Chapter 2 (Gus Zidan)

129 12 4
                                    

Terhitung sudah 3 hari Jinan berada dirumah sakit. Jinan yang pada dasarnnya membenci rumah sakit terus merengek kepada sang umi agar bisa segera pulang walaupun kondisinya masih belum pulih sepenuhnya.

"Umi...Jinan mau pulang sekarang ihhh."

"Kamu kan belum sehat sayang, pulang lusa saja ya"

"Ngga mau, pokoknya Jinan mau pulang SE-KA-RANG titik gak pake koma." ujar Jinan dengan muka cemberutnya.

"Nanti kita tanya dokter dulu." putus Anisa.

***

Setelah mendapat ijin dari dokter tentunya dengan beberapa syarat akhirnya sekarang Jinan bisa berada dirumahnya lagi.

Tok tok tok (suara ketukan pintu)

"Jinan, ini Abi"

"Masuk bi...pintunya ngga dikunci" jawab jinan dengan setengah berteriak.

"Kamu masih pusing nak?" sambil mengelus rambut Jinan yang tak tertutup khimar.

"Udah nggak kok bi, memangnya kenapa?"

"Abi tau sebenarnya ini bukan waktu yang pas tapi nanti malam keluarga dari pria yang melamar mu akan datang kemari untuk mengetahui keputusan langsung dari dirimu"

"Huffftttt insyaallah Jinan siap jika itu memang keinginan Abi dan Umi."

***

Malam ini Jinan tengah bersiap dengan gamis dan hijab yang panjang menjuntai dengan warna yang senada.

"Jinan, kamu sudah bersiap?" tanya sang Umi dari balik pintu.

"Sudah Umi."

"Ayo cepat turun, mereka sudah datang."

Jinan menarik nafas beberapa kali kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang tamu dengan ragu.

"Jinan, sini nak." seru sang Abi menepuk tempat kosong disebelahnya.

Jinan duduk tepat ditengah-tengah antara Abi dan Umi nya. Jinan sama sekali belum melihat 3 orang yang berada di seberangnya.

"Assalamualaikum Jinan." ucap salah satu orang yang berada di seberang tempat duduk Jinan.

Jinan yang merasa familiar dengan suara itu, akhirnya mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk.

Bu Nyai Fatimah kok ada disini? Pertanyaan itu spontan muncul dalam pikiran Jinan saat melihat orang yang baru saja mengucapkan salam padanya.

"Abi ini kan masih belum acara pernikahan, kenapa Abi sudah mengundang Bu Nyai dan Kyai?" bisik Jinan pada sang Abi.

Mereka semua yang memang masih mendengar bisikan Jinan hanya mampu menahan gemas.

"Emm Jinan kedatangan kami kemari untuk mendengar langsung keputusanmu." ujar Kyai Syamsuri.

Jinan tetap diam, dia masih berusaha mencerna maksud dari perkataan Kyai Syamsuri.

Anisa yang sudah tak tahan dengan tingkah putrinya pun langsung menjelaskan,"Dia adalah pria yang melamarmu, dia putra Kyai Syamsuri dan Bu Nyai Fatimah."

"A a-paaa?"

***

"Kamu ngga lagi bercanda kan Ji?" tanya Salma memastikan.

Salma benar-benar terkejut mendengar cerita sahabatnya ini, bagaimana tidak? Setelah bel istirahat berbunyi Jinan tiba-tiba mengatakan bahwa dia di jodohkan dengan putra Kyai Syamsuri.

"Ih Salmaa, Jinan ngga lagi bercanda tau." jawab Jinan dengan muka cemberut.

"Kamu sudah bertemu putra Kyai yang di jodohkan denganmu?"

"Sudah, tapi Jinan ngga tau namanya." ujar Jinan murung.

Memang setelah mengatakan bahwa dia menerima lamaran tersebut, Jinan tak lagi bertanya terlalu banyak karena Keluarga Kyai Syamsuri langsung berpamitan untuk pergi ke acara kerabat mereka.

"Ya Allah Jinan, dia itu Gus Zidan yang banyak di bicarakan para santriwati." jelas Salma.

"Darimana Salma tau kalau itu Gus Zidan?" tanya Jinan dengan penuh selidik.

"Ya siapa lagi Jinan, putra Kyai Syamsuri itu cuma 2 dan yang belum menikah itu hanya Gus Zidan."

Jinan terdiam beberapa saat,"HUAAAA...Jinan ngga mau." teriak Jinan tiba-tiba.

"Eh eh Jinan kenapa?" tanya salah satu teman sekelas Jinan.

Salma pun langsung membekap mulut Jinan karena mereka sekarang menjadi pusat perhatian beberapa siswi yang memang sudah kembali dari kantin.

"Jinan ngga mau sama dia Salma." ungkap Jinan dengan suara yang lirih.

"Loh emangnya kenapa? Bukannya kamu sudah setuju?"

"Iya tapi kan kemarin Jinan ngga tau kalau dia itu Gus Zidan."

"Terus kalau dia Gus Zidan apa masalahnya."

"Ih masalahnya Gus Zidan itu dikagumi banyak santriwati, nanti kalau mereka tau terus Jinan di bully gimana." jelas Jinan sesekali menghapus air matanya yang mulai menetes.

Salma yang mendengar pun dibuat cengo, entah bagaimana Jinan bisa berfikir seperti itu, padahal Salma yakin itu tak mungkin terjadi. Tak akan separah itu tapi mungkin Jinan hanya akan menjadi bahan gibah beberapa santriwati.

24.04.21

Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang