#8

354 19 0
                                    

"Opa?" sapa seseorang itu dari arah pintu kamar Opa.

"Jody?" balas Opa.

Jody berjalan menghampiri Opa.

"Opa masih marah sama Jody?"

"Opa tidak marah. Hanya Opa kecewa sama Jody. Kenapa Jody berani membohongi Opa?"

"Opa, tidak ada niat untuk Jody membohongi Opa. Jody..Jody sayang sama Yasmin, Opa"

"Opa juga merasakan hal yang sama. Tidak ada Yasmin membuat Opa kesepian. Kadang, Orang seperti Yasmin lah yang Opa butuhkan Jody. Ketulusan dari Yasmin yang tidak Opa dapatkan dari Mama dan Papa kamu"

"Jadi Opa?"

"Tidak usah menerka nerka. Sekarang cari Yasmin. Bilang sama dia kalo kamu mencintainya. Opa izinkan"

"Serius Opa?"

Opa membalas dengan anggukan. Jody tersenyum seraya memeluk Opa.

Dibalik pintu, Mama Jody menangis di pelukan Papa Jody yang sedari tadi ternyata mendengarkan percakapan Opa dan Jody. Keduanya sadar akan ketamakannya. Opa benar, disisa umur Opa seperti ini, yang Opa butuhkan bukan harta. Tapi kasih sayang.

Papa Jody merangkul dan menuntun Mama Jody menjauh dari pintu kamar Opa karena tahu Jody akan segera keluar. Keduanya tidak mau bahwa sedari tadi mereka sengaja mendengarkan percakapan mereka dari luar kamar. Dan benar saja, setelah berselang beberapa menit saja, Jody sudah keluar dari kamar Opa. Dengan muka bersemangat, Jody bertekad untuk mencari Yasmin.

***

Seluruh tempat sudah Jody pijaki. Tempat dimana Yasmin biasa berada. Di pangkalan joki three in one, Kos-Kosan, bahkan warung tempat biasa Yasmin makan siang dengan Rambo dan Rere. Sudah hampir pukul 5 sore. Jody masih belum bisa menemukan Yasmin. Jody meneguk teh botol yang dia beli di pinggir jalan. Dimana sebenarnya Yasmin ini.

***

Yasmin sedang membeli minuman untuknya, Rambo dan Rere. Setelah si Ibu penjual memberikan tas plastik berisi tiga botol air mineral, Yasmin mengambil uang di sakunya. Mampus! Yasmin panik karena dia tidak membawa uang sama sekali. Saku depan, saku belakang. Kosong.

"Mbak, ini 6000"

"Bu, maaf ya Bu. Kayaknya saya gak jadi beli deh"

"Mbak, meskipun saya ini cuma pedagang pinggiran, tapi saya juga sakit hati kalo mbaknya udah beli trus gak jadi"

"masalahnya uang saya gak ada, Bu"

"kalo gak punya uang kenapa pake beli Mbak?"

'Ini Bu" kata seseorang memberikan uang kepada Ibu penjual. Yasmin melihat kearah si pemilik tangan. Rambo?

"Makasih Mas" jawab si Ibu penjual sambil menerima uang dari Rambo.

"Makanya, kalo apa apa itu di cek dulu. Bawa uang apa kagak. Untung tadi gue liat uang lo belum lo ambil di meja warung. Coba kalo gak? bonyok lo disini digebukin karna mereka nyangka kalo lo itu preman"

"iya iya maaf" balas Yasmin melemah sambil memberikan botol minuman yang baru saja dia beli kepada Yasmin. Keduanya kini berjalan kembali ke rumahnya. Selama perjalanan, Yasmin sama sekali tidak berbicara apapu kepada Rambo. Memang semenjak pertengkarannya dengan Jody membuat Yasmin yang pendiam menjadi lebih diam. Pandangannya kosong. Rambo sering memerhatikan Yasmin kala seperti ini. Rambo ingin sekali memeluk Yasmin supaya bisa menumpahkan kesedihannya. Bukan malah memendam sendiri seperti ini. Rambo bukanlah orang yang baru saja dikenal Yasmin. Rambo dan Yasmin sudah bersama sama sejak umur 8 tahun. Itu bukan waktu yang sebentar untuk mengenal Rambo lebih dalam. Tapi kenapa Yasmin seakan tidak mau membaginya kepada Rambo.

Jody! Yak Jody! Jodylah yang membuat Yasmin seperti ini. Entah harus seneng, cemburu atau marah kepada Jody. Rambo tidak tega jika terus menerus seperti ini. Tapi berkar terbongkarnya permainan ini, Yasmin kembali kepadanya. Tapi tidak seutuhnya lagi.

"Gue ke toilet dulu ya"

"oke. Gue tunggu di tempat biasa ya"

"iya"

Rambo berpisah dengan Yasmin. Yasmin beranjak ke toilet umum langganannya. Tidak perlu bayar karena si penjaga toilet adalah teman Yasmin. Sudah mengenal akrab membuat dia menjadi member gratis.

Yasmin merapikan bajunya setelah keluar dari toilet. Menyapa temannya yang berjaga dan akhirnya beranjak menyusul Rambo. Memakai kembali topi kumalnya dan menabrak seseorang yang membuatnya hampir saja terjatuh. Yasmin mendongak melihat seseorang yang ia tabrak. Dan...

"Yasmin?"

setelah mengetahui bahwa dia adalah Jody. Yasmin berniat beranjak tanpa memperdulikan Jody. Tapi, gerak Yasmin dapat dikalahkan oleh Jody yang secepat kilat menarik lengannya. Jody melangkah tepat di depan Yasmin. Yasmin tidak melihat Jody sama sekali.

"Segini bencinya kamu sama aku?"

Yasmin tidak menjawab. Yasmin memegang tangan Jody yang berada di lengannya lalu membuangnya pelan. Tanpa mengatakan apapun. Yasmin pergi begitu saja. Jody ingin sekali mengejar. Tapi, Jody tahu bahwa Yasmin tidak akan mau berbicara kepadanya. Menatapnya saja tidak, apalagi memaafkannya.

***

Dinda dan Yoga sedang bersama Jody di sebuah cafe. Awalnya Jody hanya mengajak Yoga. Karna Dinda mengetahui sms Jody kepada Yoga. Jadinya, Dinda ikit ke cafe menemui Jody. Kehadiran Dinda membuat Jody mengurungkan niatnya membagi kesedihannya kepada Yoga sahabatnya. Melihat Dinda membuatnya semakin merasa bersalah. Bukan dengan Dinda tapi Yasmin.

"gue balik dulu ya.." kata Jody bosan dan mengambil jaket kulitnya. Belum sempat berdiri dari sofa cafe. Dinda sudah menahannya.

"kita kan belum ngapa-ngapain disini. Kenapa balik?"

"apa urusannya sama lo?" kata Jody kasar dan membuat Dinda berkaca kaca.

"Jody!" seru Yoga.

"apa? lo mau belain dia ketimbang gue? gih sana!"

"Jod, dia sahabat kita. Lo gak harusnya ngomong kayak gitu sama Dinda"

"kalo dia layak disebut sahabat. Dia gak mungkin ngelakuin hal yang bisa bikin sahabatnya terpuruk seperti ini"

"Ini semua juga berawal dari lo!"

"oh jadi lo nyalahin gue?"

"Ya.. Bukan.."

"Gue emang yang mulai semua permainan ini. Awalnya memang ini cuma permainan. Tapi lo juga tahu kan, kalo gue bener bener jatuh cinta sama Yasmin. Dan harusnya lo tahu ketika itu, permainan itu berakhir. Gue bisa akhirin semua ini tanpa nyakitin Yasmin. Gue masih punya mulut buat bilang sendiri ke Opa. Sekarang terserah lo. Yang jelas, gue gak mau sahabatan sama orang picik kayak dia!" jelas Jody dan langsung pergi dari cafe.

"ngapain sih lo belain gue? sok pahlawan banget lo" kata Dinda sambil mengusap air matanya.

"oh.. Lo mau gue bentak bentak lo kayak Jody tadi?"

"Ya enggak gitu"

"Ini nih, yang bikin Jody gedek sama lo. Lo gak bisa hargain orang lain. Lo selalu nilai orang lain dari seberapa besar kelebihan yang dia punya. Lo harusnya nyadar! kalau harta dan kecantikan akan kalah dengan cantiknya ketulusan. Mungkin lo emang lebih cantik daripada Yasmin. Bener kata Jody. Lo picik! lo menghalalkan semua cara buat dapetin Jody termasuk merusak persahabatan kita yang udah kita bangun dari dulu. Terserah lo mau ngapain? mau bikin kerusuhan apa lagi setelah ini. Terserah! yang jelas. Gue capek peduli sama lo!" kata Yoga yang juga ikut beranjak dari cafe meninggalkan Dinda sendirian.

Dinda hanya menangis melihat Yoga ikut meninggalkannya sendirian di cafe. Kenapa semua orang seakan berusaha buat menjauhinya.

When Jody Meet Joki "the novel"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang