2🍋

1K 92 18
                                    

Menyusuri koridor demi koridor, Hinata dan Toneri melangkah menuju taman belakang tanpa satupun dari mereka yang membuka suara untuk memulai pembincaraan.

Hening

Kata yang tepat menggambarkan keadaan keduanya. Terlalu terlarut dalam pikiran membuat mereka menutup rapat mulut mereka.
Sampai langkah keduanya terhenti di tempat tak jauh dari area sekitar taman belakang.

Terkejut

Dengan apa yang mereka lihat tepat dihadapan mereka.

"Hiks hiks...." suara tangisan Hinata mulai terdengar tapi belum mampu membuat keduanya tersadar.

Sampai tak lama kemudian Hinata mulai sadar dan entah ide dari mana mulai melepas salah satu sepatunya untuk diarahkan ke kepala Sasuke.

"Bruuuukkkk"

Tepat sasaran

Sepatu Hinata yang hinggap di kepala Sasuke membuatnya merintih kesakitan dan membuat Toneri sadar dari rasa terkejutnya. Segera setelah itu Toneri bergegas melerai Sasuke dan Naruto.

"Astaga Uchiha-san Uzumaki-san! Bagimana bisa seperti ini?"

"Cih" balas Sasuke acuh.

Tak menghiraukan balasan Sasuke atas pertanyaannya, Toneri langsung memapah Naruto yang kondisinya sangat memprihatinkan.

"Hinata"

memanggil satu-satunnya gadis di tempat ini, Toneri membuat perhatian Hinata beralih padanya. Sebenarnya Toneri pun tak tega melihat kondisi gadis itu yang terus menangis meratapi tanaman lemon kesayangannya. Tanaman yang sejak awal benar-benar dijaganya dan dianggap seperti bayi kecilnya.

Berlebihan?

Sepertinya iya

Mau bagaimana lagi walaupun kadang tak mengerti jalan pikir Hinata, Toneri tetap memuja gadis itu. Kebucinan Toneri sepertinya kambuh. Mencoba mengabaikan kebucinannya dan tetap fokus, Toneri menggelangkan kepalanya beberapa kali karena ada yang lebih penting dari hal itu.

"Hinata bisa tolong Sensei. Sensei tahu mungkin kau pun sedang tak baik-baik saja sekarang, tapi bisakah kau menolong Sensei? Tolong obati Uchiha-san ya Hinata! Walau tak separah Uzumaki-san, Uchiha-san juga perlu diobati juga. Sensei harus membawa Uzumaki-san ke rumah sakit." Ucap Toneri agak canggung.

"Hiks hiks Tapi Sen-" "Sensei mengandalkanmu Hinata" ucap Toneri memotong ucapan Hinata disertai usapan tangan Toneri di puncak kepala hinata.
"Dan berhentilah menangis. Oke?" Tambah Toneri sambil menyeka air mata Hinata dengan satu tangannya karena tangan yang lain digunakan untuk memapah Naruto.

Merona

Kondisi pipi Hinata saat ini bak buah tomat kesukaan seseorang. Dengan pasrahnya Hinata hanya bisa menganggukkan kepala tanda menyetujui ucapan Sang Sensei.

Sempat-sempatnya kau Toneri mencari kesempatan.

Setelah melihat Hinata menyetujui permintaannya, Toneri bergegas membawa Naruto ke rumah sakit terdekat.

Sesak

Sasuke merasakannya saat melihat kedekatan Guru dan murid itu. Rasa tak suka marah dan emosi tiba-tiba menyeruak dalam hatinya.

LeMon Tree🍋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang