Darling! [24]

22.6K 3.2K 61
                                    

"I would rather share one lifetime with you than face all the ages of this world alone."

(Lord of The Rings)

Dexter membawa Rhea ke sebuah restoran Thailand. Perempuan itu bahkan tidak ingat dia pernah datang ke sekitar tempat itu meski masih di wilayah Jakarta.

"Kalau kamu ingin kita berdebat, nanti saja ya? Sekarang, aku cuma ingin makan," pinta Dexter saat mereka memasuki restoran bernama House of Thai itu. Entah kenapa ucapan pria itu bisa mendorong seulas senyum mengembang di bibir Rhea. "Nah! Tersenyum jauh lebih baik buatmu," komentar Dexter. Rhea buru-buru menghapus senyumnya.

Makan malam itu berlangsung tenang dan hening. Meski awalnya Rhea tidak berselera, tom yam goong restoran itu ternyata terlalu lezat untuk diabaikan begitu saja. Demikian juga hidangan penutupnya, kao niao ma muang. Rhea tidak pernah membayangkan kalau paduan ketan dan irisan mangga matang bisa terasa begitu nikmat. Dulu, dia pernah mencicipi menu yang sama tapi rasanya tak seenak ini.

"Enak?" tanya Dexter. Rhea mengangguk. Pria itu pun tampak menikmati pesanannya, tod man pla krai dan som tam.

"Kamu, kok, bisa, sih, ketemu restoran-restoran kayak gini? Maksudku, lokasinya kayak di negeri antah berantah dengan cita rasa makanan yang oke." Rhea berusaha keras membuat suaranya terdengar datar dan tidak dipenuhi nada memuji.

"Aku punya guide yang hebat," terangnya tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.

"Ellen yang ngasih tahu tentang tempat ini?" tanya Rhea tak yakin. Rasa penasaran mengalahkan akal sehatnya. Dexter menatapnya dengan rasa heran yang tidak disembunyikan.

"Yakin kalau kamu mengenal kakakmu dengan baik?" canda Dexter dengan santai. "Apa menurutmu Ellen bakalan tahu tempat terpencil kayak begini?"

Rhea menyeringai. "Nggak, sih. Aku cuma penasaran."

Dexter mengajukan pertanyaan ulangan. "Nah, sekarang kamu bisa cerita, ada apa?"

Rhea bahkan lupa apa maksud Dexter. "Hah? Cerita apa?"

"Itu, apa saja hal yang udah membuatmu kesal. Aku termasuk di dalamnya, kan?"

Rhea mendesah. "Oh."

Dexter mendorong piring dan meletakkan tangannya di atas meja. Tubuhnya agak dimajukan. "Kenapa aku cuma mendengar satu kata darimu? Tumben."

"Itu karena aku kekenyangan," balas Rhea asal. Senyumnya merekah kemudian, merasa geli dengan tingkahnya sendiri. "Hari ini aku menyebalkan, ya? Padahal aku sudah bertekad untuk mengurangi bagian marah-marahnya. Tapi," Rhea menghadiahi Dexter pandangan menegur, "kamu yang salah, sih! Untuk apa mengoceh nggak keruan di kantorku?"

Dexter mengangkat tangan kanannya. "Oke, aku salah. Maaf. Nah, sekarang ceritakan masalahmu."

Rhea menghabiskan minumannya sebelum bicara. "Ellen sudah membawa suaminya ke rumah. Intinya, dia berhasil memperbaiki hubungan dengan mama dan papaku. Seperti biasa, dia dimaklumi. Aku sudah minta dia menghubungimu, tapi ...." Rhea mengangkat bahu.

Dexter tampak memikirkan sesuatu. "Kenapa kamu mau Ellen menghubungiku?"

"Aku ingin kalian bicara. Minimal dia berutang maaf padamu. Aku rasa ...."

Dexter tertawa kecil. Matanya berkilat oleh rasa geli. "Sudah ah, jangan konyol! Aku juga nggak mengharapkan itu. Jangan paksa Ellen melakukan hal yang dia nggak suka."

Rhea tak mampu menutupi rasa herannya. Ujung terdalam kedua alisnya bertaut. "Apa maksudmu? Komentarmu aneh! Aku jadi curiga, bagaimana sih cara kalian berkomunikasi selama ini? Masak kamu nggak pengin Ellen minta maaf?"

Oh, Darling! [The Wattys 2021 Winner - Romance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang