(21.2)

91 15 0
                                    

"O-oi... Apa yang sebenarnya terjadi...??"

Hidan lagi-lagi berada di tempat yang berbeda. Kini dirinya berada disebuah kota bernama Iwagakure. Cih kampung halaman nya si dei, pikir Hidan.

Kali ini dirinya tidak celingak-celinguk seperti sebelumnya, karena ia sadar ada banyak orang disana. Nanti disangka gila kan mampus, pikir nya lagi. Jadinya Hidan hanya berjalan-jalan saja menyusuri tempat tersebut.

'Apa yang sebenernya terjadi, ya? Tadi kan aku sedang tertidur di sofa markas. Lalu tiba-tiba saja aku berada di Ame dan bertemu dengan Konan, Nagato dan leader--saat mereka masih kecil. Kemudian aku berada ditempat berbeda lagi, dan bertemu dengan trio Uchiha seklek itu' Hidan berpose layaknya seorang detektif

'J-jangan bilang tiba-tiba saja aku jadi penjelajah waktu?!' ayo sama-sama kita sadarkan Hidan bahwa imajinasi nya kali ini "terlalu jauh"

Bugh!

Tiba-tiba saja seseorang menubruk bagian belakang Hidan. Hidan yang terkejut tentunya langsung berbalik untuk melihat sang pelaku. Dan nampaklah seorang anak kecil berambut kuning yang sedang memegangi jidatnya.

"Lho? Deidara kah?"

"Eh? Kau tau namaku?" anak kecil itu langsung mendongak saat mendengar namanya tersebut. Sial, kedengeran ya?! Batin Hidan

"Eee... Itu... A-aku sering melihat mu, jadi aku.. Eee.. Tentunya mengenal mu" jawab Hidan sembari membuat wajahnya nampak se-natural mungkin

Tanpa diduga, anak kecil--yang merupakan Deidara di masa itu--tersebut malah terlihat muram. Hidan tambah panik dibuatnya.

"Nii-san pasti mengenal ku karena kenakalan ku kan, un?" celetuk nya

'E-ehhh...?'

"Habiss, setiap orang yang kutemui pasti mengenal ku karena kenakalan ku. Aku paling tidak suka saat aku hanya sedang berjalan diantara orang-orang tersebut, dan mereka malah nampak seperti berusaha menyembunyikan anak-anak mereka, un" Deidara terdiam sebentar. Hiks. Gawat, Hidan mendengar partner gosipnya Konan itu terisak. Apakah Deidara akan menangis?

"A-a-a-anu... T-ti-tidak usah menangis, kawan kecil. Maksudku jika memang benar karena itu alasannya, kenapa kau tidak merubah sifat nakal mu itu?" Hidan mengusap rambut Dei kecil dengan lembut. Sesaat kemudian isakan itu sudah tidak terdengar lagi

'Ohh, berhasil ya? Hehe, tak kusangka aku jago juga'

"....."

•-•

"HUEEEE NII-SAN MAAFKAN AKUUU, UNN"

"TIDAK ADA MAAF UNTUK MU, dasar pengagum seni goblok"

Tidak disangka, Hidan ternyata di prank oleh Deidara kecil. Ternyata selama itu Deidara hanya berakting. Tidak ada tuh orang-orang yang mengenalnya karena kenakalan nya, yang ada dirinya justru dikenal karena keceriaan nya dan memang mudah bergaul dengan siapapun.

"HUAHAHAHAHA, MUKA NII-SAN LUCU BANGET TADI!!! Panik ya, un?"

"BANG--fiuhhh... Puasa, puasa, tahan"

Dan begitulah, Hidan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Deidara yang entah kenapa merasa ada rasa bersalah pada Hidan. Anak bermata biru itu pun segera bergelantung(?) di kaki Hidan. Membuat Hidan jengkel dan silahkan baca lagi percakapan pertama setelah tanda "•-•" diatas.

"Aku. Tidak. Marah. Jadi cepat. Lepaskan. Aku"

Deidara menggeleng. Hidan kembali menyuruhnya untuk melepaskan kakinya. Deidara kembali menggeleng. Dan begitu terus hingga akhirnya Deidara memutuskan rantai kejadian(?) tersebut.

"Aku tersesat, un"

"Hah?!"

•-•

Hidan tak habis pikir, jadi selama ini anak kuning itu tersesat?! Haish, ternyata Iwagkure itu benar-benar luas ya? Dan coba jelaskan kenapa Deidara bisa sampai tersesat seperti itu, padahal hanya untuk mencari tempat sembunyi? Hidan tau bagaimana rasanya tidak ditemukan ketika bermain petak-umpat, tapi ini SUDAH KETERLALUAN WOI.

"Hahh~ untung saja aku berhasil mengembalikannya. Tapi tak kusangka akan sesulit itu"

Hidan tak mempermasalahkan jarak, hanya saja selama perjalanan BANYAK BANGET YANG DAGANG WOI.

"Ini kan emang daerah khusus kang dagang, un"

"Ngemeng dari tadi. Jan masang watados lu!"

Hidan juga kembali dihadapi oleh Deidara yang tiba-tiba saja meminta minum. Tanpa sadar Hidan pun menjitak kepala anak tersebut. Padahal tadi ia bilang sedang puasa, kenapa tiba-tiba meminta minum begitu?

"Tapi--"

"Ini untuk mu" Hidan memberikan sesuatu sebelum Deidara menyelesaikan kalimatnya

"Kau suka?" tanya Hidan memastikan

"Hm! Arigato!!!" waw, senyum anak ini lebih cerah daripada senyum para gadis Konoha. Hidan sampai harus menggunakan kacamata hitam yang ia main ambil begitu saja dari tukang kacamata di pinggir nya, tentu habis itu ia kembalikan lagi

"Baiklah, dengan begini kau janji tidak akan lagi meminta minum atau makan oke?" Deidara pun menjawab "Oke!" dengan lantang

•-•

Hidan lagi-lagi terbangun dan mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda lagi. Berusaha untuk tetap tenang--sebisa mungkin ia tidak ingin mengundang perhatian yang lainnya. Hidan kemudian berjalan santai dan mencoba mencari tau dimana dirinya saat ini.

"Kirigakure... Ya?" akhirnya ia mengetahui dimana dirinya berada, setelah melihat banyak sekali pasar ikan yang berada di depannya

"Aku rasa ini lebih baik daripada di Iwagakure tadi. Kecuali kalau ikannya sudah digoreng, baru aku akan tergoda" gumamnya sembari terus berjalan memasuki pasar tersebut. Hidan ingat kalau rumah Kisame tidak jauh dari pasar itu, siapa tau ia akan bertemu dengan hiu jejadian tersebut

"Lho?"

Tanpa Hidan duga, dirinya mendapati Kisame lebih cepat dari yang ia duga. Kisame nampak sedang memeluk erat boneka hiu berwarna biru, dengan mata yang sudah agak memerah dan air mata yang akan jatuh--namun tertahan, ahh, mungkin ditahan lebih tepat.

"Kenapa pula tu anak?" Hidan pun mendekati Kisame yang sedang duduk di sebuah gazebo--satu-satunya tempat yang bersih dari ikan-ikan jualan.

"Hei, kau kenapa?"

Kisame tidak menjawab, dirinya malah mencoba untuk menjauh dari Hidan. Hidan yang merasa dirinya disamakan oleh om-om pedo mulai agak emosi, namun ia tahan karena tak ingin menyia-nyiakan amal puasa nya. Masyallah, Hidan.

Lelaki partner bendahara terpelit itu pun sebisa mungkin memberitau Kisame kecil bahwa dirinya tidak berbahaya. Setelah beberapa 'kata-kata manis' yang terucap dari mulut sang raja toxic tersebut, Kisame akhirnya percaya dan menceritakan masalahnya.

•-•

"Hmmm... Iya juga ya, nangis ngebatalin puasa kagak sih?"

Hidan memikirkan kembali kata-kata yang Kisame ucapkan tadi, dan menjadi alasan utama kenapa dirinya murung sambil memeluk erat boneka hiu nya tadi.

Kini Hidan dan Kisame sedang memancing disebuah danau yang memang sering dipakai untuk tempat memancing. Pada bulan puasa seperti ini memang cukup jarang yang memancing disini, jadi suasananya tidak serame di saat-saat lainnya--kecuali bulan puasa.

"Nee Kisame" panggil Hidan memecah keheningan

"Hm?"

"A--"

Pancingan Hidan tiba-tiba saja ada yang menariknya. Hidan pun langsung bangkit dan berusaha untuk menarik balik pancingannya tersebut. Tapi entah kenapa dirinya tidak sanggup dan malah terjatuh kedalam danau tersebut. Di dalam danau, Hidan bisa melihat dan mendengar Kisame berusaha untuk menyelamatkannya. Tapi sayangnya, Hidan keburu menutup matanya dan ia tak sadarkan diri.

•-•

"Kaa-san... Otou-san..."

Tak ada yang bisa Hidan perbuat lagi.

To be continued

You Must Puasa, Hidan!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang