#3. Mengadu Jurus

23 0 0
                                    


-----BFR-----

"Sebaiknya kau mati sekarang juga!! Qoshvaer yomg'ir zarbasi!!" si ketua perompak kembali mengucapkan mantranya.

Tanpa sepengetahuan si ketua perompak, Keirav mengambil sesuatu dari balik pakaiannya. Itu adalah sebuah kartu yang pada kedua sisi kartunya terdapat huruf aksara Vascepticca yang jika dibaca dalam latin adalah huruf 'S', dan di setiap tepi sisi kartu itu terdapat ukiran berwarna emas yang mengitari huruf yang berada di tengahnya.

Dan Keirav juga mulai merapalkan mantranya. "Vascommona aufeda--!!"

"Hiyaarrgghh!!" seru si ketua perompak meninju udara ke arah Keirav.

Di saat bersamaan, ketika mulut Keirav akan mengucapkan kata terakhir dari mantranya, tiba-tiba Zanitha datang tepat di depan hadapannya.

"Guru!?"

Dengan sigap, Zanitha segera menarik lengan Keirav lalu mereka berdua melompat ke atas dahan pohon di belakang mereka agar terhindar dari serangan sihir si ketua perompak.

Sebelum Zanitha turun dari pohon itu, dia terlebih dahulu menatap sekejap Keirav dengan tatapan sedikit marah. Keirav yang tadi mendapatkan tatapan seperti itu mengerti jika gurunya itu marah karena hal yang tadi akan ia lakukan.

Keirav melihat Zanitha berjalan mendekati si ketua perompak. Sudah pasti Zanitha akan menghadapi mereka sekaligus. Sebaiknya ia tidak ikut campur. Berhubung dia masih terluka akibat serangan si ketua perompak tadi. Keirav pun akhirnya memilih untuk menghampiri pak tua yang tadi diperas oleh para perompak itu.

"Bapak tidak apa-apa?"

"Saya tidak apa-apa, Kisanak. Terima kasih telah menolong saya."

"Sebaiknya kita pergi dulu dari sini, Pak."

Keirav menuntun si pak tua untuk sekiranya menjauh dari tempat itu. Mereka berdua akhirnya berlindung pada salah satu pohon di sana, dengan Keirav yang senantiasa mengamati keadaan, barangkali gurunya itu membutuhkan bantuannya. Walaupun sepertinya dia sendirian saja sudah cukup untuk menghadapi para perompak itu.

"Siapa lagi kau, wanita!?" seru ketua perompak. Namun, Zanitha tidak menjawabnya.

Si ketua perompak yang tidak mendapatkan jawaban menjadi kesal. Dia kembali memungut goloknya yang tadi sempat ia buang dan bersiap akan menyerang Zanitha. "Wanita cantik seperti mu ternyata tuli juga! RASAKAN INI!" si ketua perompak melemparkan goloknya kepada Zanitha dengan mata goloknya tepat mengarah ke bagian perut.

Dengan mudah, Zanitha hanya mengibaskan selendang putihnya dan dengan sendirinya selendang itu bertambah panjang lalu terjulur mengikat golok yang tadi dilempar ke arahnya. Dia menarik kembali selendangnya dan golok itu sekarang telah berada di genggamannya.

"Kurang ajar!" geram si ketua perompak.

"Hei kalian! Cepat berdiri! Lawan dia!" keempat anak buahnya kembali berdiri walau mereka masih terluka terkena serangan Keirav tadi.

Mereka berempat berlari ke arah Zanitha dan bersiap akan menyerangnya. Dan lagi, Zanitha hanya menjulurkan selendangnya dengan satu tangannya, membuat keempat perompak itu terikat oleh lilitan selendangnya sekaligus. Zanitha kembali menarik selendangnya dan membuat keempat perompak itu terjatuh saling tindih di tanah dengan keadaan masih terikat selendang milik Zanitha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vasmhytica : Sebuah KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang