BAB XVII

7 1 0
                                    

"oke, aku paham sekarang. Terus gimana dengan Sera? Kenapa tiba-tiba Sera datang ke aula utama? Bukankah rencana ini hanya diketahui oleh kita bertiga? Dan kenapa Gian punya senjata?” tanya Miky.

“ah kalau itu, aku inisiatif sendiri sih, aku merasa perlu membawa senjata ke aula utama” jawab Gian.

“kalau aku, Ellena meminta ku untuk pergi ke ruangan nya mencari kamera untuk memotret Ellios nantinya, lalu dikamera itu ada surat. ‘pergilah ke kepolisian dan pertahanan negara. Mungkin aula utama akan membutuhkannya’ lalu aku pergi ketempat yang dimaksud dan saat aku balik ke aula. aula sudah dikepung dan mereka berhasil diatasi. Lalu... kalian tahu lah kelanjutannya” jelas Sera.

Semua menunjukkan raut wajah kebingungan. Masih ada bagian yang perlu dijelaskan oleh Ellena, mereka semua terdiam dan saling melihat satu sama lain.

“maaf kan aku” gumam Ellios

“apa? Kami gak dengar apa katamu” kata Sera

“maafkan aku semuanya” kata Ellios sambil menatap satu persatu dari mereka.

“buat?” kata Kiara kesal.

“semuanya. Maaf karena aku tidak pernah peduli dengan penderiataan mu dan Ellena, tetapi malah membenci kalian selama ini. Maaf karena aku ternyata sangat palsu didepan yang lainnya. Maaf karena aku selalu membuat masalah dan membuat kalian menyelesaikannya. Maaf ........untuk semuanya” kata Ellios.

Keheningan kembali menghampiri.

“aku juga minta maaf” kata Gian.

“buat?”tanya kiara

“maaf karena aku mengetahui perlakuan keluarga kerajaan tetapi tidak pernah memberitahu siapapun, itu karena aku adalah seorang pengecut. Maaf karena aku tidak bisa menyelesaikan masalah keluarga ku malah membuat kalian yang menyelesaikannya. Maaf.. untuk sikap kekanakan ku selama ini. Dan maaf untuk sikap kasar ku tadi” kata Gian.

“maaf juga” kata Kiara. “aku juga minta maaf sudah mengatakan kalau kalian bukanlah sahabatku. Aku juga minta maaf menyembunyikan semuanya dari kalian. Dan maaf.....untuk semuanya” kata Kiara.

Semua saling menatap satu sama lain dan tersenyum tulus. Kini mereka menyadari seperti apa persahabatan mereka selama ini.

Kring...Kring.....Kring....

Suara telepon berbunyi dari telepon kabel yang ada di villa. Sera mengangkat telepon kabel itu, dia menjawab suara seseorang sebelum akhirnya menjatuhkan genggaman gagang telepon dari tangannya. Dia terlihat terkejut. Semua menatap heran kearah nya.

“kenapa Sera?” tanya Miky.

“Ellena... Ellena mengalami mati otak. Kita harus ke rumah sakit kerajaan sekarang” kata Sera.

Mereka terkejut mendengar perkataan Sera. Semuanya langsung bangkit dan keluar dari villa, setelah mengunci pintu villa Sera masuk ke dalam mobil Kiara bersama yang lainnya.
____________________________________

Mereka berlarian di lorong rumah sakit kerajaan, menuju ke ruangan UGD. Karena Ellena sudah dipindahkan ke sana. Terlihat raja, ratu dan Ibu Suri sudah menunggu di depan pintu kaca ruang UGD. Ellios berdiri tepat didepan pintu itu, namun dari sana tetap tak terlihat apapun. Ellios terduduk lunglai dilantai dengan tatapan frustasi. Ratu Ekrina menghampirinya.

“tenanglah Eli, Ellena pasti baik-baik saja” kata Ratu.

“tenang? Lucu sekali ibu, bukankah ibu senang sekarang? Aku sudah tahu bagaimana ibu dan nenek memperlakukan Ellena dan Kiara di belakangku.” Kata Ellios.

Ratu dan ibu suri saling menatap satu sama lain, mereka berdua kelihatan sangat terkejut dengan perkataan Ellios ini. Sera, Kiara, Gian juga ikut menatap dengan tatapan menuduh ke arah  Ratu dan Ibu Suri. Sedangkan Kiara hanya menunduk diam. Ratu dan Ibu suri terlihat kelabakan dengan perkataan Ellios, mereka berdua menggelengkan kepala dengan kuat, menampik apa yang dikatakan Ellios.

“kalian akan mengelak lagi?” sindir Kiara.

Mereka berdua langsung terdiam, Ratu terlihat shok dan terduduk dilantai. Dia benar-benar tidak tau bagaimana caranya untuk mengelak sekarang, dia merasa menyesal dengan perlakuan nya selama ini kepada Ellena dan kiara, kepada mereka berdua yang menyelamatkan nyawa anaknya. Bahkan, saat dia selalu saja memperlakukan mereka berdua dengan buruk dan jahat. Ibu Suri hanya terdiam sambil menangis. Mereka berdua menangis saat ini mereka merasakan penyesalan yang teramat dalam.

“ ibu menyesal El, ibu ingin minta maaf kepada Ellena dan Kiara. Maafkan ibu” kata Ratu, sesegukan.

“nenek  juga sangat menyesal El, nenek terlalu membenci apa yang terjadi di masa lalu sehingga menyakiti Luna dan Kiara” kata Ibu Suri, kemudian.

“menyesal? Kalian pikir itu berguna sekarang?!, Ellena bahkan tidak bisa mendengar kata- kata kalian saat ini. Kalian semua sama saja!” teriak Kiara.

Sera yang berada di samping Kiara berusaha untuk menenangkannya. Kiara dapat tenang tak lama kemudian. Suasana menjadi hening. Tak lama kemudian dokter kerajaan keluar dari ruangan.

“maaf kan kami yang mulia, ini adalah kehendak Tuhan. Puteri Ellena tak dapat di selamatkan. Dia... meninggal Dunia” kata Dokter kerajaan.

Raut wajah sedih dan berduka terlihat dari masing-masing. Tangisan pecah, air mata tidak dapat di bendung oleh siapapun. Seakan ikut menangis, hujan pun turun dengan langit yang mendung.

Pada akhirnya sang puteri harus kembali kepada kedua orang tuanya, karena waktunya sudah habis. Sang puteri, bahkan pada saat terakhir tidak ingin ada orang yang ingin meminta maaf kepadanya. Seakan-akan menganggap kalau apa yang terjadi kepadanya bukan salah siapa-siapa dan hanya takdir buruknya saja, yang dia sendiri tidak tahu kapan akan berakhir mujur. Tapi, sang puteri tetap ingin mereka semua bahagia. Sungguh egois sang puteri, bukan?.
____________________________________

Kiara menutup buku dongeng yang berjudul ‘sang puteri’. Dia memandangi kumpulan anak-anak yang duduk didepannya yang sedari tadi mendengarkan Kiara membacakan buku dongeng itu. Kiara menatap wajah anak-anak itu sambil tersenyum dan dia terbayang akan sosok Ellena saat masih menjadi anak kecil. Dia adalah anak perempuan yang sangat cantik.

“jadi, sang puteri itu bahagia ya nona Kiara?” tanya seorang anak perempuan dengan rambut pirang bermata biru.

Rambut dan mata anak perempuan itu mengingatkan nya akan sosok Ellena. Tak sadar Kiara hampir meneteskan air mata, namu dia segera kembali fokus.

“aku rasa dia sangat bahagia sekarang. Bersama orang tua yang mencintainya, tidak terluka, dan tidak harus menyembunyikan luka nya lagi. Bukankah itu cukup indah?” kata Kiara.

“apa sang Putera Mahkota juga bahagia?” tanya anak itu lagi.

“kenapa kau bertanya tentang Putera Mahkota? “ tanya Kiara balik.

“aku hanya merasa dia pasti sangat kesulitan. Mereka yang ditinggalkan sang puteri pasti sangat kesulitan” kata anak perempuan itu.

“kau sangat pintar. Aku rasa mereka hanya bisa menyesali semuanya. Mungkin itu hukuman untuk mereka. Oleh karena itu, kalian harus jujur dengan perasaan kalian, agar orang disekitar kalian tidak merasa menyesal kedepannya. Dan Kalian juga tidak mempunyai penyesalan kedepannya.” Kata Kiara

“ya!” jawab anak-anak itu serempak.

Mereka langsung bangkit dan berhamburan menuju kantin. Mereka adalah anak-anak di panti asuhan negara. Dimana semua anak-anak yatim piatu akan dirawat disini, Kiara adalah direktur di sini sekaligus ibu angkat dari semua anak-anak yang ada. Kiara menatap keluar jendela, melihat Ke langit sambil tersenyum.

Alliaz [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang