17.

2.5K 209 15
                                    

Pagi yang mendung, gerimis turun membuat hawa dingin yang menyerang masuk ke rumah yang sepi ini. Gadis itu terbangun, merasakan dingin dari sela jendela yang semalam tak tertutup rapat.

Kemudian pikirannya melayang pada waktu semalam, ia mengantar kepergian Ayahnya, Dimas. Dan tentang ucapan keluarga kandung yang mengajaknya untuk kerumah bersama. Ia juga mengingatnya, dengan sangat jelas saat ia menolak, beralasan karena belum mengemasi barang-barang yang ada dirumah lama, membuat wajah ketiga orang dewasa itu menatap dengan penuh kecewa.

Desah keluar dari mulutnya, menahan segala rasa untuk tak bersikap berlebihan, terutama pada keluarga yang akan tinggal bersamanya adalah hal yang melelahkan. Jujur saja, ia masihlah tak siap dengan apa yang selanjutnya akan terjadi.

Kedua kakinya menuruni ranjang, menatap pintu kamar yang tak tertutup rapat, tiba-tiba ia ingat sesuatu, seseorang yang katanya ingin menemaninya tidur dirumah yang ditinggalkan pemiliknya.

"Ibu akan menemanimu tidur di rumah itu."

Ujar wanita paruh baya, sebelum mereka berpisah di parkiran mobil bandara. Dengan cepat Altasia berdiri, menuruni tangga dengan cepat, ekor matanya langsung tertuju pada siluet wanita yang kini sibuk di dapur.

"Alta, sudah bangun?" Ujar Sarah tanpa berbalik menatap Altasia

"I-iya..." Jawab canggung gadis itu, berdiri mematung dan mengalihkan pandangannya saat sang ibu mulai memandangnya.

"Ibu  sudah buat sarapan, hari ini kamu libur, kan?" Anggukan terlihat tanpa suara dari si gadis didepannya. Sarah tersenyum teduh, ia paham betul sikap anak gadis didepan yang masih tak nyaman dengan kehadirannya.

"Sini, duduk." Ajaknya pada Altasia untuk duduk di kursi makan didepannya. Gadis itu menurut tanpa bicara, menatap sepiring nasi goreng telur  yang terasa menggiurkan, disodorkan Sarah, diam-diam tersenyum melihat ekspresi Altasia yang tiba-tiba berubah.

"Ibu tahu makanan favoritmu nasi goreng, ada tambahan topping istimewa yang sembunyi di dalamnya, cepat makan."

"Iya!" Tanpa sadar Altasia menjawab penuh semangat, berbeda sekali dengan beberapa saat lalu, dimana wajah gadis kesepian itu terlihat murung dan tidak bersemangat.

Altasia yang sibuk makan, dan merasakan topping yang Ter sembunyi. Membuatnya terkejut saat rasa lain terasa di dalam kunyahannya.

"So-sosis?!" Sarah tersenyum dan mengangguk, binar mata gadis itu mulai kembali. Entah kenapa hanya dengan itu membuatnya bahagia.

Beberapa saat kemudian, Altasia yang masih sibuk menyelesaikan acara makannya, tanpa ia sadari diamati oleh sang ibu. Piring putih itu terlihat bersih, tak ada apapun selain sendok yang ditaruh di sisi pinggirnya.

"Ibu akan bicara ke intinya.." Terdengar suara serius dari wanita itu, menatap Altasia yang sedikit terkejut dengan perubahan suasana yang begitu cepat.

"Siang nanti, Ayah Rendra akan kesini dengan kakakmu, mengajakmu kerumah kami. Sebelum itu, ibu akan bicara sejujurnya denganmu, Alta apa kamu sudah siap?"

Deg!

Entah kenapa, rasanya lebih berbeda dari saat mereka membicarakan topik lain. Bicara tentang keluarga baru yang mengubah segalanya, membuatnya sedikit trauma dan tak ingin mendengarnya. Tapi apapun yang membuatnya takut, mau tak mau, Alta harus menghadapinya, meski dengan hati yang berat.

"Bibi, sejujurnya aku masih tidak siap dengan perubahan yang tiba-tiba ini..." Cicit Altasia dengan kepala menunduk, Sarah di sana menatap sedih, terutama saat sang anak bungsunya masih sulit menyebut ibu dari mulutnya sendiri.

ㅣ Altasia ㅣTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang