NOTE.
Chapter kali ini, author terinspirasi dari cerita webtoon "We Are Pharmachist" karya nya kak Qoni yang di publish di "Kurma" a.k.a kumpulan cerita khusus Ramadhan dari berbagai author webtoon itu sendiri.
Oke, terimakasih atas perhatian nya. Mari kita langsung cus ke cerita!
.
.
.Selepas shalat Ashar, Hidan memutuskan untuk berbaring di sofa markas. Dilihat nya sekeliling, ingin mengetahui apa saja yang dilakukan teman-teman nya. Dan hasil pengamatan Hidan saat itu ialah :
Konan, Kakuzu dan Zetsu sedang pergi berbelanja--Hidan ingat Konan tadi bilang akan berbelanja bersama kedua orang tadi. Itachi dan Pain yang sedang bermain game di psp milik Sasori--ada nama sang pemilik terlihat jelas di belakang psp tersebut, mungkin si saos tiram itu memesan custom stiker dengan namanya yang memakai huruf Jepang.
Lalu ada Deidara, Tobi dan Kisame yang sepertinya sedang bermain sambung kata. Entahlah, Hidan tidak yakin itu benar atau tidak. Sedangkan Sasori terlihat sedang membaca komik, entah miliknya sendiri atau milik Itachi--secara, yang punya komik di Akatsuki ya cuman Itachi.
Setelah mengetahui apa saja yang sedang dilakukan teman-temannya. Hidan memutuskan untuk menutup matanya, hawa-hawa dari luar markas membuatnya mengantuk.
'Hoaaammm... Kok ngantuk banget sih?'
Hidan pun tertidur tanpa sepengetahuan teman-temannya.
•-•
"A-amegakure..."
"Kenapa tiba-tiba saja aku berada di desa hujan begini?! B-bukannya tadi aku sedang tidur di sofa?"
Hidan terlihat sangat kebingungan. Lantas dirinya tidak melakukan apapun selain celingak-celinguk dengan tampang bodoh nya. Hingga akhirnya seorang kakek-kakek menyuruhnya untuk berteduh, melihat kondisi Hidan yang saat itu sudah basah kuyup akibat hujan deras yang tak pernah berhenti di Amegakure.
"Haish, kenapa pula kau hujan-hujanan seperti itu?" tanya sang kakek sembari memberikan handuk pada Hidan
".... Hehehe, maafkan saya"
Hidan kemudian berbohong kalau dirinya akan segera kembali ke rumahnya, tak lupa ia juga meminta izin untuk dipinjamkan sebuah mantel.
"Ambil saja mantel itu. Cepat pergi dan temui orang tua mu, shounen. Jangan buat mereka khawatir" ucap sang kakek. Hidan agak terkejut mendengarnya, namun akhirnya ia pun tersenyum dan kembali berterimakasih pada sang kakek tersebut. Hidan pun pergi meninggalkan sang kakek
"Cuman perasaan atau emang iya? Toko-toko disini pada tutup. Hmm, aku ingat disini ada yang jualan oden. Terus disitu juga, ada warung makan--EH?!"
Plak! Hidan menampar kedua pipi nya dengan cukup keras.
'P-puasa woi, jangan ngomongin makanan!'
Walau begitu, Hidan benar-benar penasaran kenapa toko-toko/kedai-kedai di Ame saat itu tutup semua.
"Nagato, itu berarti puasa mu batal!"
Tiba-tiba saja Hidan mendengar sebuah suara cempreng khas anak-anak tak jauh dari tempatnya berdiri saat itu.
"Lho? Kenapa mereka mirip--"
"M-masa??"
"Heee, kok aku baru tau. Kamu tau darimana, Yahiko?"
"A--iya ya, aku tau darimana ya?"
"Jangan nakut-nakutin gitu atuh! Aku gak mau puasa ku batal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Must Puasa, Hidan!!!
Fanfiction[END] "Ramadhan kali ini, kita akan membuat si aliran sesat a.k.a Hidan, puasa!!!!!!" "Ya!!!!" "Jangan sampai dia cuman dapet THR nya doang!!!!" "Ya!!!!" "Kalo gitu, ayo kita semua berjuang!!!!!" "Ya!!!!!" "MERDEKA!!!!!!!" "JAUH WOY!!!!!!" 【Akatsuki...