𝗦𝗲𝗴𝗲𝗿𝗮 𝗦𝗲𝗺𝗯𝘂𝗵, 𝟮𝟬𝟭𝟭
Dara berambut sebahu itu masih menatap eksistensi taruna bongsor yang tengah berdiri di depan kelasnya. Membacakan pengumuman dari wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang katanya dadakan.
Bukannya menaruh atensi pada bait-bait informasi jam pulang sekolah beberapa hari ke depan yang lebih awal, Risma menirukan gerakan mulut si ketua OSIS. Wening yang baru saja menyadari tingkah jenaka temannya itu menahan tawa.
"Kamu ngapain, sih, Ris?" Tanyanya setelah Javier pamit kepada Pak Lintang, pengampu mata pelajaran bahasa inggris di kelas sosial.
"Nada bicaranya dibuat-buat, biar kelihatan berkarisma. Aslinya, duh ... asal kamu tahu, Ning. Mantannya udah kaya perangko lama. Sayang kalau nggak dikoleksi," cibir Risma dengan decihan pelan di akhir kalimat.
Wening mengerutkan keningnya. Baik, ia memang tidak pernah tertarik perihal apa pun yang menyangkut Javier. Tapi, setelah beberapa kali bersua dan berbincang singkat, ia pantas untuk terkejut. Ia kira, tutur kata alus dan perangainya yang berusaha mengerti dirinya saat menumpangkan boncengan kemarin ialah cerminan murni dari Javier sendiri.
"Sepertinya aku tahu jurus yang dipakai Javier, Ris," gumam Wening asal. Yang ternyata masih didengar taruni di samping kanannya.
"Ning," panggil Risma seraya menarik lengan Wening agar menghadapnya.
Risma mengamati Wening penuh selidik, seakan sedang mencari sesuatu yang ganjil. Sampai Wening menaikkan sebelah alisnya karena risih juga ditatap lamat-lamat oleh taruni garang di samping.
"Kamu pernah digodain Javier, ya?" Tanya Risma yang malah lebih terdengar seperti tuduhan.
Memutar biji mata balas, Wening menepis tangan Risma yang masih bertengger di lengannya. Perhatiannya kembali diberikan pada Pak Lintang yang sedang menulis sesuatu di depan kelas.
"Nggak mau. Nggak sudi."
Setelahnya, rungunya menangkap embusan napas panjang. Disusul sahutan, "syukur, deh, kamu nggak terkotaminasi lidah buaya itu."
"Risma, hati-hati. Siapa tahu Javier jodohmu, lho---Aw!" Seru Wening yang memanen tolehan kepala seisi kelas.
"What's wrong with you?" Nadanya memang tenang, namun tatapan Pak Lintang sekarang sudah cukup untuk menyentil Wening untuk tidak bercanda di kelasnya.
"Nothing, Sir. I'm sorry."
Pak Lintang menghela napas dan kembali menggores kapur pada papan tulis. Disusul kekehan dari samping. Siapa lagi oknumnya kalau bukan Risma?
"Bangsat," desis Wening, sekaligus mendeklarasikan kalau ia akan mendiamkan Risma seharian penuh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Piringku dan Mangkukmu ft. Kim Doyoung
Roman pour Adolescentsft. Kim Doyoung Tentang arti keluarga, pengorbanan, kehilangan, cinta, persahabatan, dan pengkhianatan. ________________________________________ Mungkin, tidak ada lagi nama Wening Arawinda Gayatri sejak 2011 kalau Damar Rakabuming Jalada tidak lewa...