Kavita | 5

47 5 0
                                    

Memang sebenarnya dia harus jujur, kalau memang dia tidak ingin ditinggalkan dan terus berharap pada sesuatu yang belum tau kejelasannya. "Elo yakin sama keputusan lo, Fan?" Tanya Arsyad.

Sedari tadi, dua pria itu saling berhadapan. Yang satu sibuk memilih kata-kata untuk diucapkan untuk sang pujaan hati, yang satunya lagi sibuk untuk terus meyakinkan bahwa keputusan sahabatnya memang jalan yang terbaik. "Gue harus tau jawabannya, Syad. Kalau gak gue utarain, mana tau gue. Biarpun ditolak, gue tetap nembak dia lagi."

Arsyad melongo. Kemana sikap temannya yang super cool ini? Apakah hanya karena gara-gara seorang gadis bisa merubah sikapnya itu? Arsyad dibuat takjub, sekarang ia paham kalau cinta memang buta.

"Lo harus bisa nanggung resikonya, Fan." Sekali lagi Arsyad berkata seperti itu, dirinya tak siap melihat kekecewaan dari raut wajah sahabatnya.

Rafandra berubah menjadi diam. Entah dia mulai goyah atau tetap pada pendiriannya, tapi dari lubuk hati yang paling dalam, ia ingin mengutarakan isi hatinya.

Sebelum menjawab, dia menghela nafas sebentar. "Gue siap, Syad. Apapun jawabannya berarti itu yang terbaik buat gue."

"Tapi omongan sama realita selalu gak sesuai, Fan." Segelas kopi yang sudah dingin masih tetap Arsyad minum. Memang sudah menjadi kebiasaannya untuk Arsyad. Dia salah satu tipe orang yang suka minum kopi saat sudah dingin.

"Gue mau coba dulu, urusan diterima atau enggaknya biar jadi urusan nanti. Siap gak siap gue harus tau jawabannya. Gue gak bisa kayak gini terus." Final Rafandra yang sudah mantap dengan pilihannya. Tujuannya hanya satu, mengungkapkan yang sejujurnya, urusan di tolak atau diterima menjadi pilihan nomor dua.

Rafandra melangkah menuju kearah kelas Kavita. Pria ini benar-benar nekat, lalu saat ia sampai depan pintu kelas gadis itu, ia sempat menghela nafas lalu menghembuskannya secara perlahan. Tangannya terkepal kuat, tak lupa senyum tipisnya ia tampilkan. Duh, kalau begini bisa bisa pada terpesona sama Rafandra.

Rafandra sudah ada dihadapan Kavita. Gadis itu mungkin kebingungan melihat pemuda itu yang terlihat aneh, tidak seperti biasanya. Dengan langkah yang cepat, Rafandra menarik Kavita lalu membawanya kearah lapangan.

Semua siswa dan siswi yang berada dilapangan pun ikut melihat pemandangan yang menurutnya langka untuk dilihat. "Eh elo mau bawa gue kemana?"

Tepat ditengah lapangan, Rafandra membawa Kavita kesana. Dengan panas yang sangat terik, dan ada hembusan angin yang menerpa rambut Kavita membuat gadis itu semakin cantik. Tidak bisa dipungkiri, Rafandra benar-benar jatuh cinta dengan Kavita.

"Kavita, jadian, yuk?"

Duar!

Bagaikan ledakan yang sangat membingungkan satu sekolah. Suara riuh mulai terdengar seisi lapangan. Kavita memejamkan matanya sebentar, berharap kalau ini hanya mimpi yang bisa ia hilangkan saat membuka matanya. Tapi, kenyataannya tidak seperti itu, ini memang sungguhan.

Kavita terperanjat dengan sikap Rafandra yang sudah berlutut dihadapan gadis itu. Dengan mata yang sedikit menyipit, karena siang ini begitu panas. "Gue suka sama lo, jadian, yuk?" Jujur Rafandra.

Buru-buru Kavita menyuruh Rafandra untuk berdiri, tapi pemuda itu masih keukeuh sama pendiriannya. Ia menatap sekelilingnya, ini benar-benar diluar dugaan. Ia pikir, Rafandra mengajaknya keluar karena memang ada keperluan, tapi ternyata dia ngajak dirinya ketengah lapangan dan bilang jadian yuk?

"Elo lagi latihan drama, Fan?" Ucap Kavita dengan pelan.

"Gue serius. Gue suka sama lo, jadi pacar gue, mau?"

KAVITA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang