chapter 20

11.2K 571 63
                                    

Sudah tidak ada lagi jiwa di raga Alvaro.
Kosong, mata angkuhnya yang dulu tergantikan dengan tatapan kosongnya.

Bahu tegapnya yang dulu sudah tergantikan dengan bahu lesunya.

Rahang tegas yang dulu sudah hilang tergantikan dengan pipi tirus nya.

Dia seperti orang yang mengidap kecanduan narkotika.

Berbagai telfon perusahaan ia abaikan. Menyebabkan perusahaannya mendekati kata

Bangkrut...

Perduli kah dia?
Nggak

Alvaro sekarang tak lebih dari boneka tak berjiwa yang tenggelam dalam penyesalan.

Kring....
Kringgg...

Bunyi ponselnya untuk kesekian kalinya. Tapi tak terdengar olehnya.

Sekali lagi dia tidak dalam dunia nya walau matanya terbuka lebar pikirannya berlalu ntah kemana.

Tringg...
Tringg...

Bunyi ponsel tanda panggilan masuk digantikan dengan dering tanda pesan yang di spam.

Karena spam itu Alvaro pun tersadar dan dengan malas menatap pesan yg tertera di hpnya.

Matanya terbelalak. Itu pesan dari Novri.

Dengan cepat dia kembali menelfon Novri.

Klik... {Tanda telpon diangkat}

"Nov.. " Kata Alvaro dengan suara yang serak.

Btw kejadian kaburnya Elvin udah lebih dari 3 bulan ya..

" Alvaro kita bisa bertemu? " Kata Novri di sebrang sana dengan nada yang biasa.

"Bi.. Bisa a.. Apakah ada.." Kalimatnya tak sanggup ia selsaikan kala Novri memotong

"Tidak... Dia takut.. Jangan besar kepala dulu.. Aku menyuruhmu ketemuan untuk membahas surat pencerainmu. "
Alvaro terkejut bibirnya kelu, jantungnya seakan berhenti berdetak, hatinya sakit.

"Datanglah di kafe xxx nanti jam 12.30." Telpon langsung dimatikan.

Tangannya melemas, HP nya jatuh. Dia terduduk di pinggir kasur dengan lesu.

"Hahaha.. AHHAHAHHHAHAHAHHAHAHAH. " tiba - tiba saja ia tertawa lepas lalu

"AAAAAAHHHKKKK HIKSSS AAAAAAAHHHH KENAPAAAAA. " lalu ia menangis, menjambak rambutnya.

Mata kosong yang bengkak akibat menangis itu menatap kearah langit langit kamar. Lalu tersenyum

.

.

.

.

Di kafe...

Jam sudah menunjukkan 13 siang. Tak ada tanda - tanda kemunculan alvaro.

Disampingnya ada Elvin yang sedikit ketakutan, namun segera ia tenangkan. Usia kandungnya sudah menginjak 5 bulan ia tak boleh banyak pikiran.

Ya, Novri berbohong Elvin tak ada di sini. Ia hanya ingin membuat Alvaro tidak terlalu berekspetasi.

Tapi sampai sekarang ia tidak menunjukkan batang hidungnya.

Telfonnya juga tak diangkat - angkat.
Hingga lamunan ya buyar kala Elvin mengucapkan

"Ki.. Kita jemput saja? " Katanya pelan.

"Apa tidak apa - apa denganmu? "
Tanya Novri khawatir.

regret (always at the end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang