Chapter 1 (Siapa dia?)

304 13 3
                                    

HAPPY READING...

Pagi telah tiba namun sang surya masih enggan menampakkan batang hidungnya. Cuaca mendung seperti ini memang sangat mendukung untuk tetap memejamkan mata. Begitu pula yang dialakukan seorang gadis yang masih betah bergelung dibawah selimut tebalnya.

"Jinan bangun nak, nanti telat ke sekolah sayang." ujar Anisa (umi jinan) sambil mengusap kepala jinan yang masih tertutup mukenah. Setelah sholat shubuh tadi jinan memang kembali keatas pangkuan kasurnya yang empuk.

"Iya umi, jinan mandi dulu ya." ucap jinan berjalan kekamar mandi dengan mata tertutup, Anisa yang melihat tingkah putrinya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

***

"Selamat pagi abi umi." sapa jinan sambil mencium pipi kedua orang tuanya.

"Selamat pagi sayang."jawab keduanya, kemudian mereka menikmati sarapan dengan khidmat.

"Jinan udah selesai...ayo berangkat abi."seru jinan dengan semangat 45.

"Semangat banget sih...yaudah kita berangkat dulu umi." setelah berpamitan, mereka pun berangkat menggunakan mobil.

15 menit kemudian Jinan sudah sampai di PP. Nurul Rahman. Jika kalian bertanya kenapa Jinan berhenti dipesantren maka jawabannya karena memang tempat Jinan bersekolah adalah salah satu lembaga milik pesantren. Jadi, para siswi diperbolehkan menetap dipesantren maupun puang kerumah masing-masing.

***

"Assalamualaikum Salma."sapa jinan pada sahabatnya

"Waalaikumsalam Jinan, tumben kamu dateng jam segini?"tanya salma

"Hehe...Jinan tadi habis sholat shubuh tidur lagi jadi bangunnya kesiangan."ujar jinan disertai cengirannya dan salma pun hanya membulat kan mulutnya. Tak lama kemudian bel sekolah pun berbunyi dan pelajaran pun dimulai.

"Kamu belum dijemput ji?"tanya salma saat melihat sahabatnya masih berdiri digerbang pesantren, jinan pun menjawab dengan gelengan kepala.

"Yaudah kamu ikut aku ke pesantren aja dulu, nanti kalok abi udah sampek kan pasti ngabarin kamu."tawar Salma dan jinan pun menganggukkan kepalanya pertanda dia setuju.

Diperjalanan menuju kamar Salma, Jinan tak henti-hentinya menatap kagum pada megahnya bangunan dan indahnya arsitektur di pesantren ini. Selain itu, kegiatan yang dilakukan oleh para santriwati membuat kesan damai saat dipandang.ini memang bukan pertama kalinya jinan memasuki area pesantren karena memang abi jinan sering terlambat menjemputnya dengan alasan MACET sehingga jinan sering menunggu dikamar salma.

Saat tiba dikamar salma, meraka mendengar bisik-bisik beberapa santriwati.

"Kalok menurut rumornya sih ya Gus Zidan itu ganteng"ucap salah satu santriwati

"Bukan rumor lagi itu...kenyataanya emang gitu"ujar santriwati lain

"Emangnya kamu pernah liat secara langsung"tanya salah satu diantara mereka

"Pernah...subhanallah ganteng banget"ujarnya

"Ya Allah semoga Gus Zidan adalah jodohku tapi jika bukan maka tukarlah jodohku dengannya ya Allah"imbuh sang santriwati

"Husss...kamu ini ada-ada aja"

"Mereka lagi ngomongin siapa sih?"tanya jinan penasaran

"Oh itu mereka lagi ngomongin Gus Zidan."ujar Salma.

"Putra bungsu Kyai yang baru pulang dari mesir itu loh."sambung salma saat mellihat raut bingung diwajah jinan.

***

Jinan masih saja menangis tanpa henti dan mengunci diri dalam kamarnya Setelah kejadian tadi sore dimana sang abi memberitahunya bahwa dalam waktu dekat Jinan akan melangsungkan pertunangan.

Flashback on

"Jinan Abi sama Umi ingin membicarakan sesuatu
"tutur sang abi

"Ada apa bi?"tanya jinan

"Seminggu yang lalu ada seseorang yang melamarmu ja..."

"Apa?terus abi terima?"tanya jinan memotong perkataan abinya

"Dengarkan dulu jinan...jadi setelah abi tau asal usul keluarganya, abi yakin ini yang terbaik buat kamu jadi abi menyetujuinya."jelas sang abi

"Hisk...hiisk..."isakan pun melai terdengar dari mulut Jinan.

"Jinan sayang...ini demi kebaikan kamu nak."ujar sang umi tapi Jinan malah semakin mengeraskan tangisannya dan berlari menuju kamarnya.

"Huuuft...biarkan Jinan tenang dulu bi, nanti biar umi yang bicara dengan Jinan"ujar Anisa ketika melihat suaminya hendak menyusul Jnan.

Flashback of

***

Sudah berkali-kali Anisa mengetuk pintu kamar Jinan tetapi sama sekali taka ada tanda-tanda yang menunjukkan jika putrinya itu sudah bangun. Akhirnya Anisa mencoba memutar kenop pintu dan ternyata tak dikunci.disana terlihat putrinya tengah meringkuk dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya hingga sebatas leher.

Anisa pun berinisiatif menyentuh kening putrinya dan panas yang dirasakan. Anisa pun menepuk-nepuk pelan pipi Jinan berharap jinan bangun tetapi karena tak kunjung mendapat respon dari Jinan, Anisa pun panik dan langsung berteriak memanggil suaminya dan mereka bergegas pergi ke rumah sakit.

***

"Jinan makan dulu ya nak biar bisa diminum obatnya"bujuk sang Umi dengan lembut karena memang dari semalam jinan sama sekali belum mengisi perutnya. Hening sejenak hingga...

"Hisk...hisk..."jinan kembali terisak kala mengingat kejadian kemarin.

"Jinan jangan gini terus nak, nanti kamu--"ucapan anisa terpotong kal mendengar ketukan pintu kamar inap jinan.

"Assalamualaikum."ucap 3 orang yang baru datang.

"Waalaikumsalam, mari masuk"ujar anisa

Jinan sudah berusaha menghentikan isakannya saat 3 orang tadi datang namun isakkannya tetap terdengar walau tak sekeras tadi. Jinan memang mengenal dua orang diantara mereka tapi enttah siapa pria juga ikut datang bersama mereka.

"gimana keadaanmu nduk?"Tanya bu nyai Fatimah

"Emm alhamdu-lillah su-dah lebih ba-ik."ucap jinan tersenggal senggal, ya 2 orang tadi adalah bu nyai Fatimah dan Kyai Syamsuri (pengasuh PP.Nurur Rahman).

Sekitar 30 menit berada di kamar inap Jinan, setelah berpamitan Anisa pun mengantar mereka hingga sampai diluar kamar inap jinan menyisakkan seseorang yang masih berada diambang pintu. Jinan yang merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya pun menoleh kearah pintu dan seketika itu mata mereka bertemu walaupun hanya 3 detik karena pria itu langsung menunduk saat sadar hal tersebut tidak pantas dilakukan.

"Saya pamit pulang dulu dan semoga cepat sembuh, assalamualaikum."ujar sang pria masih dengan menundukkan kepalanya.

"Waalaikumsalam"jawab jinan ketika pintu ruangannya sudah tertutup.

ANEH...itulah anggapan jinan jika ditanya tentang pria itu. Bagaimana tidak, dari awal kedatangannya dia hanya duduk dan mendengarkan percakapan antara Umi jinan, Bu Nyai Fatimah, dan Kyai Syamsuri tapi setelah keterbungkamannya itu akhirnya dia membuka suaranya dan itupun saat berpamitan padanya. Eh tapi tunggu sepertinya Jinan pernah melihat pria tadi. Ah ya sekarang jinan ingat, dia kan laki-laki yang saat itu penah memberinya payung.

13.04.21

Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang