Darling! [43]

19.7K 3K 100
                                    

"I love you very much, probably more than anybody could love another person."

(50 First Dates)

Rhea kehilangan kata-kata dan merasakan kebahagiaan berputar di dada dan kepalanya. Menyapu bersih segala kegetiran, kalaupun masih tersisa di sana. Rhea tahu kalau Dexter bersungguh-sungguh. "Mau mendengar cerita lucu?" tanyanya.

"Apa itu?" Dexter tampak tertarik.

"Di suatu masa setelah kita sering berinteraksi, aku pernah berdoa sungguh-sungguh. Mungkin itu doa paling serius yang pernah kuucapkan. Aku mohon supaya Tuhan menciptakan malaikat tambahan untuk menolongku menghadapimu. Karena aku benar-benar kesal padamu."

"Doamu sudah dikabulkan. Iya, kan?"

Rhea mengernyit. "Dikabulkan apaan? Doa ganjil kayak begitu, mana mungkin, sih, didengar? Kamu kira ini sinetron, si tokoh punya ibu peri yang akan datang menolong tiap kali menghadapi kesulitan?"

Dexter pura-pura cemberut. Bibirnya terkatup rapat dengan hidung berkerut. "Kamu memang nggak punya imajinasi! Kenapa nggak pernah berpikir bahwa akulah 'malaikat' itu? Mulai sekarang, aku yang akan berada di sisimu dan melindungi dari orang-orang jahat di luar sana."

Rhea mendengar kalimat Dexter dengan dada dipenuhi beragam perasaan. Saat dia akhirnya bicara, Rhea merasa suaranya disesaki beragam emosi. "Terima kasih, Dex," katanya.

"Aku yang berterima kasih kepadamu. Karena meski kamu tahu aku penuh pesona, tapi kamu nggak memanjakanku. Kamu lebih suka membuatku kesusahan. Kamu bahkan membuat jam tidurku berkurang," imbuhnya jail.

"Dexter!" Rhea merengut kesal.

***

"Dexter itu terlalu keren untuk dibiarkan berkeliaran tanpa hubungan yang jelas. Kamu pasti tahu, laki-laki kayak dia itu banyak pengagumnya. Aku lega karena kamu bertindak cerdas. Memang sudah waktunya kalian pacaran," kata Donald sok tahu ketika Rhea kembali bekerja di hari Selasa.

"Aku nggak pernah bilang kalau sekarang kami ...."

"Kamu memang nggak bilang. Tapi aku bisa melihat tulisan di keningmu. 'Pacarnya Dexter'," tunjuknya ke arah Rhea.

"Ha?" Refleks, tangan kanan Rhea terangkat untuk mengusap keningnya. Sesaat kemudian dia baru menyadari bahwa tindakannya justru mengonfirmasi dugaan Donald. Tawa geli lelaki itu pun bergema, membuat beberapa pasang mata menatap keduanya sekilas. Rhea buru-buru menempelkan telunjuknya ke depan bibir. "Kamu berisik banget," celanya.

Donald berusaha keras mengorek keterangan dari mulut Rhea tapi perempuan itu berteguh hati hanya menggeleng dengan senyum tipis. Hingga akhirnya Donald menyerah meski diikuti sejumlah sumpah serapah yang didengungkannya di telinga Rhea.

"Nantilah, aku pasti cerita. Sekarang, tolong biarkan aku menikmati hari baru sebagai pacar seseorang. Setelah lima tahun, akhirnya aku laku juga."

Kalimatnya disambut cekikikan ala Donald. Namun, lelaki itu tidak mendesak lagi dan memilih berkonsentrasi pada pekerjaannya. Pertanyaan yang seharusnya tak perlu untuk dilayangkan justru datang dari sumber lain.

Begitu melihat mobil kakaknya berada di halaman rumah, perasaan Rhea langsung tidak nyaman. Dia hampir yakin bahwa Ellen akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Dexter. Itu adalah hal yang wajar, mengingat Ellen dan Dexter pernah terikat hubungan romantis. Sementara di sisi lain, Rhea adalah adik satu-satunya.

Bagi dunia luar, apa yang mereka alami sekarang adalah sesuatu yang tak lazim. Aneh. Absurd. Atau apa pun sinonimnya. Namun, setelah tahu kebenaran versi Dexter, mendengar kalimat penuh pemahaman dari sang ayah, Rhea tidak lagi memusingkan masa lalu kekasihnya. Siapa yang bisa menebak masa depan?

Oh, Darling! [The Wattys 2021 Winner - Romance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang