Rencana

4 1 0
                                    

Disclaimer :

Semua peristiwa, tokoh, organisasi dan sebagainya adalah fiksi atau tidak nyata. Jika terdapat kesamaan dengan apa yang ada di dunia nyata ataupun memiliki kesamaan dengan cerita lain, itu hanyalah sebuah kebetulan saja karena cerita ini murni dari otak author sendiri.

Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Selamat Membaca
~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Jika kamu ingin tetap tinggal disini, buatlah dirimu berguna karena disini bukanlah hotel." Kata Cesya kepada IM dengan dingin.

"Kita akan pergi malam ini." Lanjutnya

"Baiklah." Balas IM.

"Ada makanan di atas meja, buatlah itu cukup untuk kalian berdua." Ujar Cesya.

"Karin, ayo." Panggil Cesya kepada adiknya.

Cesya pun membawa Karin masuk kedalam kamar.

"Kau tidak apa-apa? Duduklah, biarkan aku memberikanmu air." Ujar Rayhard

IM pun duduk di sofa, sementara Rayhard mengambil segelas air untuk temannya itu.

"Minumlah." Kata Rayhard sambil memberikan gelas itu.

Beberapa jam berlalu, matahari baru saja tenggelam tepatnya sejam yang lalu. Cesya keluar dari kamar adiknya, dan memanggil Rayhard untuk berbicara dengannya sebentar di dalam kamar.

Didalam Kamar

"Senjata yang aku berikan kepadamu 2 hari yang lalu, dimana itu?." Tanya Cesya.

"Soal itu...." Jawab Rayhard dengan nada cemas.

"Pelurunya habis." Tambahnya.

"Sudah kuduga, seharusnya aku tidak mempercayakan hal itu kepadamu."
Kata Cesya.

"Aku hampir mati tahu, bukannya itulah mengapa aku membawanya? Untuk dipakai bukan untuk hiasan." Balas Rayhard.

Hening, tidak ada satu kata yang keluar dari mulut Cesya. Sepertinya, Cesya tidak tahu harus membalas apa.

"Tunggu dulu, kalau dipikir-pikir bukankah ide ini sedikit bodoh?." Kata Rayhard.

"Kamu tidak tahu keadaan disana, atau bahkan tahu kalau masih ada makanan yang tersisa. Bukankah ini  sama saja dengan bunuh diri?." Tambahnya.

"Dan maksudmu, jika kita tidak melakukan apa-apa bukan bunuh diri juga?." Balas Cesya.

"Kita diam disini dan tidak makan, sama saja dengan bunuh diri." Lanjutnya.

"Tapi ini, ini... aku tahu kalau kamu sadar bahwa ini terlalu beresiko."
Ujar Rayhard.

"Dan 'misimu' itu, sama-sama berisiko. Begitu juga dengan tinggal disini, cepat atau lambat kita akan meninggalkan tempat ini juga." Kata Cesya.

"Mengerti maksudku? Kita ini, tidak hidup seperti dulu lagi. Tidak ada  pesanan online yang akan mengetuk di pintu. Sekarang, semuanya adalah tentang bertahan hidup dan jika aku harus melakukan hal yang gila akan aku lakukan." Sambunganya.

"Kalau begitu, kenapa kita... kau tahu... pergi sekarang saja?Bersama-sama...?." Tanya Rayhard.

"Kita masih mempunyai akses terhadap listrik dan air disini. Kecuali kita memang tidak punya pilihan lagi." Jawab Cesya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Siapa Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang