10.

3.6K 289 7
                                    

[Apabila ada kesalahan kata, mohon di koreksi]

Mata itu perlahan terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah ruang serba putih yang berbau obat dan sangat terang.

Ternyata aku masih disini

Matanya meng-absen sudut yang ia lihat, mencari seseorang didalam ruangan itu, namun nihil. Dirinya sendirian.

Perlahan, ia berusaha untuk duduk, beberapa kali meringis, merasa berat dan sakit kepala entah karena apa.

Suara decitan ranjang pasien menarik atensi orang lain yang kehadirannya tak diketahui pemilik kamar.

"Mau kubantu?" Pertanyaan seorang lelaki yang tiba-tiba terdengar membuat Alta terkejut.

Dia tak kenal lelaki dewasa yang tengah menatapnya dengan mengerutkan alis,

"Si-siapa?"

"Hanya tamu yang membesuk pasien sakit." Kata lelaki itu bersamaan dengan tangan kekar yang mengulur, membantu mencari posisi ternyaman untuk Alta duduk.

Anehnya, lelaki asing yang pertama kali dia temui, malah membuatnya tidak terlalu was was dengan orang itu. Justru, Alta merasa dia ditemani seorang kawan yang sudah tidak lama berjumpa, meski ada rasa canggung juga.

"Ayah..?" Alta sedikit bergumam, lelaki itu tersenyum. Tebakannya tepat, gadis ini tengah mencari ayahnya.

"Ayahmu sedang keluar, mengisi perut sekaligus menenangkan pikiran." Alta tak mengerti, apa maksudnya menenangkan pikiran? Apa perihal masalah keluarga itu?

Dalam sekejap, dia berubah murung, dan itu langsung dapat ditangkap oleh lelaki 26 tahun yang duduk di sampingnya.

"Jangan berpikir hal yang tidak-tidak."

"Ah! Tidak kok!"

"Begitu kah?" Anggukan Alta yang tampak gemas di mata lelaki itu membuatnya terkekeh.

"Uh, Om siapa ya?" Tanya Alta seperti gumaman. Lelaki disampingnya sedikit tersentak, sedetik kemudian dia terkekeh.

"Apa aku setua itu?" Tanyanya terdengar suram.

"Eh? Memang umur berapa?" Alta bernada kikuk.

Lelaki yang menatap si gadis bungsu dengan mata tajamnya tersenyum, "Menurutmu?"

"Umm.. aku tidak bisa mengira." Jawab Alta sedikit terkekeh.

Benar saja, dia juga baru bertemu seorang wanita yang sangat muda, tapi... Wajahnya tidak semuda umurnya.

Ehh! Aku memikirkan siapa?

"Kamu bisa memanggilku Kakak. Kak Harsa." Tukasnya sembari tersenyum.

Alta mengangguk, netranya berbalik menghadap jendela yang tertutup tirai. Entah kenapa, suasana menjadi hening.

Lelaki berjas itu peka, belum mulai pun rasanya seperti sudah ditolak.

Entah dirinya terlalu peka atau overthingking nya terhadap apapun yang berhadapan dengan si bungsu.

"Apa yang sedang mengganggu pikiranmu?" Tanya Harsa yang beranjak dari kursi dekat ranjang pasien.

Alta mengamati lelaki jakung yang mendekati tirai itu.

Sraak!

Jendela luar menampilkan hari yang sudah menggelap, rupanya dia tertidur seharian disini.

Harsa berbalik, menghadap kearahnya. Alta baru sadar, lelaki itu memiliki wajah yang tegas, dengan rambut yang menyisir ke belakang hingga dahi mulusnya terpampang jelas.

ㅣ Altasia ㅣTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang