5. Tuan Logika Labil

34 8 19
                                    

𝗧𝘂𝗮𝗻 𝗟𝗼𝗴𝗶𝗸𝗮 𝗟𝗮𝗯𝗶𝗹, 𝟮𝟬𝟭𝟭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝗧𝘂𝗮𝗻 𝗟𝗼𝗴𝗶𝗸𝗮 𝗟𝗮𝗯𝗶𝗹, 𝟮𝟬𝟭𝟭







Hari kedua sejak salah satu bidadari diutus ke bumantaraーsiapa lagi kalau bukan Sena Samudera? Batari yang telah lima warsa kasmaran dengan Si Rakabuming sejak 2007.

Siku kirinya disenggol. Ia menengok ke arah Risma yang bersusah payah membaca tulisan ceker ayamnya. Sekarang , mereka tengah mengerjakan ulangan Sejarah Indonesia. Mata pelajaran yang sangat disukai Wening, tapi sangat berjarak dengan kawan semejanya ini.

"Buat apa, sih, harus menghafal tiap tanggal, anggota-anggota organisasi masa pergerakan, tempat berdirinya di mana, apa saja pandangan para ahli, kalau akhirnya semua sepakat tentang makna kemerdekaan?" Tanya dara berambut sebahu itu sebelas menit lalu.

"Sejarah ada untuk dijadikan pelajaran, Ris. Biar kita nggak mengulang kesalahan yang lalu," jawab Wening, memelan di akhir kalimat.

Napas kasar terembus lagi. Pikirannya mulai dipenuhi racun tentang memori beberapa bulan lalu, sebelum asma Wening Arawinda Gayatri dicoret dari daftar siswa SMU Cakrawala 1 Yogyakarta.

Tanpa sadar, dirematnya pensil yang dipinjamkan Risma, menyalurkan rasa benci pada dirinya sendiri. Lubuknya merapal kata hapus berulang kali. Diubahnya posisi, membelakangi Risma, menghadap ke dinding sebelah kiri. Sekuat tenaga ia tahan air langit yang tak sabar luruh dari pelupuk.

Memberi maaf dan berdamai dengan masa lalu, rupanya tak semudah dan senyaman mencuri-curi pandang pada Damar di bawah terpal oranye.

***


Bermodal surat izin memotong kegiatan belajar mengajar, wanita dengan tahi lalat kecil di sudut alis kanannya itu mengetuk pintu ruang bimbingan konseling SMU Karya Bhakti. Tadi saat baru saja sampai di parkiran tamu, pikirannya sudah berkecamuk duluan. Sekolah yang berakreditasi biasa saja dan terkenal dengan murid yang nakal, bisa dengan mudah mempengaruhi anaknya. Terlebih, kondisi mentalnya masih belum stabil, pikirnya.

Setelah dipersilakan duduk oleh seorang guru dengan kacamata persegi panjang yang turun hingga ke ujung hidung, mereka berkenalan.

"Ada keperluan apa, Bu?" Tanya Pak Agung yang papan namanya terlihat baru. Nada dan mimiknya sangat ramah.

"Mau bertemu dengan Wening Arawinda, kelas sebelas. Bisakah, Pak?"

"Sebentar. Saya ceknya dulu ...." Jemari Pak Agung menari lihai di atas keyboard komputer tabung. Meng-entri data siswa yang disebut tamunya itu.

Sepuluh detik kemudian, Pak Agung mengangguk mantap. Ibu jari tangan kanannya dengan sopan menunjuk sofa biru langit di tengah ruangan.

"Saya panggilkan dulu, nggih? Ibu Ayom silakan duduk di sini."

Setelah mengucap kata terima kasih, pundak turun milik Pak Agung yang telah dimakan usia itu menghilang di balik pintu.

Bermenit-menit menunggu ketukan dari luar pintu sambil merencanakan apa saja dan bagaimana bibirnya akan membawa kabar baru itu kepada Wening.

Piringku dan Mangkukmu ft. Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang