BAB V

0 0 0
                                    

       Malam hari, mereka berempat mulai mengakhiri permainan mereka dan bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Ello mengantar teman-temannya sampai ke pagar rumahnya. Ega, Tian dan Rei pun berpamitan lalu berjalan menuju rumah masing-masing.

Ello masuk kembali ke dalam rumah dan melihat ke sekeliling rumahnya lalu menghela nafas, berat. ‘rumah ini kembali sunyi’ batin Ello lalu berjalan menuju ke kamarnya untuk mandi. Setelah kepergian Ibunya, rumah yang dihuninya ini terasa sangat sunyi dan luas, dan Ello tak menampik kalau dirinya merasa sendirian dan kesepian. Di tambah lagi, ayahnya yang jarang sekali pulang ke rumah ini, justru lebih sering Ello yang pergi ke luar negeri untuk sekadar melihat keadaan ayahnya.

Ega membuka pintu rumahnya lalu duduk bersandar di sofa tamu, dia memanggil-manggil nama Egi-kakaknya- tapi yang dipanggil tidak juga muncul. Ega pun kesal dan berjalan ke kamar Egi, di buka pintu kamar itu tanpa mengetuk nya terlebih dahulu, dan dia sangat kaget melihat kamar kakaknya yang sangat berantakan tanpa ada sosok Egi didalam kamar itu.

“ini kamar atau kandang babi sih?” kat Ega.

Ega langsung mengambil handphone nya dan mengetik nama kontak Egi. ‘beban keluarga dan aku’ adalah nama kontak untuk Egi. Setelah Egi mengangkat telepon itu, Ega pun langsung menyuruh Egi untuk segera pulang sambil mengomel karena kondisi kamar Egi.

Setelah mengakhiri telepon, Ega mengambil minum dingin di kulkas, mengembalikan nya lagi, lalu masuk ke dalam kamarnya. ‘andai aku punya kakak yang bisa di andal in, gak kayak Egi’ batinnya.

Memang selama ini Ega sangat lelah dan sabar menghadapi sikap dan sifat Egi, percekcokan yang biasa terjadi dalam hubungan persaudaraan sangat di rasakan dalam hubungan Egi dan Ega. Ya, semoga saja mereka berdua bisa akur.

Tian kembali ke rumah nya dan dia sudah disambut oleh rentangan tangan ibunya di ruang tamu, Tian langsung tersenyum dan berlari kecil menghampiri ibunya, persis seperti anak kecil yang berlari ke pelukan ibunya.

“mami kangen sekali dengan bayi mami ini” kata maminya.

“bayi juga kangen sekali dengan mami” balas Tian.

Kalian mungkin berpikir mereka sudah lama tidak berjumpa, bukan? Kalian salah. Tian dan maminya terakhir kali berjumpa tadi siang setelah Tian pulang sekolah, berganti pakaian dan pergi ke rumah Ello.

“mami lepasin. Udah dong peluk kan nya” rengek Tian.

“ih belum dong bayi, mami masih kangen” kata mami.

“mami lepasin, kasihan Tian. Kamu peluknya lama banget” kata papi yang baru keluar dari kamar.

Mami pun melepaskan pelukan nya dan menatap kesal pada papi. Papi hanya cuek dan duduk di sofa sambil melihat televisi. Tian ikut duduk di samping papi, lalu papi mengelus kepala Tian dengan lembut dan kasih sayang layaknya anak kecil.

‘inilah kenapa aku jadi anak manja, cengeng dan tukang ngambekan, teman-teman yang lain kelihatan mulai dewasa dan aku masih bertingkah layaknya bocah’ batin Tian.

Rei memanggil mama nya setibanya dia di rumah. Dan Rei menemukan mama nya sedang melakukan video call dengan Reina-saudari kembar Rei. Rei pun langsung ikut nimbrung degan mamanya.

“jadi kamu sehat kan Rein?” tanya mama

“iya ma, Rein okay. Penyakit Rein juga jarang kambuh. Kayaknya Rein bisa pulang deh ke Indonesia. Ntar Rein tanya dokter deh ma” kata Reina

“gak usah pulang aja Rein. Malas bertengkar sama kau mulu” kata Rei.

“eh diam lo wikipedia. Gue pulang itu mau ketemu nyokap, bukan lo” kata Reina.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KITA (hubungan cinta dan persahabatan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang