Matahari perlahan tenggelam dengan membawa bias di langit. Api perapian dinyalakan dan menerangi setiap sudut bangunan. Namun, udara malam yang dingin sama sekali tak bisa dihangatkan oleh panasnya api.
Keempat lelaki itu sama-sama membisu. Seseorang duduk di atas sofa. Seseorang lagi sibuk memainkan bara api. Seseorang yang lain terdiam memandangi langit malam dari jendela yang terbuka. Sementara seorang lagi bersimpuh di pangkuan seorang yang di sofa.
Kyuhyun melirik sekilas bayang-bayang di dinding. Ia menghela nafas. Tak tahu harus berbicara apa. Dinginnya udara sebenarnya sudah dari tadi membelai tengkuknya. Jika jendela ini ditutup ia tak tahu harus melakukan apa. Jadi, dia hanya bisa pasrah bersandar pada kusen jendela dengan sebelah kaki dinaikkan.
Kyuhyun menatap suasana di luar yang gelap. Cahaya penerangan sangat minim. Jika di siang hari pemandangan atap pemukiman akan terlihat dari atas bukit. Namun, saat malam melanda tak ada satu pun yang terlihat selain kegelapan yang tak terbatas. Kyuhyun memejamkan matanya pasrah. Tangannya meremas dengan cemas. Jiwanya masih tak terbiasa dengan perubahan yang terjadi. Pada hidupnya, pada kondisi dunia ini, dan pada kekasihnya.
Yesung. Sosok yang dirindukannya. Sang terkasih yang terpisah waktu dan dimensi dengannya sekarang. Kyuhyun khawatir dengan kondisinya. Takut jika kematian Yesung adalah sesuatu yang mutlak tak terbatasi garis waktu. Takut jika ia gagal menemukan caranya. Cara mengembalikan nafas sang kekasih hatinya.
Kyuhyun hanya berharap tebakannya siang tadi benar. Berharap semua ini ada jalan keluarnya. Tentu dengan tidak harus ada jiwa seseorang yang dikorbankan. Walaupun itu untuk menebus jiwa yang lain. Kyuhyun hanya bisa berharap jika pemikirannya akan setengah benar dan setengah salah.
Ia meraih dompet miliknya yang selalu ia bawa. Ia membukanya dan membelai foto Yesung yang terakhir kali dipotretnya. Kyuhyun tersenyum sendu. Ada binar kerinduan di maniknya. Rasa cintanya masihlah besar untuk Yesung. Namun, visinya berubah. Warna itu hilang. Tak ada lagi warna hitam sosok itu. Semuanya perlahan tergantikan kelabu.
Kyuhyun kembali meremas tangannya. Sekarang kekalutan yang ada. Magis perpindahan garis waktu ini membawa efek mengerikan juga pada hatinya. Kumohon jangan seperti ini. Jiwanya mengutuk sihir ini. Pada penyihir mana pun yang menyedot jiwanya ke mari.
Hal yang paling Kyuhyun takutkan mulai terasa dampaknya. Ia takut menjadi nyaman pada masa ini. Pun pada sosok di masa ini. Kyuhyun hanya bisa berdoa. Semoga teguh hatinya demi kesetiaannya yang tak dibuyarkan masa.
Tunggulah aku, Kim Yesung. Tunggulah suamimu membangunkanmu.
Yesung yang berada di belaian Heechul terdiam mengamati Kyuhyun. Wajah lelaki itu tertimpa cahaya bulan yang samar. Tatapan Yesung tak kunjung lepas dari sosok misterius itu. Kilas balik suara tembakan terngiang-ngiang di otaknya. Siapa sebenarnya Kyuhyun?
Rasa ingin membantu orang itu kian besar di hatinya. Ia tahu bahwa ia bukanlah sosok yang tanpa empati. Jadi, wajar jika hatinya berkeinginan untuk membantu pemuda itu. Namun, Yesung pun ragu. Kenapa juga harus bertarung nyawa demi dirinya? Jika hanya untuk penyesalan dan pengakuan, rasanya terlalu dangkal Yesung berpikir.
Yesung memejamkan matanya seiring usapan Heechul yang membuainya. Ia lelah terlalu berpikir. Toh ia tahu bahwa semuanya akan jelas pada waktunya. Tak mungkin sesuatu yang dikunci akan selamanya rapat. Bahkan gembok besi pun bisa rusak terkorosi. Jadi, Yesung memilih untuk menunggu waktu membuka labirin ini. Menunjukkan pintu keluar alur rumit yang mengekangnya. Sekarang baginya yang terpenting adalah memilih persimpangan yang benar. Yesung harap jalan yang ia pilih tak dipenuhi ranjau yang membunuhnya.
Semoga saja begitu.
Heechul mengamati Yesung dan Kyuhyun secara bergantian. Tatapan matanya tak terbaca walaupun usapannya tetap selembut kapas. Ia menghela nafas. Mungkin ini jalan yang terbaik? Hatinya ragu, tapi pengamatannya tak bisa berbohong. Ia tahu adiknya akan kukuh pada permintaannya. Sekali lagi Heechul berpikir. Apa yang melumpuhkan kekerasan kepala adiknya itu? Bagaimana cara Yesung bisa yakin pada keputusannya? Mana yang menjadi fondasi itu? Demi pengakuan atau penyesalannya? Rahangnya mengeras. Kenapa orang itu harus hadir di kehidupan ini? Tak cukup kah ia sekali datang saja? Heechul bahkan membenci sari-sari kehidupan yang menciptakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE RENAISSANCE | KYUSUNG FANFICTION
Fantasi"Why does the eye see a thing more clearly in dreams than the imagination when awake?" - Leonardo da Vinci