Part 16 | The Dearest Object

63 3 2
                                    

.

.

.

'3 Emerging Photoghraphers Making Noise in Seoul'. Begitu judul sharing session sore hari ini di salah satu workspace and gallery daerah Hangang-Daero, Jung-Gu. Sharing session ini adalah sebuah project dari salah satu majalah fashion yang terkenal di Korea.

Seorang laki-laki muda mengangkat dan melambaikan tangannya, berharap Mino memilihnya untuk melontarkan pertanyaan yang ada di kepalanya. Mino tersenyum sambil menunjuknya.

"Dari semua hal, objek apa yang tidak pernah membuatmu bosan? Dan objek apa yang paling kau suka? Terimakasih."

Mino terdiam sejenak, pikiranya melintasi waktu-waktu yang telah ia lalui. Muncul perlahan dalam memori-nya, sosok yang selalu membuatnya merasakan berbagai emosi saat ia memotretnya. Mino sangat menyukainya, indah gesture-nya ketika diatas panggung; saat ia tertawa sambil meneguk kopi macchiato favoritnya; ketika dirinya terlihat melankolis saat mendengar lagu kesukaanya, ditemani hangat ruang tengah dan sofa empuk sambil menyesap segelas wine.

Sosok itu... Taehyun, adalah apa yang menjadi objek kesukaannya untuk ia ambil dengan kameranya. Namun baginya, tidak semua tentangnya harus diabadikan pada sebuah foto. Terkadang matanya; hatinya; jiwanya sendiri saja sudah cukup untuk menangkap segala hal yang dilakukan kekasihnya. Yang akhirnya bisa tersimpan selamanya dalam ingatannya.

"Mm..." Mino tersadar. "Manusia, tepatnya adalah seseorang yang tidak bisa aku sebutkan disini."

"Apa itu pacarmu?"

"Apa dia wanita yang cantik?"

Lontaran pertanyaan beberapa orang yang tiba-tiba membuat orang-orang di ruangan itu tertawa, termasuk Mino.

"Wanita? Pacar?" Mino menggelengkan kepalanya. "Di otak kalian itu hanya tentang percintaan?" Mino terkekeh. "Seseorang itu, hanya aku yang boleh tau." Mino tersenyum.

"Aaah... Kenapaa?" Balas audiens lain.

"Cukup pengalamanku yang kubagi. Aku tidak akan membagi orang itu juga dengan kalian." Mino memasang mimik seolah serius, namun kemudian tersenyum kembali sambil terkekeh. Diikuti suara tawa audiens yang mendengar candaannya.

Walaupun, dilubuk hatinya yang terdalam... Itu adalah ucapan kejujurannya.

***

Jalanan gang yang sepi; aspal yang basah sehabis hujan deras; dan lampu jalan yang tidak cukup terang untuk menerangi jalanan malam itu. Seseorang duduk di tangga kecil dekat pintu belakang sebuah Bar, menghadap kearah jalanan yang redup itu. Ia yang sedari tadi menekuk alisnya, sengaja menyendiri di kegelapan.

Terlihat batang rokok yang kini mulai habis dimakan oleh api. Ia yang menyalakannya, sudah tidak menghisapnya lagi. Dirinya sibuk tenggelam dalam lamunannya.

"Taehyun." Dari kejauhan, seseorang memanggilnya setelah hampir tiga menit berdiri mematung melihat kekasihnya duduk sendirian.

Taehyun menoleh kearah suara yang memanggilnya. "Mino-" Ia menghembuskan nafasnya. "Darimana kau tau aku ada disini?"

"Saat kau tidak ada di backstage, kau selalu keluar dan duduk di tangga pintu belakang. Bagaimana bisa aku tidak tau." Balas Mino. Ia-pun berjalan mendekati Taehyun.

"Mau apa kau kesini?"

"Menjemputmu.

"Sekarang kau menjemputku setelah hampir satu bulan menjaga jarak denganku?" Taehyun tersenyum pahit. "Tentu saja kau melakukannya." Sindir Taehyun.

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang