○Darah dan Hujan

36 20 18
                                    

Tringgg….

Bel istirahat pun berbunyi. Suaranya menyusuri koridor dan seisi ruangan kelas. Sudah pukul sepuluh lewat 3 menit, menendakan waktu istirahat. Tersisa Aku, Tara dan Zayn yang masih berada dikelas, sepertinya mereka sedang berpura-pura menulis. Mungkin karena suasananya yang masih canggung, atau… ah entahlah.

Tidak lama kemudian, Fitri selaku wakil ketua osis sekolah datang mengetuk pintu kelas.

"Permisi…" Matanya menyoroti kami satu persatu dengan tangan kanan yang menyilang horizontal di atas alis. Tatapannya terhenti setelah mataku dan matanya saling bertemu.

"Tidak salah lagi. Kamu Leon, kan?" Tanyanya.

"Iya. Kenapa?" Balasku pelan.

"Wajahmu asing. Anu... kamu dipanggil ke ruangan kepala sekolah, katanya sih penting!" Ucapnya. Aku? Sial! Mungkin kali ini aku bakal dijadiin santapan hangat olehnya. Pasti dieksekusi nih. Astaga kok makin panik gini sih.

Akupun bangkit dari bangkuku. Terbesit dipikiran untuk bolos sekolah. Tapi, sepertinya sudah tidak ada celah lagi tuk lari. Ah sudahlah, jalani saja. Gak mungkin juga nyawaku bakal melayang hanya karena hal sepele begini!

"Sini ikut!" Ajaknya. Disamping itu, Tara dan Zayn ikut mengekor. Sudahlah, terserah mereka saja.

Tok tok tok….

"Masuk!" Gema suara Pak Ks dari dalam ruangan sontak membuat kakiku sedikit gemetaran.

"Ini Pak, saya sudah membawanya." Ucap Fitri.

"Iya terima kasih. Baiklah, kamu silahkan ke ke kelas! Aku mau bicara empat mata dengan siswa penyandang peringkat terakhir sepanjang waktunya sekolah disini" eh? Dia nge-jokes? Kok nusuk banget!

"Hehe iya Pak." Fitri pun keluar, mataku mengikuti langkahnya. Dibalik kaca yang redup aku melihat dua murid duduk memperhatikanku. Iya, dia Tara dan Zayn.

"Kamu tau alasan kamu ada disini?" Tanya Ks tegas.

"Belum tahu Pak!" Balasku.

"Good answer!" Pujinya.

"Aku sudah banyak mendengar kasak-kusuk tentangmu, bahkan dari mulut Pak Nathanael sendiri." Ucapnya. Maksudnya Pak Nathan?

"Iya Pak, saya sudah bersikap tidak sopan dengannya." Balasku sambil menunduk dengan kedua tangan dipinggir paha.

"Bukan itu. Saya tidak mempermasalahkan masalah pribadi kalian, saya hanya ingin melihat 'siapa' kamu lebih dalam." Kali ini aku makin keliru.

"I have 5 question for you, dude!" Ucapnya sambil menyodorkanku spidol.

"Iya Pak," kuraih spidol itu dan menuju whiteboard yang sudah bersih. Sepertinya memang sudah disiapkan.

"Langsung saja. Pertanyaan pertama, kebanyakan orang-orang mengklaim bahwa satuan waktu terkecil adalah Mikrodetik atau bahkan Milidetik. Tapi pernyataan itu benar-benar salah bukan? Sekarang jelaskan menurutmu satuan terkecil waktu dan jumlah angkanya!" Tanyanya sembari menyeruput kopi brand italia di mejanya. Tanpa pikir panjang aku langsung membuka penutup spidol. Tapi sebelumnya aku ingin menjelaskan sedikit penjelasan singkat.

"Iya memang benar. Kebanyakan dari orang-orang mengira satuan waktu terkecil adalah mikrodetik atau seperti yang bapak sebutkan tadi. Tidak heran. Saya juga dulu begitu! Seperti yang diketahui, setelah detik ada menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dekade, millenium dll. Tapi memang ada satuan waktu yang jauh lebih kecil dari mikrodetik, hanya saja itu terlalu rumit jika digunakan dalam kehidupan sehari-hari, apa saja? Setelah detik ada Milidetik, Mikrodetik, Nanodetik, Piccodetik, Femtodetik, Attodetik dan yang katanya terakhir adalah Zeptodetik, hanya saja pengetahuan masih terbatas dan belum bersifat umum sekali. Apakah ada satuan yang lebih kecil dari Zeptodetik? Tentu saja ada! Namanya:"

Oz.NapoleonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang