Angin malam berembus kencang, menerpa setiap wajah yang berada di bawah sinar sang rembulan. Kini, keenam sahabat itu sedang berkumpul di depan gerbang rumah Rista. Setelah menghabiskan waktu bersama, kini mereka harus kembali pulang ke rumah masing-masing.
Rista hanya berdiri dengan melipat kedua tangannya, memperhatikan sahabat-sahabatnya yang sudah siap unuk berangkat. Cesi dibonceng oleh Dito, Melati dengan Vano dan Farel sendirian.
Mereka semua melambaikan tangan ke arah Rista yang juga melakukan hal serupa, kemudian satu persatu motor mereka mulai melaju menjauhi perkarangan rumah Rista.
"Gue pulang, Rista. Jangan kangen-kangen, ya? Jadi anak baik di rumah jaga kesehatan." Cesi menaiki motor Dito, karena sekarang tinggal mereka yang belum berangkat.
"Lo apa-apaan sih, Cesi?" tanya Dito heran yang mendengar ucapan Cesi barusan seolah dirinya akan pergi jauh.
"Tau, lo! Lebay banget malam ini," balas Rista.
"Gak tau! Pengen ajah bilang kaya gitu, gak tau kenapa." Cesi memakai helm yang baru disodorkan oleh Dito.
"Iya-iya! Udah, pergi sono." Rista mengangkat dagunya memberi isyarat agar mereka segera pulang.
"Iya-iya! Tega amat, ngusir sahabat sendiri." sinis Cesi.
Setelahnya, motor besar milik Dito melaju menjauhi perkarangan rumah Rista. Rista berbalik dan berjalan memasuki rumahnya, namun sebelum ia melewati gerbang sesaat ia kembali menoleh ke arah berlalunya Dito dan Cesi.
**
Dito memberhentikan motornya di depan sebuah supermarket yang tidak jauh dari rumah Cesi. Cewek itu yang memintanya untuk berhenti karena ingin membeli sesuatu katanya.
"Pulang aja, ntar gue jalan kaki. Udah deket juga 'kan?" ujar Cesi yang sudah turun dari motor besar Dito.
"Gak segampang itu ibu, ninggalin anak gadis orang malam-malam." Sinis Dito yang ikut membuka helmnya.
"Ih, gak usah! Noh, rumah gue." Cesi menunjuk rumahnya yang berada tidak jauh dari mereka saat ini.
"Yakin, nih?" tanya Dito memastikan.
Cesi mengangguk mantap sebagai balasan untuk meyakinkan Dito bahwa dirinya akan baik-baik saja, mungkin. Karena tidak ada yang tau juga 'kan apa dan bagaimana kejadian kedepannya.
Dito kembali memakai helmnya, kemudian ia menepuk pelan kepala Cesi. Baru setelahnya ia kembali melajukan motornya meninggalkan Cesi sendiri. Sedangkan Cesi, ia berbalik dan berjalan memasuki supermarket.
Cesi hanya membeli beberapa snack dan juga minuman dingin, lalu ia berjalan ke kasir dan membayarnya. Cesi berjalan keluar supermarket tersebut dengan melihat-lihat isi plastik belanjaannya tadi.
Lalu ia berjalan kaki ke rumahnya, dengan sesekali bersenandung kecil. Langkahnya terhenti saat melihat anak kucing yang berada di tengah jalan, selain tertarik ia juga khawatir dengan keberadaan kucing tersebut yang berada di tengah jalan.
Cesi melangkah mendekati kucing tersebut, lantas berjongkok dan hendak meraihnya untuk ia gendong namun kucing itu langsung lari menjauhinya seperti ketakutan akan sesuatu.
Cesi heran, apa dirinya menakuti kucing tersebut atau bagaimana? Cesi lantas menoleh ke sebelah kanan, di mana saat itu juga lampu mobil menyilaukan matanya. Sedetik kemudian ia tertabrak dan tubuhnya terpental jauh akibat tabrakkan tiba-tiba dan juga mobil yang menabraknya tadi sedang melaju kencang.
Darah Cesi terus mengalir dari kepalanya yang terkena benturan keras dari aspal dan juga batu yang berada di dekat tubuhnya yang kini tergeletak tidak sadarkan diri. Malam itu, Cesi dinyatakan meninggal dunia di jalanan yang berada tidak jauh dari rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCOVER
Teen FictionPersahabatan yang sudah terikat begitu erat, dengan canda dan tawa yang selalu menghiasi. Namun, semua itu berubah semenjak salah satu dari mereka meninggal. Ke lima sahabatnya yaitu, Rista, Farel, Melati, Vano dan Dito siap bertarung untuk mengungk...