempat duduk agak belakang mepet tembok biar bisa senderan sambil nafas dulu. Depannya dia udah ada Jaehyuk yang sama-sama ablil kedokteran "Tadi udah, gue ijinin lo berangkat telat karena motor lo mogok."

"Oh, okey. Makasih." mungkin terdengar cuek tapi sebenarnya enggak, Junkyu kecapean harus lari dari gedung anak Teknik sampai Kedokteran, sialan emang Yoonbin nganter ngak sampai tujuan.

"Sama-sama." jawab Jaehyuk dengan suara pelan takut menimbulkan perhatian, habis itu dia balik menghadap depan. Dosennya udah balik dari ijin berak yang cukup memakan waktu, dia balik nge jelasin materi yang bakal di praktekin minggu depan.

Semuanya kelihatan anteng banget di situ, padahal otaknya udah pada ngab-ngapan ngejar penjelasan dosennya. Materinya banyak, isinya teori sama sejarah di tambah yang jelasin sambil ngerap. Pakit komplit buat ngelatih mental, dosennya sangar lagi. Siapa lagi kalo bukan Pak Baekyun tercinta, sudah terbukti jelas semuanya dari mana asal sifat julid seorang Junkyu.

.

Haruto dari tadi nenggok kanan kiri kayak bocil misah sama emaknya di mall gegara ngak di beliin tamiya. Sedari tadi dia nyariin Junkyu, tapi yang ngasih informasi manusia-manusia grub lambe turah akhirnya memakan waktu cukup menggenaskan sampai membuat Haruto mampir ke kantin anak hukum buat minta air putih doang. Ngak kuat dia dengan nominal angka menu makan disana.

Line Of Memories [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang