2.Tragedi

32 6 10
                                    

"Lebih baik kehilangan ingatan bersama seseorang namun orang tersebut masih bersama kita, daripada kehilangan seseorang yang meninggalkan kenangan yang membekas.
Memori bisa dibangun dengan orang yang sama, namun kenangan yang sama takkan bisa dibangun dengan orang yang berbeda"

***

Kelas dimulai ketika sang guru Fisika masuk, suasana yang tadinya riuh seketika sunyi tak bersuara.

"Selamat pagi,"

"Pagi pak,"jawab siswa siswi serempak.

"Oke bapak absen dulu ya," Pak Tison mulai mengabsen satu persatu, ketika sampai di urutan ke tujuh..

"Daffin,"

"Daffin gak hadir, Pak" jawab Edo sahabat Daffin sekaligus tetangganya.

"Kenapa? Sakit?"

"Setau saya dia hari ini berangkat, Pak. Kata bunda sih mau terapi di Malaysia, orang tuanya udah izin ke kepsek kok pak. Mungkin sekitar 2 bulanan dia disana."

"Sakit apa ya?"

"Kurang tau pak. Tadi pas mau ke sekolah saya lihat Daffin sama mama papanya lagi masukin koper ke dalam mobil."

"Oke kita doakan saja Daffin cepat pulih dan secepatnya kembali bergabung lagi di kelas ini."

Pak Tison melanjutkan absennya, sementara Diandra sibuk dengan isi otaknya yang penuh dengan pertanyaan dan rasa kekhawatiran.

"Do.. Edo!" Diandra berbisik kepada Edo.

"Ha?"

"Daffin sakit apa?"

"Emm anu Ndra,sebenernya Daffin.." Edo ragu-ragu menjawab, sebenarnya Edo tahu sakit yang diderita sahabatnya itu.

"Sebenernya Daffin??" hati Diandra cemas.

"Daffin terkena tumor otak,"

Seketika air mata Diandra menetes, ia menutup mulut tak kuasa menahan tangis.

"Trus sekarang dia dimana?"

"Masih di bandara kayanya, soalnya jam 8 ba.."

"Edo temenin gue sekarang," potong Diandra.

"Kemana?"

"Nyusul Daffin,"

"Ndra.."

"Pliss Do, kali ini aja," Diandra memohon, air matanya semakin berderai.

"Tapi Ndra sekarang kan.."

Diandra tiba-tiba berdiri, membuat seisi kelas terkejut.

"Pak, saya mau izin ke UKS kepala saya pusing,"

"Oke silakan,"

Diandra memberi tatapan tajam ke arah Edo. Edo mengerti apa maksud gadis yang sedang menatapnya itu.

"Ee.. Pak, saya juga izin mau anterin Diandra ke UKS, takutnya dia pingsan soalnya jarak kelas ke UKS agak jauh pak," Edo nyengir takut disangka modus oleh sang guru.

"Iya boleh, asal jangan belok ke kantin," jawab Pak Tison.

Mereka keluar kelas, saat dirasa sudah jauh dari kelas, keduanya berlari secepat mungkin menuju parkiran. Kebetulan pak satpam juga tidak ada, ini kesempatan yang tepat, mereka sengaja tidak izin terlebih dahulu kepada guru piket, karena pasti akan memakan banyak waktu.

Still With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang