4. Tamparan Maut

17 5 15
                                    

Benar kata pepatah : Tak kenal, maka tak sayang.

***

Bugh!! Diandra menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Hari pertama sekolah baginya terasa melelahkan, mungkin karena sudah lama ia tak mendapat asupan materi, otaknya seperti ingin mengeluarkan asap.

Diandra memejamkan mata, nyaman sekali rasanya. Kamar sudah menjadi tempat favoritnya sejak kecil, ia tak bisa jauh-jauh dari yang namanya kasur. Sepuluh menit ia berbaring. Tiba-tiba matanya terbuka lebar, teringat pada kotak yang tadi Edo berikan padanya. Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk lalu meraih tas sekolahnya yang tersangkut di kursi belajar.

Tangannya merogoh ke dalam tas, mencari kotak kecil berwarna hitam di sela-sela bukunya. Ketemu!! Diandra menatap heran pada kotak yang kini ada di tangannya.

"Seseorang? Bhahh!! Gue punya penggemar gitu?"

Diandra melihat ke sekeliling kotak, "Ck, ga ada namanya!"

Ia menggoncang-goncangkan kotak itu, "Jangan-jangan bom! Eh ga ga kalo isinya bom udah meledak kali pas gue goncang."

Dibukanya kotak tersebut, "Yaampun cantik banget gelangnya omaygat aaaa! Emas asli lagi ada suratnya yaampun gila ni orang siapa si gini amat ngefans sama gue," Diandra tertawa bangga.

"E tunggu.." Diandra menatap bandul kecil di rantai gelang itu, "2D? Apaan 2D? Wait, ada tulisan di dalem kotak."

Dipake ya!

....

Sementara ditempat lain, Edo sedang asik videocall-an dengan sahabatnya, Daffin.

"Lu kapan balik?"

"Kenapa nanya? Kangen sama gua?"

"Iyaaa baby akyu kangen bangets sama kamuuhhh." Edo menggoda sahabatnya.

"Cihh najiss!"

"Hahahahahah!"

"Gausah ketawa lu. Kado buat Diandra udah lu kasih belom?"

"Oiyaa astagaa udah gua jual ke toko emas!" Edo menepuk jidatnya sendiri.

"Bego kalo gua percaya mah!"

"Haha lu tau aja kalo gua amanah dan terpercaya."

"Widiih dah kek pegadaian ae lu!"

Edo terbahak, "Udah gua kasih tadi pas pulang sekolah."

"Good day!"

"Good day good day dikira kopi. Good boy!!"

"Set boy elu mah."

"Ha? Set boy apaan?"

"Setengah boy!" Daffin cepat-cepat menutup telepon sebelum melihat sahabatnya ngamuk.

"Wo-wo-woe!! Yeeee si anjir!" ujar Edo kesal.

Daffin tertawa puas, ia berpikir Edo sekarang pasti sedang meremas bajunya karena emosi.

Liana masuk ke kamar Daffin, "Kenapa nih anak mama ketawa-ketawa sendirian?"

"Enggaaakk. Ituu si Edo lucu banget, masa katanya gelang yang aku titipin buat Diandra dijual ke toko emas."

Liana menggelengkan kepala, "Ada-ada aja si Edo, dari kecil ga ada berubah-berubahnya."

"Tau tu.. Ma, aku mau keluar sebentar mau ke perpustakaan umum. Waktu kita berangkat ke Malaysia aku lupa balikin buku. Ck pasti dendanya banyak."

Still With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang