BAB I

2 1 0
                                    

Hai, namaku Ega Ananda, dan aku cewek. Ya, aku cewek. Hei walaupun rambutku pendek aku juga memakai rok disekolah. Dan walaupun badanku tinggi dan padat aku juga masih punya ‘dua gunung’ walaupun tidak besar. Hanya saja aku cewek. Walaupun tidak tulen. Gimana jelasinnya agar kalian mengerti sih?

Aku mulai dari deskripsi diriku. Aku cewek tinggi 167 cm dan berambut pendek. Aku juga gak mau potongan rambut pendek ala cowok yang kumiliki sekarang. Itu karena mama yang memotong rambutku kependekan dan harus ke salon untuk merapikannya. Dan yang punya salon bilang solusinya hanya buat rambut ala cowok. Sudah lupakan soal rambut, tolong. Kita lanjut. Kulitku putih, ya ini hal yang bisa dibanggakan sih. Dan aku sangat suka pakai celana daripada rok. Apa udah semuanya ya ku jelaskan?. Kayak nya cukup deh.

Aku adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara. Aku punya satu kakak laki-laki sebagai anak sulung. Gimana dengan hubungan kami?. Jangan tanya, dari dulu sampai sekarang satu-satunya hal baik yang pernah dilakukannya adalah mengajari ku cara memasak. Itupun agar aku yang memasakkan dia nantinya-berdampak sekarang, aku tukang masak dia- akibatnya aku bisa memasak. Dia selalu memaksa ku untuk ikut dengannya saat dia bermain bola. Dari mulai bola basket, bola voli, bola kaki, sampai bola takraw, aku selalu diajak. Sampai kamvret nya, saat kecil dulu setiap istirahat dia malah ngajarin aku untuk pipis berdiri alaa cowok di semak-semak. Maaf pembahasannya sedikit... udahlah, kayaknya kalian dah paham.

Aku mempunyai 3 sahabat, dan ketiganya adalah cowok. Pertama, namanya Reihan, dipanggil Rei, dia mempunyai tinggi 170 cm, memakai kacamata, ketua kelas, dan paling pintar disekolah-bukan dikelas lagi- dia juga paling pendiem. Kedua, Ello, tinggi 175 cm, paling ganteng satu sekolahan, sok keren, sok cuek, sok ganteng, sok laku, sok lah padahal kalau Cuma berempat dia yang paling cerewet dan paling bisa di suruh-suruh. Yang ketiga namanya Tian, dia paling imut diantara kami berempat-kayaknya- dia punya tinggi 167 cm kayak aku, dia punya kulit putih dan dia punya wajah baby face.
Kami berempat sekolah di sekolah yang sama dan di kelas yang sama, karena kami daftar sekolah bersamaan. Kelas kami adalah kelas IPA 3 di tingkat kedua.

Lanjut, ini adalah hari genap nya sebulan kami bersekolah di tingkat kedua. Seperti biasa, kakak laki-laki brengsek ku akan membangunkan ku jam 6 pagi dengan menghidupkan musik kosidahan. Tahukan? Yang itu loh biasa dinyanyikan emak-emak kalo pestaan. Dan aku otomatis bangun. Bayangkan aja oy, gimana berisik nya lagu itu dengan volume full di loud speaker pula. Aku membuka pintu dan sudah disambut dengan senyum bodoh Egi-kakakku- dia tanpa berdosa langsung pergi kembali tidur ke kamar nya.
‘kambing nih orang’ batinku, kesal.

Oh iya sedikit background tentang si kambing, bukan, maksudku Egi Ananda. Jadi dia adalah kakak kandungku -kayaknya- dia cowok dengan kulit putih khas chindo dengan mata sipit, mempunyai tinggi 180 cm, itu sebabnya dia sering bilang aku pendek. Dia kuliah di kampus swasta jurusan kimia, gitu-gitu dia pintar, bukan, cerdas. Dia hobi tidur dan walaupun dia asal aja pakai baju alias gak punya selera fashion, dia tetap ganteng. Kalian pasti bertanya-tanya di sekeliling aku berarti cowok ganteng semua dong. Well, iya. Ganteng doang, waras kagak.

       Aku langsung mencuci muka, sekalian mandi, sebelumnya aku memasak nasi dulu di rice cooker. Lalu setelah selesai mandi aku langsung memasak sarapan, hari ini telur mata sapi sambal hijau dan sayur bening. Hei, aku harus cepat kesekolah jadi masak yang paling simpel. Dan karena aroma masakanku Egi langsung bangun dan duduk di kursi makan, dia bahkan belum sikat gigi ataupun cuci muka tapi langsung melahap makanan begitu saja. Jorok. Tapi ganteng mah bebas.

Selesai sarapan aku langsung bangkit dari kursi dan memakai sepatu sekolah ku, berpamitan dengan Egi dan keluar dari rumah.
“hei cewek setengah” sapa Ello.
Dia baru keluar dari rumahnya juga ternyata. Berarti tinggal menunggu Rei dan Tian. Rei keluar dari rumahnya dengan membaca sebuah kertas, tanpa menyapa kami.
“hei Rei, setidaknya say hello ke kami gitu kek” kata ku, kesal.
Dia menatap kami sesaat “hallo” sapanya. Wait, apa itu sapaan?. Aku hampir saja menghampirinya, Cuma Tian yang baru keluar gerbang langsung menahanku. Pipinya yang tembab masih penuh dengan roti selai, sarapannya setiap hari.
“guys maaf aku lama, ayo kita berangkat” ajak Tian.
“iya, ntar kita ketinggalan damri lagi” sambung Ello.
Kami berempat pun berjalan ke simpng depan, menunggu datangnya bus. Dan saat damri tiba, kami langsung naik kedalamnya.
____________________________________

Sesampainya di sekolah, hal biasa ku alami pun terjadi. Kami menjadi pusat perhatian, jangan tanya kenapa, karena aku yakin kalian tahu alasannya. Yap, karena ketiga bocah lelaki di sampingku yang terlihat sangat sempurna didepan para cewek-cewek polos ini. Kenapa polos, karena mereka tidak mendengar bisikan mereka saat kalian menatap mereka.

“lihat arah jam 3, wah kayaknya seminggu bisa aku dapat dia” bisik Ello.

“lebih mudah jika kau dekatin cewek di sudut 90 di depan pohon Ficus Benjamina.”balas bisikan dari Rei.

“is jangan loh we, kasihan orang itu. Kalian ghosting aja masih mending” bisik Tian.

kamvret kan pembahasan mereka, pikirku. Aku ingin cepat-cepat sampai ke kelas, anak kelas juga gak tahu sifat asli mereka kok, mereka bertiga masih aman dengan image baik mereka masing-masing. Dan akulah penjaga image mereka masih baik-baik saja. Kenapa? Setiap kali Ello ingin ‘memacari’ cewek yang suka dengan dia, aku langsung menghalangi dengan seribu cara, pernah aku sengaja menyemburkan air ke wajahnya sampai berbohong kalau dia dipanggil guru.

Setiap Tian mau menangis, aku harus menenangkannya terlebih dahulu sebelum air matanya keluar, aku bahkan selalu membawa coklat didalam tasku yang bahkan coklat itu tidak pernah ku makan. Jika Tian dilihat orang-orang menangis dia akan diejek cowok cengeng kan. Terus si Rei, aku harus membantu pekerjaannya sebagai ketua kelas, karena kalau Rei tidak sempat belajar atau waktu belajarnya tersita banyak, dia akan menjadi sosok yang sangat sangat jahat, dengan kata-kata tajam yang menusuk ke orang yang mendengarnya. Tapi dia selalu menjadi guru privat kami sih. Tian juga selalu membawa makan siang untuk 4 orang. Dan Ello selalu memberikan kami hadian dari cewek-cewek yang menyukainya. Gak buruk juga kan berteman dengan mereka.

Aku duduk dengan Tian, terlihat meja dengan banyak kado diatasnya adalah milik Ello dan meja disebelahnya dnegan banyak buku adalah milik Rei, mereka berdua sebangku. Meja mereka berdua langsung di kerumuni oleh penghuni kelas. Kalo Rei biasanya teman-teman mengumpulkan pr ke mejanya, sedangkan Ello, teman-teman biasanya meminta tanda tangannya. Aku belum bilang ya? Ello adalah seorang aktor yang baru debut. Uhh, membayangkan percakapan tadi pagi membuatku membayangkan image dia akan hancur dalam sekejap karena itu. Itulah mengapa mereka bertiga membutuhkan aku di lingkaran persahabatan ini.

KITA (hubungan cinta dan persahabatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang