#2. Para Penjahat

30 0 0
                                    


-----BFR-----

"Kerajaan adalah tanggung jawabmu, Pangeran. Kau harus kembali ke sana. Di sanalah tempat tinggalmu bersama dengan keluargamu."

"Aku tidak akan mau kembali ke kerajaan, dan tidak akan pernah. Jika memang Guru memaksa aku untuk kembali ke kerajaan, Guru harus ikut bersamaku... untuk menjadi permaisuriku di sana."

"Aku tidak bisa, Pangeran." jawabnya cepat.

"Hal apa yang sebenarnya membuat Guru tidak mau ikut dengan ku ke kerajaan? Dari dulu aku hanya mendengar penolakan, tanpa adanya alasan."

"Kenapa, Guru? Kenapa?" sambung Abrera dengan lirih.

Zanitha lagi-lagi terdiam.

"Bahkan hingga detik ini pun, Guru masih belum bisa menjawab satu pertanyaanku itu."

Zanitha kembali menundukan kepalanya. Haruskah ia mengatakan hal yang sebenarnya kepada Sang Pangeran? Haruskah?

Di saat yang bersamaan...

"TOLONG!!! TOLONG!!!"

Tiba-tiba suara orang meminta tolong di kejauhan sana terdengar di telinga Abrera dan Zanitha.

Tidak seperti manusia biasa pada umunya, walaupun berjarak berkilo-kilometer sekalipun, telinga Abrera dan Zanitha dapat mendengar suara orang yang sedang kesusahan dan membutuhkan bantuan. Itulah salah satu kemampuan yang mereka miliki.

Mereka berdua pun sontak saling bertatapan, dan langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut, tepatnya di sebuah desa yang berjarak satu kilometer di depan sana dari pohon besar yang mereka tempati sekarang ini.

Untuk sementara ini, mungkin Abrera dan Zanitha harus melupakan hal yang tengah terjadi di antara mereka. Keselamatan dan nyawa seseorang jauh lebih penting dari apapun.

"Aku akan menolongnya, Guru. Guru tunggu di sini saja." ujar Abrera yang tidak seantusias dan sesemangat seperti biasanya. Entahlah, mungkin dirinya masih sedikit merasa kesal dan dilema.

Zanitha bangkit dari pangkuan Abrera, dan membiarkannya terjun dari dahan pohon yang mereka tempati itu untuk sampai ke permukaan tanah di bawah.

Suara dentuman antara sepatu dan tanah pun terdengar setelah Abrera sampai di tanah. Dia pun segera berlari sambil bersiul, seperti memanggil sesuatu. Hanya butuh waktu beberapa detik, seekor burung rajawali telah mendarat di hadapan Abrera.

"Ayo, kita harus bergegas, Urfang!" seru Abrera pada burung rajawalinya. Urfang melebarkan kedua sayapnya yang megah dan langsung saja terbang menuju ke arah suara orang yang meminta tolong tadi.

Di sisi lain, Zanitha hanya terdiam di tempat sembari memandang perginya Sang Pangeran dari tempat itu. Sebenarnya dia sedikit khawatir mengenai hal tadi, tapi dirinya yakin bahwa inilah cara yang paling tepat yang harus ia lakukan, untuk sekarang ini.

👑👑👑👑👑

"Cepat serahkan tong-tong itu kepada kami, orang tua!! Jika tidak, kami akan merebutnya dengan paksa!!"

"Saya mohon, Tuan! Jangan ambil tong-tong ini!" pinta orang tua itu sambil bersujud dan memohon-mohon.

"Cepat rampas!!" perintahnya pada para anak buahnya yang sedari tadi berdiri di belakangnya. Keempat anak buahnya pun langsung menuruti perintah ketua mereka.

"Tolong, Tuan!! Jangan ambil barang-barang saya, Tuan!! Saya mohon!!" orang tua itu kembali memohon-mohon sembari mencoba untuk menghentikan mereka untuk menggeledah gerobak tong miliknya. Namun usahanya tentu saja sia-sia.

Vasmhytica : Sebuah KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang