13. Mistakes

661 122 67
                                    

Wajah Jack berbinar-binar selama perjalanan menuju bridal tempat gaun pengantin Ruby. Ruby hanya diam dan terkadang tersenyum mendengarkan celotehan Jack. Terlihat jelas jika Jack yang paling antusias disini, sementara Ruby? Entahlah...

Mereka disambut oleh seorang perempuan muda yang bisa ditebak adalah pegawai di butik tersebut. Perempuan itu segera menunjukan berbagai model gaun putih pada Ruby dan Jack. Ruby memilih dengan cepat sebuah gaun putih panjang berbahan satin dengan design yang paling sederhana.

Setelahnya ia langsung digiring menuju ruang ganti. Gaun tersebut seperti berjodoh dengan tubuh Ruby, sekalipun gaunnya sangat sederhana namun perempuan itu nampak sangat memukau. Bahkan Jack yang duduk menghadap tepat didepan ruang ganti pun menatapnya tanpa kedip melihat Ruby yang terbalut gaun putih. Begitu cantik, begitu suci.

Dari butik itu, Jack mengajak Ruby kesebuah toko berlian. Ruby masih terdiam, mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi. Semuanya berjalan begitu cepat baginya. Seperti mimpi dan selama mencoba gaun pengantin tadi sebenarnya pikiran perempuan itu bercabang kemana-mana. Yakinkah ia dengan keputusan ini? Apa ini yang terbaik? Apa Jack bukanlah pelarian dari segala rasa sepinya? Ruby mengernyitkan dahi dan membuang nafas pendek.

"Ayo masuk". Ajak Jack yang masih terus menggenggam tangan Ruby lembut.

"Sayang, ada apa? Kamu sepertinya murung". Punggung tangan Jack mengelus-ngelus pipi Ruby.

"Tidak. Aku cuma kurang sehat saja". Bohong Ruby. Senyum palsu terpatri diwajahnya.

"Kamu sakit?". Jack merasa cemas mendengar kata kurang sehat keluar dari bibir Ruby.

"Tidak kok, hanya kurang sehat saja. Kamu tidak usah khawatir". Sebisa mungkin Ruby mencoba meyakinkan Jack bahwa dirinya baik-baik saja. Ditautkan jemarinya kesela jari Jack, kemudian tersenyum semanis mungkin.

"Benar, kamu tidak apa-apa?".

"Hmmmm...". Ruby menganggukan kepala.

Jack mempersilahkan Ruby duduk di kursi yang disediakan oleh toko berlian itu. Pegawai itu memberikan katalog yang didalamnya berisi model perhiasan.

"Sayang, sekarang pilihlah cincin yang mana saja". Kata Jack lembut. Lagi-lagi Ruby menghela nafas panjang. Kenapa semua ini begitu berat untuknya? Rasanya ia tidak berhasrat sama sekali.

"Jack, kamu saja yang pilih". Suara Ruby lemas.

"Hmmm... baiklah". Ujar Jack sedikit ragu karena melihat wajah Ruby yang semakin pucat.

Jack memperhatikan satu persatu cincin bertahtakan berlian di dalam katalog itu. Ia menunjuk sebuah model. Pegawai itu segera mengantarnya menuju etalase berisi ratusan cincin berlian. Ruby hanya duduk diam sambil memperhatikan cincin-cincin itu. Begitu irinya Ruby melihat cincin yang berkilauan dengan penuh percaya diri. Tidak seperti dirinya. Kendati namanya adalah Ruby salah satu batu mulia yang pancarnya kemerahan indah, namun ia sama sekali tidak percaya diri untuk bersinar.

"Namaku Jane sekarang". Desis Ruby pada dirinya sendiri.

Hampir enam puluh menit mereka berdua berada diruangan penuh kilau itu. Jack segera mengantar Ruby pulang setelah mendapatkan cincin yang ia mau. Lelaki itu membiarkan Ruby beristirahat kemudian pamit untuk melanjutkan pekerjaan di kantor. Ruby duduk terdiam di sofa ruang tengahnya selepas kepergian Jack.

Ia terdiam lama sekali sampai kemudian ia menyulut sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Kedua kakinya ia naikkan keatas meja. Pikirannya melayang-layang seperti asap nikotin yang ia hembuskan. Enam hari lagi aku akan menjadi nyonya Jack, siapakah aku? Ruby atau Jane?

Ruby Jane (JJK-JEB)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang