(20.2) [END]

215 21 5
                                    

"Ya. Tidak masalah"

Brukkk!!!

Hening. Tidak ada yang bicara, sedikit pun. Tidak ada yang berbisik. Dan aku, entah kenapa aku tidak bisa terbangun. Separuh hati ku menyesal sebenarnya telah mengatakan hal itu

Tapi...

"HIDANNN~~ HARI INI, NGABUBURIT KE KIRIGAKURE, KUY!!!! Innalilahi!!"

Suara itu... Konan?

"Hidann?!?! Kau kenapa?!?! Heiii!! Apa yang kalian perbuat padanya?!?!"

Perempuan yang bar-bar

"Kau... Salah satu temannya?"

"Lebih dari teman. Dia anak ku!"

Kok gua yang malu, sih?

"Lalala~ aku sayang sekali... HIDAN?!?! LU NAPA, ANJIRRR?!?!"

Leader kampret dateng

".....ada kata terakhir sebelum kau meninggalkan desa?"

"Ha?!"

Orang tolol gak usah ikut campur, deh!

"Ukhhh... Ya... Akan aku katakan setelah aku membereskan barang-barang ku"

Mereka memberikan aku jalan. Aku berjalan gontai menuju rumah. Pain dan Konan menuntun ku sambil terus bertanya apa yang terjadi. Aku menjelaskan sambil membereskan semua barang-barang yang kuperlukan

Ekspresi mereka? Tentu terkejut. Tapi bisa kulihat, ekspresi terkejut Pain sedikit dilebih-lebih kan. Tolol emang

"Jadi... Apa pesan terakhir mu?"

Gua gak koid, ya? Pesan terakhir ginjal lu rusak!

"Konan... Bersiap..."

"...Ya..."

"Pak tua... Anda bilang, bahwa orang tua saya meninggal karena dibunuh oleh shinobi Amegakure, kan?"

Dan saat itulah, aku bisa merasakan Konan dan Pain terkejut

"Ya. Lalu? Apa kau ingin aku membunuh kedua teman mu itu, untuk balas dendam?"

Nah kan, orang tolol nambah lagi. Kalau pun gitu, tuh dua orang pasti udah gua bunuh dari awal ketemu lah!

"Bukan. Yang ingin kukatakan adalah...

mereka meninggal, bukan karena diserang oleh shinobi Ame. Tapi, karena mereka kau bunuh"

Sekian

"KONAN!!! PAIN!!!"

"Ha?! A-ASIAP!!!!"

Whusssss!!!

Kertas-kertas milik Konan mengelilingi kami. Pain menyatukan kedua tangannya. Kami akan berteleportasi

Srakkk

Aku tidak tau apa reaksi mereka. Yang pasti, aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengan desa itu. Juga, hubungan dewa Jashin

"Aku sudah tidak memerlukan ini lagi. Kau bisa suruh si keriput untuk membakar nya," ucap ku sambil menyerahkan kalung ku pada Pain

"B-bagaimana dengan sabit mu? Itu satu-satunya senjata mu, bukan?"

"Kau melihatnya sendiri, bukan? Aku meninggalkan nya di rumah"

"Tapi, apa maksud mu orang tua mu dibunuh oleh aki-aki itu?" nah jiwa dora nya keluar

"Cerita lama. Sebenarnya aku sudah mengetahui nya saat kecil. Waktu itu aku sedang iseng bermain petak umpet. Karena tidak mau tertangkap, aku pun berlari terus hingga akhirnya menemukan tempat yang pas untuk bersembunyi.

Setelah itu, aku pun sadar aku bersembunyi dimana. Ternyata aku bersembunyi di tempat ritual massal dilakukan. Aku tak peduli sih, yang penting aku nggak ketemu. Tak lama kemudian, aku menemukan sebuah buku usang. Penasaran, aku pun membuka buku itu.

Dan, betapa terkejut nya aku. Dibuku itu tertulis, bahwa sebenarnya orang tua ku bukan dibunuh oleh shinobi Ame. Tapi oleh ketua yang kau panggil aki-aki itu. Tapi waktu itu, aku tidak memedulikan nya. Aku langsung menutup buku itu ketika mendengar suara kaki teman ku. Tamat"

"Tapi... Semakin lama, kau semakin terbayang-bayang?"

"Ya..."

"Hiks... Cerita yang sungguh menyedihkan, senpai~~"

Anjay. Ternyata bukan cuma aku, Konan, sama Pain doang toh disini. Haha, simpanse kalian!

"Hidan... Maafkan kami. Kau diusir karena puasa, kan? Kami yang menyuruh mu puasa, Hidan! Sungguh, maafkan kami!!"

Aku tidak tega melihat Konan begini...

"Tak kusangka, hidup mu dramatia juga, Hidan..."

MBAH-MBAH MATA DUITAN, GAK USAH SOK YAK!!!!

"....ayo buka dulu, urusan ini bisa kita lanjutkan nanti...."

"Ya..."

Walau tak pernah mengenal ibu ku. Tapi beliau pernah menuliskan sesuatu untuk ku

Ibu tau, suatu hari nanti kau akan menemukan seseorang yang akan membuat mu bahagia. Orang yang akan mengisi semua kekosongan hidup mu

Aku sudah menemukannya

Dan, ibu harap kau bisa memutuskan hubungan mu dewa itu, Hidan! Ibu hanya ingin kau hidup tanpa harus melakukan ritual! Ibu tidak ingin kau seperti ayah mu...

Fakta lain yang kudapatkan tentang orang tua ku. Ternyata, seorang Jashinistis hanyalah ayah ku seorang. Ibu ku normal, dia bukanlah seorang Jashinistis. Dan aku, sudah melakukan yang kau minta, bu

Menemukan orang yang bisa membuat ku bahagia. Keluar dari belenggu dewa Jashin. Sudah. Aku sudah melakukan nya

Dan ingat, jangan lupa mengucapkan "terimakasih". Satu kata, berjuta makna(?)

"Teman-teman..."

"Hm?"

"Terimakasih"

-End

You Must Puasa, Hidan!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang