TPP - 03

13.4K 820 146
                                    

Banyak typo sekali nulis langsung up

**

Setibanya di rumah, Kiara langsung menuju dapur meletakkan beberapa barang belanjaanya di atas meja. Sementara Bara berjalan membuntuti sambil menggendong Keano yang tengah tidur terlelap di pundaknya.

"Mas ke kamar dulu ya, Keano tidur," pamit Bara

Tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya wanita itu menjawab. "Hmm iya,"

Kiara berusaha keras menfokuskan dirinya pada barang-barang di depannya untuk dia tata sebelum acara arisan tiba. Tapi sayang, otaknya seakan-akan tertinggal di Mall bersama Devan. Mantan suaminya yang tiba-tiba hadir setelah 2 tahun berpisah.

Dia masih tak bisa berpikir jernih akan pertemuan mereka yang sangat mengejutkan itu, apalagi tadi dia tak sendiri. Melainkan bersama Bara, suami barunya. Seharusnya sejak awal Kiara berkata jujur pada Bara jika mantan suaminya masih hidup, tapi nasi telah menjadi bubur. Penyesalan tinggal penyesalan.

"Ki,"

PRANG...

Kiara berjingkat kaget saat terdengar suara panggilan dari arah belakang. Tepat saat itu dia sedang menata piring dan alhasil piring itu terjatuh dengan cepat mengenai kakinya.

"Aww," Kiara spontan merintih kesakitan saat benda bening nan runcing itu menusuk salah satu jari kakinya.

"Astagfirullah Ki, Mas enggak--"

"Sakit Mas," rintih Kiara sambil menggenggam erat lengan Bara yang dia gunakan untuk pegangan.

"Bentar sayang," Langsung Bara menggendong Kiara ala bridal style lalu dia dudukkan pada salah satu kursi di dapur. Darah mengucur lumayan deras dari sela-sela jari kaki Kiara. Wanita itu meringis kesakitan sambil menahan air mata yang hampir tumpah.

"Mas enggak sengaja Ki," tutur Bara lembut. Kiara hanya menggeleng pelan.

"Bukan gara-gara Mas, Kiara sendiri yang nggak fokus tadi,"

"Ya udah bentar Mas ambilin obat dulu,"

Sementara di tempat lain, seorang lelaki baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kantor. Setelah acara penghinaan Jack padanya yang bertubi-tubi akhirnya Devan memilih pergi dari kantor. Berniat menghilangkan stress yang dia alami.

Lelaki itu memasuki mobilnya dan langsung memacu dengan kecepatan tinggi sampai beberapa kali mobil di sekitarnya membunyikan klakson karena ulah Devan yang ugal-ugalan.

"Shit!" Spontan Devan menginjak pedal rem saat dia melihat seorang wanita menyeberang tepat di depan mobilnya tanpa melihat ke kanan dan ke kiri.

BRAK

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara bunyi keras, yang tak lain adalah sebuah kendaraan yang menabrak mobil Devan. Mungkin karena posisi Devan saat itu mengerem secara mendadak sementara mobil dari belakang tak bisa mengendalikan mobilnya alhasil kendaraan milik ibu-ibu itu menabrak mobil milik Devan.

"Ah sial!" Devan menggebrak stir mobilnya cukup keras. Dadanya naik turun tak karuan emosi siap meledak saat itu juga.

Lelaki itu lantas keluar dari mobil dan melihat jalanan sekitar yang mulai padat akibat kecelakaan kecil yang telah dia timbulkan. Sebelum dia melihat keadaan belakang mobilnya seorang ibu-ibu mendatanginya dengan tergesa-gesa. Raut panik sangat kentara di wajah wanita paruh baya itu.

"Nak apa kamu baik-baik saja," pertanyaan itu terlontar dari mulut wanita itu dengan bibir gemetar.

"Apa anda tidak bisa melihat?" Devan sedikit membentak.

THE PERFECT PARTNER (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang