⚫Uncover-2⚫

9 3 0
                                    

Kini, mereka berenam sedang berjalan bersama ke kelas. Pagi ini, sepertinya guru-guru sedang mengadakan rapat, jadi tidak heran jika sekarang anak Brilyan sedang keliaran di luar kelas karena untuk mata pelajaran pertama dan kedua kosong tidak akan ada guru yang mengajar dulu karena diadakannya rapat.

Cika, gadis itu menatap sinis seorang siswi yang menurutnya benar-benar kegatelan itu. Ia menghentikan langkahnya dan diikuti oleh yang lainnya, Cesi melipat kedua tangannya dengan tatapan sinis yang tidak lepas dari siswi tersebut.

"Gatel banget, Mbak! Cowok orang digodain, Om-om banyak kok yang nganggur!" teriak Cesi yang bermaksud menyindir siswi tadi.

Kelihatannya siswi itu sadar, dia merasa tersinggung sekaligus malu karena tiba-tiba dirinya menjadi pusat perhatian padahal ia sedang mencari perhatian pada seorang siswa.

"Maksud lo apa?!" siswi itu membalas ucapan Cesi dengan sarkas.

"Kayanya lo ngerti, deh apa maksud gue barusan." Cesi tersenyum mengejek di ujung kalimatnya.

Sintya, siswi yang memang sering bermasalah dengannya itu terlihat diam dan tidak berniat untuk kembali membalas ucapan Cesi. Cesi tersenyum kemenangan saat melihat raut wajah Sintya yang seperti ingin menerkamnya saat itu juga.

Lalu Cesi melanjutkan langkahnya, yang diikuti oleh kelima sahabatnya yang seperti biasa hanya menjadi penonton drama singkat yang ia buat.

"Cesi!"

Panggilan itu menghentikan langkah Cesi dengan yang lainnya, tapi mereka sama sekali tidak menoleh karena sudah tau siapa pemilik suara itu. Sintya, gadis itu mengepalkan tangannya kuat dengan menatap penuh kebencian ke arah punggung Cesi.

"Lo pikir gue bakal biarin lo tenang-tenang ajah, setelah lo lontarin kalimat-kalimat yang seperti itu?"

"Gue diam bukan berarti gue takut sama lo, Cesi." lanjut Sintya yang menekan setiap kata yang ia ucap.

Cesi tidak menghiraukannya ia melanjutkan langkahnya begitu juga dengan yang lain kecuali, Dito. Cowok itu berbalik dan memandang tajam ke arah Sintya yang tidak menghiraukannya, Dito menatap Sintya seolah mengatakan "Jangan berani ganggu dia."

***

Angin berembus pelan menerpa setiap wajah, sinar matahari menyinari bumi sebagai mana yang memang sudah menjadi tugasnya. Di atas rooftop, kini mereka berenam sedang berkumpul dan duduk dengan membuat bentuk lingkaran. Di tengah-tengah terdapat berbagai macam makanan dan minuman yang tadi sempat mereka beli di kantin sebelum ke rooftop.

Vano melempar kulit kacang dan mengenai wajah Dito yang sedang melamun. Dito yang tidak  terima pun membalas melempari Vano dengan kulit kacang. Mereka berdua akhirnya terjebak dalam permainan lempar melempar, sampai akhirnya mereka berdua terdiam dengan muka yang sama-sama terkejut saat tidak sengaja mereka melempar kulit kacang mengenai muka Rista dengan bersamaan.

Melati, Cesi dan juga Farel ikut terkejut, mereka takut kalau Rista akan marah karena sudah diganggu pada saat dirinya benar-benar menginginkan ketenangan. Namun, sampai sepuluh detik setelahnya pun tidak ada apa-apa, Rista terlihat santai bahkan ia melanjutkan acara makannya dengan hedset yang selalu terpasang di telinganya.

Mereka menghembuskan napas lega, lalu kembali melanjutkan aktifitas masing-masing sampai akhirnya mereka semua dibuat kaget dengan Rista yang tiba-tiba melempar hedset nya dengan kasar, tangannya terkepal kuat matanya pun memerah.

Ini tidak baik, seketika mereka merasa atmosfer di sekitar sudah berubah. Dito dan Vano saling memandang dengan takut-takut, Cesi membulatkan matanya karena merasa sebentar lagi Rista akan mengamuk karena kebodohan Vano dan Dito.

UNCOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang