⚫Uncover-1⚫

19 8 12
                                    

Keenam sahabat itu, kini sedang berjalan bersama memasuki gerbang SMA Brilyan. Beberapa tatapan siswa dan siswi langsung mengarah pada mereka. Ya, mereka memanglah bukan most wanted atau murid cerdas yang disayangi guru. Tapi siapa yang tidak mengenal mereka di SMA Brilyan ini. Hampir semua anak Brilyan mengenal mereka berenam.

Rista, gadis dengan headset di telinganya itu melempar tatapan tajamnya pada siswa-siswi yang melihat ke arah dia dan sahabat-sahabatnya. Saat itu juga, mereka semua mengalihkan perhatian dan kembali melanjutkan kegiatan masing-masing.

Dito, cowok itu terlihat bodoh amat dengan sekitarnya. Ia sibuk dengan bola kasti yang sedari tadi ia mainkan di tangannya. Sedangkan Cesi, cewek itu terlihat asik memainkan ujung rambutnya sendiri bahkan sesekali ia mengeluarkan cermin dari saku seragamnya itu mengaca.

Melati, gadis itu sedari tadi hanya berjalan menunduk dengan jari yang terus saja ia mainkan. Cesi yang melihat itu, merasa malas sendiri lalu ia membuka suara.

"Apaan, dah? Gak usah nunduk gitu nanti mahkotanya jatuh."

"Jangan kaya si ono-noh! Yang mau aja diapain sama pacarnya." Cesi menunjuk seorang siswi menggunakan dagunya.

Siswi yang ia tunjuk merasa tersinggung, apalagi tadi Cesi sengaja menambah volumen suaranya. Saat siswi itu hendak membalas ucapan Cesi namun Cesi lebih dulu kembali membuka suara.

"Apa?!"

"Masih pagi, Ces! Jangan cari gara-gara!" peringat Vano.

Cowok dengan sejuta lelucon, dan kelucuan yang sudah melekat padanya. Sedangkan cowok disamping Rista yaitu Farel, ia hanya diam dengan pandangan yang lurus kedepan.

Mereka berenam melanjutkan langkah menuju kelas dengan keadaan diam, tidak ada yang membuka suara.

Sekarang sudah semester tiga, yang artinya mereka baru naik ke kelas sebelas. Mereka berenam satu kelas itulah yang luar biasa, seolah mereka memang sudah ditakdirkan untuk selalu bersama dan bersama membuat kisah yang tak terlupakan.

Sekarang mereka sudah sampai di dalam kelas, kelas baru mereka. Ya, ini hari pertama mereka sekolah sebagai kelas sebelas setelah libur satu bulan.

"Yuhu! Epribadeh! Kalian nungguin aku, gak?!" teriakkan Cesi langsung memenuhi isi kelas yang tadinya hening.

Dengan serentak mereka semua menutup telinga saat mendengar suara jahannam milik Cesi. Vano mendengus kesal, lalu ia bergerak untuk menjitak kepala Cesi.

"A-aw!" teriak Cesi dengan suara compreng nya yang mengalahkan toa masjid.

"Kecilin volumenya, Mbak!" ujar Vano yang terlihat santai berjalan ke arah mejanya, lalu ia mendudukkan diri di samping Dito.

Cesi tidak membalasnya, ia memilih untuk berjalan ke arah mejanya lalu ia ikut mendudukkan diri di samping Melati.

Rista, cewek itu memilih duduk sendirian dengan alasan tidak mau diganggu. Begitu juga dengan Farel yang juga mengeluarkan alasan yang sama.

Cesi menyapu pandangannya se isi kelas, lalu ia berhenti saat melihat orang yang ia cari.

"Aduh, Mbak! Udah kelas sebelas loh, ini! Masih aja pakai rok kurang bahan! Itu rok nya disumbangin ajah ke adik-adik SD! Kayanya pas itu!" teriak Cesi yang tentu saja bermaksud untuk menyindir seorang siswi yang duduk di pojok kanan barisan depan yang menggunakan seragam super ketat.

"Diem lo, Mak Lampir!" balas siswi dengan nametag Sintya Aurelya.

"Berani lo, hah!" balas Cesi tidak mau kalah.

Sintya tidak mau kalah, ia ikut berdiri dari duduknya saat melihat Cesi yang berdiri. Mereka berdua saling melempar tatapan sinis satu sama lain, seolah baik dari sisi Cesi maupun sisi Sintya sedang menyatakan perang.

UNCOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang