7.

5K 404 11
                                    

[Apabila ada kesalahan kata, mohon dikoreksi. ]

Prang!

Suara keras tiba-tiba memekakkan telinga hingga membangunkan Dimas dari tidurnya. Ia bergegas keluar kamarnya, kala tahu Alta sedang berjongkok, membersihkan pecahan gelasnya.

Si empu yang sedang sibuk dan berhati-hati itu, sadar seseorang tengah mengamatinya. Wajahnya mendongak, sang ayah sedang menatapnya dari jauh dengan raut cemas, entah kenapa membuat senyum Alta mengembang.

"Ayah sudah bangun? Maaf kalau ganggu." Ucapnya tanpa menoleh ke arah Dimas.

"Aku akan kesekolah, untuk hukuman kemarin. Ah, dan mungkin aku akan terlambat, tidak perlu menjemput ku." Ucapnya saat sang Ayah akan membuka suara.

Pecahan gelas itu ia buang pada tempat sampah dapur, ia meraih gelas lain dan menuangkan air mineral yang akan ia minum. Saat dirinya akan pergi, pertanyaan sang ayah menggema di ruang keluarga yang menjadi satu dengan dapurnya.

"Apa kau sudah makan?" Alta menoleh pada pria paruh baya itu, hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian dirinya pamit pergi.

Senyum sendunya terpaut, kala melihat pintu ruang tamu yang beberapa saat lalu di tutup Alta dari luar.

🕊️

Suara langkah kaki menggema di lorong yang sepi. Jelas saja, hari libur seperti ini, jarang ada siswa yang pergi kesekolah, kecuali ada hal yang benar-benar membuatnya terpaksa kesana.

Alta menuju ruang gudang sekolah yang menyimpan banyak barang setelah ia mendapat instruksi dari guru piket. Ia mengambil satu alat pel bersama embernya dan satu sapu.

Sejenak dirinya berpikir kala matanya menatap tumpukan kain kanebo. Dirinya hanya disuruh membersihkan lorong, tidak termasuk jendela kelas lorong yang ia lewati, kan?

Alta keluar dari gudang dan bersiap melakukan tugas hukumannya. Dimulai dari lorong lantai 1, 2, dan 3 beserta tangga yang menghubungkan lantai. Setelah itu dia menuju gedung guru, dimana tempatnya di area depan gedung 1.

Beberapa guru lalu lalang membuatnya sedikit kesulitan dan merasa kesal sendiri. Bagaimana tidak, saat ia membersihkan setengah perjalanan, lantai yang belum kering, malah di langkahi begitu saja, tanpa permisi pula. Namun dirinya tak mampu memprotes, takut masa hukumannya di perpanjang.

Hampir setengah hari menyelesaikan hukumannya, rasa lelah merasuki kala sejak 4 jam lalu dia bekerja tanpa istirahat. Masih ada satu gedung sekolah yang belum ia bersihkan.

Kerja sendirian memang sangatlah berat.

Jam sudah menunjuk pukul 13:30 siang. Ponselnya tiba-tiba mengeluarkan notifikasi pesan dari satu sohibnya, Kevin.

Masih kerja?

Iya.

Mau dibantu?

Ya, ayo kesini.

Ga jadi deh

Alta mendengus kesal melihat jawaban darinya.

Masih ingat sama janjian kita kemaren? Gue tunggu di kafe taman kompleks gue, ya.

Oke.

Pesan berakhir, dirinya kembali mengerjakan tugas. Cepat-cepat selesai, lalu pergi ketempat janjian yang membuatnya penasaran.

ㅣ Altasia ㅣTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang