BAB X

17 4 0
                                    

Ellena dan Kiara berjalan menuruni tangga yang menjadi penghubung dari lantai 5 ke atap. Raut wajah keduanya menunjukkan mimik kaget dan ketidakpercayaan dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Gian. Bahkan Ellena Hampir tak sanggup untuk berjalan karena terlalu lemas dan kaget setelah mendengar rencana yang disusun oleh Kedua keluarga itu. Ellena hampir terjatuh namun Kiara berhasil membantu Ellena.

"Apa kau baik-baik saja El? "Tanya Kiara, khawatir.

" Hmmm. kita harus Cepat ke kelas Ki, udah bel "kata Ellena.

Ellena berjalan sambil terus dipegang Kiara, mereka berdua berjalan menuju kelas dengan perasaan yang masih campur aduk.

Gian menatap kepergian mereka dari balik pintu atap, dia menatap sedih ke kedua sahabatnya itu. Gian sebenarnya tahu apa yang terjadi dengan keduanya. Karena Gian adalah sosok yang tetap ceria walaupun dia yang paling tahu situasi daripada sahabatnya. Dia juga tahu perlakuan para keluarga kerajaan terhadap Ellena.

Giant umur 8 tahun.

Gian berjalan berkeliaran di sekitar Taman kerajaan sambil memanyunkan bibirnya. Dia kesal karena Miky  dan Ellios terus-terusan fokus membaca buku di perpustakaan kerajaan, membuat Gian tak bisa bermain dengan mereka berdua.

"Apa hanya itu saja bisa mu?!" Suara seseorang.

Suara itu berhasil menarik perhatian Gian. Langsung dia melangkahkan kaki menuju ke sumber suara, dilihatnya sosok anak perempuan seusianya dan seorang wanita paruh baya-yang merupakan ratu dari negara Alliaz dengan seorang asisten pribadi ratu dan juga seorang anak perempuan berambut pendek. Giant menutup mulutnya begitu terlihat apa yang terjadi di sana.
____________________________________

Luna sedang berlatih menembak dengan pistol ditangannya. Seorang anak perempuan bermata biru berusia 8 tahun itu dipaksa untuk berlatih menembak dengan pistol. Ketakutan pastinya tak dapat ditutupi darinya, hal ini dapat dilihat dari tangan Luna yang gemetaran dan ketakutan yang tampak jelas di wajahnya. Seorang anak perempuan lainnya yang berambut pendek berdiri disampingnya sambil  berusaha menenangkan agar sang anak perempuan yang memegang pistol dapat menembak dengan baik dan tepat sasaran.

"Luna Kamu pasti bisa. Tenanglah dan perhatikan titik itu dengan baik" kata Kiara, anak perempuan berambut pendek itu.

"Diamlah Kiara biarkan aku berkonsentrasi" kata Luna, gugup.

Kiara langsung diam, dia menunggu tembakan yang akan dikeluarkan Luna. Luna menarik nafas dan menghembuskannya, berusaha untuk menghalau rasa takut dan gugupnya. Difokuskan pandangannya menuju ke titik yang ditujunya, lalu Luna menarik pelatuk pistol itu.

DOR!

Sebuah tembakan berhasil keluar, namun tidak mengenai titik dengan sempurna. seorang perempuan paruh baya yang sedari awal memperhatikan dari balik pohon langsung menghampiri kedua anak perempuan itu ditemani dengan asisten pribadi setianya. Luna dan Kiara yang mengetahui kalau Ratu-perempuan paruh baya sedang berjalan menuju mereka,  langsung memundurkan langkah mereka secara perlahan sambil menelan ludah mereka. Mereka berdua sangat takut dengan sosok Ratu. Sedang kan Ratu Ekrina malah tersenyum kecil melihat reaksi keduanya.

GRAB!

Tanpa basa-basi, Ratu Ekrina langsung menarik tangan Luna dan menggenggamnya kuat-kuat. tangan yang masih memegang pistol itu pun menjatuhkan pistolnya karena genggaman yang dirasakan terasa sangat menyakitkan, dan karena itu tangnnya tak sanggup untuk tetap memegang pistol. Luna meringis kesakitan namun tetap berusaha agar suara yang keluar dari bibirnya tidak sampai terdengar orang lain. Ratu melepaskan tangan itu setelah 15 menit Luna harus menahan kesakitan.

"Apa hanya itu saja bisa mu?! "Kata Ratu dengan nada meninggi.

Luna dan Kiara terdiam, mereka menundukkan pandangan ke bawah, tak berani melihat Ratu yang sedang berdiri di depan mereka berdua.  sang Ratu tampak sangat marah,  dia mengambil pistol yang ada di atas rumput taman dan menarik pelatuk itu lalu meletakkannya tepat di kening Luna.

Luna sangat kaget melihat apa yang dilakukan Ratu namun dia hanya bisa Menangis Tanpa Suara  walaupun dia benar-benar ketakutan kalau pelatuk dari pistol itu dilepaskan dan akan menembus ke kepalanya. Cara juga sangat takut, Kiara yang ada di samping Luna hanya bisa terdiam ketakutan.

" dengar gadis kecil, aku bersedia membawa mu ke kerajaan hanya untuk menjadi pelindung dan tameng buat Putraku Ellios Zeldan. aku membiarkanmu masih hidup walaupun ibu Suri sangat ingin sekali membunuhmu. Tapi aku berhasil membuat Ibu Suri tidak jadi membunuhmu karena aku ingin memanfaatkan mu dengan baik. jika tidak kau mungkin sudah berada di neraka dengan kedua orang tuamu yang menyebalkan itu! "Kata Ratu dengan pistol masih menempel di kening Luna

" Maafkan saya "kata Luna, Lirih.

" benar. Minta maaflah terus dan teruslah bermanfaat untuk kami.  jika tidak mati saja kau bocah kotor! "Teriak Ratu

Ratu mengarahkan tangannya ke atas langit dan melepaskan pelatuk itu. Dan....

DOR!

Suara tembakan kedua kalinya memekakkan telinga Luna dan Kiara yang spontan mereka berdua langsung menutup telinga mereka. Ratu mencampakkan pistol itu sembarang ke tanah dan pergi begitu saja meninggalkan Luna dan Kiara. Seperginya Ratu, Luna langsung terduduk lemas di atas rumput dan Kiara menatap khawatir kepada luna.

Tanpa mereka sadari di balik pagar tanaman Gian mengintip sedari tadi. Gian terdiam dan menutup mulutnya Yang menganga karena Shok. Hal yang dilihat nya sangat menakutkan untuk anak seusianya. Walaupun Dia ketakutan tapi dia tetap berusaha untuk pergi dari tempat itu.

Keesokan paginya Gian bersama ayahnya dan kakaknya mengikuti upacara pelantikan putri kerajaan terlihat lah sosok anak perempuan yang mempunyai mata biru dan memegang pistol yang dilihat Gian semalam sore di taman. Dia bisa mendengar nama asli anak perempuan itu adalah Luna Jiasa yang diganti menjadi nama keluarga kerajaan yaitu Ellena Zeldan. Setelah selesai acara Ellena langsung dikerumuni para anak pejabat yang mengucapkan selamat kepadanya. Kecuali Gian yang masih trauma dengan kejadian yang dilihatnya semalam.

Saat ini Gian masih memantau Ellena dan Kiara yang bayangannya sudah mulai menghilang dari pandangannya, sejak kejadian itu Gian selalu yakin kalau setiap hal yang dilakukan Ellena pasti punya alasan di baliknya dan Ellena pasti juga ikut menderita. Gian tahu kalau Ellena sangat menyayangi Ellios selaku saudara sepupunya, tapi Ibu Suri dan Ratu lah yang menyebabkan Ellena terpaksa melakukan perintah mereka berdua. Gian yang pusing memikirkan kejadian masa lalu itu menyadarkan dirinya dari lamunannya dan menutup pintu atap. Dia memutuskan untuk bolos kelas.
____________________________________

Hallo penulis Alliaz disini 👋🏻. Terimakasih karena masih setia membaca Alliaz sampai saat ini, Aku benar - benar terharu🥺.

Aku tahu akhir-akhir ini aku tidak sering up cerita Alliaz. Hal ini dikarenakan kesibukan ku, aku minta maaf🙏🏻.

Sampai jumpa di BAB selanjutnya. Aku menyayangi kalian🥰.

Alliaz [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang