chapter 5 (Resmi)

169 13 0
                                    

Happy reading**

Setelah mempersiapkan semuanya, akhirnya tibalah hari pertunangan antara Gus Zidan dan Jinan.

Pesta yang memang tidak terlalu meriah, karena memang yang hadir hanya keluarga dekat daru kedua belah pihak.

"Assalamualaikum adik ipar." ujar Gus Alif dengan Ning Amaira di sampingnya.

"Waalaikumsalam Gus." jawab Jinan.

"Bibi." seru Gus Azzam yang berada di gendongan Ning Amaira.

"Halo Gus." sapa Jinan dengan mengambil tangan mungil Gus Azzam.

Gus Azzam yang berada dalam gendongan Ning Amaira merentangkan tangannya kepada Jinan bermaksud ingin di gendong oleh Jinan.

"Eh Bibi nya masih capek sayang, Azzam sama Ummi aja ya." ujar Ning Maira.

Mengerti jika permintaannya ditolak, Gus Azzam pun menguluarkan tangisnya. Gus Alif dan Ning Amaira akhirnya beranjak dari hadapan Gus Zidan dan Jihan guna menenangkan putra mereka.

"Mau makan apa?" tanya Gus Zidan tiba-tiba pada Jinan yang masih setia menatap kepergian Gus Azzam.

"Mboten Gus, saya masih kenyang."

Mendengar jawaban Jinan,tanpa menunggu lama lagi Gus Zidan pergi untuk mengambil makanan untuk dirinya sendiri karena memang dia sudah merasa sangat lapar.

"Loh kamu kok sendiri nduk, Zidan kemana?" tanya Bu Nyai Fatimah.

Bu Nyai Fatimah mengikuti arah pandangan Jinan.

"Astagfirullah anak itu, bisa-bisanya masih sempat memikirkan makanan." imbuh Bu Nyai Fatimah saat melihat sang putra yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Gus Zidan mungkin belum sempat makan malam Bu Nyai." Ujar Jinan saat melihat Gus Zidan makan dengan sangat lahap.

Seketika Bu Nyai Fatimah terkekeh mendengar penuturan Jinan. Tapi Jinan benar, Gus Zidan memang belum sempat mengisi perutnya.

***

Acar sudah selesai, sekarang hanya menyisakan 6 orang yang kini sedang berbincang-bincang.

"Sepertinya kami pamit pulang dulu, sudah larut malam." pamit Kyai Syamsuri

"Tapi sepertinya ada yang masih betah di sini, Abi." ujar Bu Nyai Fatimah saat melihat sang putra yang berada disamping.

Gus Zidan seakan tak mempedulikan keadaan sekitar. Dia terus saja menatap Jinan, walaupun yang di tatap terus saja menunduk.

Bu Nyai Fatimah menepuk pundak Gus Zidan, "Jinan cantik ya?"

Dan secara spontan Gus Zidan menganggukkan kepalanya. Semua orang yang berada disana akhirnya menyemburkan tawa ringan, kecuali Jinan.

Jinan merasa pipinya memanas sungguh dia sangat malu saat ini. Gus Zidan yang mulai sadar atas perbuatannya lantas langsung salah tingkah. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Abi mari kita pulang, ini sudah larut malam." ajak Gus Zidan berusaha menutupi rasa malunya.

"Ya sudah ayo, padahal dari tadi loh Abi mu sudah berpamitan, tapi tertunda karena ada seseorang yang sepertinya masih ingin lebih lama berada di sini." ujar Bu Nyai Fatimah.

Cukup sudah Gus Zidan sudah tak kuasa menahan malunya, lantas dia langsung bersalaman pada kedua orang tua Jinan kemudian beranjak pergi meninggalkan Abi dan Uminya yang masih berada ditempat semula seraya menggelengkan kepala melihat tingkah putranya.

***

Kini Jinan berada di kamarnya. Dia duduk bersandar di ranjangnya dengan membaca salah satu koleksi bukunya.

"Astagfirullahal'adzim." tak henti-hentinya Jinan terus beristigfar.

Raga nya memang berada disini sedang membaca buku tapi jiwa nya terus saja berkelana entah kemana.

Pikirannya kembali berputar pada kejadian di ruang tamu tadi. Jinan sebenarnya ingin tertawa saat melihat ekspresi Gus Zidan yang salah tingkah.

"Ya Allah sesungguhnya Jinan berlindung kepadamu dari godaan setan yang terkutuk, hilangkan lah pikiran yang tidak seharusnya Jinan pikirkan." Do'a Jinan dengan memegang dadanya.

01.05.21

Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang